PENGHUNI BERINGIN ANGKER BAGIAN 3
MENELAN KORBAN NYAWA
BAGIAN 3
Untuk saat ini Saripah belum siap menceritakan apa yang
dialaminya pada ibunya. Dia berharap agar suaminya lekas pulang menjaganya dari
kemungkinan buruk yang mengintai.
Malam itu ibunya memutuskan menginap semalam agar pikirannya
tenang saat kembali pulang nanti.
****
Saat mereka terbangun
di pagi hari Pakde Joyo sudah datang dengan kapak di tangan.
Rupanya lelaki itu akan menebang pohon beringin seorang diri.
Saripah mendekat menyuguhkan minuman dan ubi rebus untuk
tetangganya itu.
Sekilas Saripah merasakan ada yang aneh, dia terkesiap begitu
melihat asap tipis mengitari pohon besar itu, anehnya Pakde Joyo bersikap biasa
seakan tidak melihat apa pun di sekitar.
Setelah itu Saripah kembali ke rumah menyaksikan Pakde Joyo
menebang pohon dari teras bersama ibunya.
Suara kapak beradu dengan kayu
Dak!
Dak!
Dak!
Membuat orang yang lalu lalang mempercepat langkah.
Beberapa saat kemudian terdengar teriakan keras.
“Akhhhhh!”
Saripah bersama ibunya
langsung mendekat sumber suara dan mereka kaget bukan kepalang ketika mendapati
Pakde Joyo terkapar.
Tampak luka menganga di bagian leher terus menyemburkan darah.
Lelaki paruh baya itu membelalak seperti ayam baru disembelih.
Kakinya bergerak liar dengan mata terbelalak, sebelum
akhirnya tidak bergerak sama sekali.
“Tolong!”
“Tolongggg!” teriak Saripah.
Kemudian warga mulai berhambur mendekat.
Pagi itu Pakde Joyo meninggal dunia dengan luka lebar di
leher.
Warga menduga jika kapak meleset dan patah hingga memantul
mengancam lehernya sendiri.
Melihat kondisi pohon yang sudah beberapa bagian terkena
kampak, Ki Demang menyuruh Agus dan Bambang untuk melanjutkan menebangnya,
karena jika tidak segera, bisa roboh dan membahayakan bagi para pengguna jalan.
Mereka berdua pun bersiap melakukan tugas yang diberikan,
akan menyelesaikan yang belum dituntaskan oleh Pakde Joyo, namun petaka juga
ditemui, mereka berdua baru beberapa kali mengayunkan kapak, mendadak sebuah
dahan besar putus dari batangnya.
Krak!
Kemudian menghunjam mereka berdua.
Jleb!
Jleb!
Seketika darah berhambur dan mereka pun tewas.
Hal itu membuat geger warga lain. Mereka tidak ada yang
berani melakukan penebangan meski dengan upah yang besar.
****
Beberapa hari
selanjutnya.
Kondisi pohon beringin masih sama, sudah separuh lebih bekas
kapak menembus, membuat siapa pun yang lewati jalan tersebut harus ekstra
hati-hati.
Namun, meski hujan angin, pohon tersebut masihlah kokoh,
tidak ada tanda-tanda akan roboh.
Warga beranggapan jika ada sosok demit yang menjaganya. Warga
juga merasa khawatir dengan Saripah. Mereka takut jika perempuan yang ditinggal
suaminya itu juga mendapatkan gangguan.
****
Sementara itu, seorang bernama Mariono berhenti di sekitar
pohon tersebut.
Semenjak meninggal saudaranya yang bernama Agus, dia terkejut
bukan kepalang saat tahu Agus meninggal secara mendadak.
Mariono yang berada di luar wilayah pun datang setelah
mendengar berita duka itu. Dia pun semakin merasa aneh ketika pohon beringin tua
menjadi penyebab kematian Agus.
Mariono pun memutuskan menyelidiki tentang pohon yang dimulai
dianggap angker dan dia yakin jika anggapan warga benar adanya.
Secara tak kasat mata dia mampu melihat sosok mengerikan
menjadi penghuni pohon tersebut.
Memang selama ini lelaki berusia 49 tahun itu memiliki
kelebihan indra keenam yang membuatnya mampu melihat sosok lain dan dia melihat
sosok besar berbulu berada di sana.
Bahkan Mariono pernah mendapati sosok tersebut berubah wujud
lalu menuju rumah seberang jalan yang tak lain adalah kediaman Saripah.
Demi menghentikan semua kejadian buruk Mariono mengajak Sabdo
sahabatnya untuk menebang pohon beringin dan mengusir makhluk itu, di mana Sabdo
juga seorang yang memiliki ilmu kebatinan lumayan tinggi.
Dengan segala persiapan, dua sahabat itu pun mendatangi pohon
beringin.
****
Di suatu malam.
Sabdo langsung bersemadi melakukan pemanggilan terhadap sosok
penghuni pohon beringin itu, sedangkan Mariono membakar sate gagak yang telah
dipersiapkan.
Memang banyak kalangan mempercayai bahwa salah satu cara
memanggil genderuwo adalah dengan membakar sate gagak.
