Dukung SayaDukung Pakde Noto di Trakteer

[Latest News][6]

abu nawas
abunawas
berbayar
cerkak
cerpen
digenjot
gay
hombreng
horor
hot
humor
informasi
LGBT
mesum
misteri
Novel
panas
puasa
thriller

Labels

PENGHUNI BERINGIN ANGKER BAGIAN 3

 MENELAN KORBAN NYAWA

BAGIAN 3

Untuk saat ini Saripah belum siap menceritakan apa yang dialaminya pada ibunya. Dia berharap agar suaminya lekas pulang menjaganya dari kemungkinan buruk yang mengintai.

Malam itu ibunya memutuskan menginap semalam agar pikirannya tenang saat kembali pulang nanti.

****

Saat mereka terbangun di pagi hari Pakde Joyo sudah datang dengan kapak di tangan.

Rupanya lelaki itu akan menebang pohon beringin seorang diri.

Saripah mendekat menyuguhkan minuman dan ubi rebus untuk tetangganya itu.

Sekilas Saripah merasakan ada yang aneh, dia terkesiap begitu melihat asap tipis mengitari pohon besar itu, anehnya Pakde Joyo bersikap biasa seakan tidak melihat apa pun di sekitar.

Setelah itu Saripah kembali ke rumah menyaksikan Pakde Joyo menebang pohon dari teras bersama ibunya.

Suara kapak beradu dengan kayu

Dak!

Dak!

Dak!

Membuat orang yang lalu lalang mempercepat langkah.

Beberapa saat kemudian terdengar teriakan keras.

“Akhhhhh!”

 Saripah bersama ibunya langsung mendekat sumber suara dan mereka kaget bukan kepalang ketika mendapati Pakde Joyo terkapar.