(Diyakini burung gagak
adalah makanan kesukaan sekaligus binatang peliharaan genderuwo. Dalam hal ini
seperti manusia yang memelihara ayam.
Untuk melakukan ritual
harus mengikuti tata cara khusus untuk membuat sate gagak, yakni setelah
berhasil menangkap burung gagak kemudian disembelih dengan pisau yang sangat
tajam karena ketajaman mata pisau akan mempengaruhi lancar tidaknya darah yang
mengalir keluar.
Berikutnya adalah
mencabuti bulu-bulu hitam yang kasar hingga benar-benar bersih. Setelah itu
daging yang sudah bersih diungkep seperti halnya membuat ingkung ayam, baru
kemudian dibakar di atas perapian dengan mantra khusus.)
****
Malam yang semakin naik membawa aroma sate menyebar ke sudut
sekitar.
Mariono bersiaga jika ada sesuatu yang tidak diinginkan
terjadi. Dia juga menatap pohon, takut jika mendadak roboh mencelakai Sabdo.
Sekejap kemudian muncullah sosok yang mereka buru, yang tak
lain adalah sosok genderuwo.
Makhluk tak kasat mata itu terlihat sangat bernafsu untuk
menyantap sate gagak, namun ketika melihat Sabdo menggunakan pagar gaib sosok
itu menjadi sangat marah. Dia menggeram dengan mata merah menyala.
“Arghh!”
Di saat itulah Sabdo menghentikan semadinya lalu menggertak
sosok genderuwo itu.
“Ngaleh!”
“Ngaleh ko uwit iku!”
Sabdo mengusir agar pergi jauh meninggalkan rumahnya dan jika
tidak mau, maka Sabdo akan mengusir dengan caranya.
Dengan ganas sosok itu melakukan perlawanan, bersikeras untuk
tetap berada di pohon sampai kapan pun.
Pertarungan pun terjadi.
Sabdo mengerahkan keilmuan yang dimiliki, sedangkan Mariono
masih memegang sate gagak sebagai pancingan.
Pada akhirnya genderuwo ditaklukkan tanpa ampun. Sabdo
membinasakan sosok tersebut.
Di waktu yang sama, Saripah merasakan perutnya bergerak cepat,
tapi dia sama sekali tidak merasa kesakitan.
Malam itu ibunya yang kembali menginap karena masih khawatir
dengan putrinya terutama saat pohon beringin di seberang jalan depan rumahnya yang
dianggap angker setelah menelan tiga nyawa.
Belum sempat menunjukkan perutnya yang bergerak-gerak,
terdengar suara pohon tumbang sangat keras.
Gratak!
Bruk!
Mereka pun segera bangkit menengok sumber suara.
Dengan obor di tangan, mereka mendekat ke arah Sabdo dan Mariono
yang kemudian muncul warga lain berdatangan.
Semua terheran saat melihat pohon beringin telah tumbang,
sementara itu dengan sombongnya Mariono berkoar, warga disuruhnya agar jangan takut lagi Karena
genderuwo penghuni pohon sudah dibinasakan dan besok dia sendiri yang akan
memotong setiap bagian pohon.
Warga merasa senang mendengarnya, sedangkan Sabdo masih terlihat cemas,
pandangannya mengarah pada Saripah seakan ada yang tidak beres.
****
Dua bulan berikutnya.
Sutopo menyendiri memikirkan tentang istrinya.
2 bulan yang lalu dia pulang, dia merasa sangat bahagia
melihat kehamilan Saripah, namun setelah menimbang, dia menjadi gusar dan waswas
di usia kehamilan sang istri, dia yakin jikalau itu bukanlah benihnya karena
dia berhubungan badan dan setelah menikah saja, tapi jelas kalau istrinya
mengandung terpaut beberapa bulan.
“Ayo, Kang!” Panggil Supangat teman seperjuangan.
Sutopo pun beranjak mengeluh akan pikiran negatif itu.
Malam ini dia akan melakukan upacara perpisahan dan pulang
menyudahi masa bergerilya, akan berkumpul dengan keluarga untuk selamanya.
Tahun itu merupakan tahun awal perjuangan yang dilakukan oleh
rakyat, dengan tujuan rakyat mulai melakukan pergerakan untuk menentang
pengusiran penjajah yang masih bersifat kedaerahan dengan bergerilya.
Timbulnya kesadaran
dengan cita-cita nasional, disertai dengan lahirnya organisasi modern,
menandakan lahirnya satu kebangkitan dengan semangat yang berbeda.
Pergerakan masa itu bertujuan untuk membendung serangan kaum
kolonial yang ingin menanamkan kembali kekuasaannya di Indonesia.
Hadirnya organisasi pergerakan nasional merupakan tindakan
dari rasa ketidakpuasan dan ketidaksetujuan terhadap keadaan masyarakat yang
sangat memprihatinkan.
Mencapai kemerdekaan bersama sebagai bangsa, merupakan cita-cita
nasional dari pergerakan itu, sehingga perjuangan bersifat kedaerahan
dinyatakan dihentikan dan menjadi bersifat nasional.
Segala bentuk perjuangan dengan kekerasan pun dihentikan dan
lahirlah berbagai bentuk organisasi perjuangan untuk menumpas penjajah di Nusantara.
No comments:
Post a Comment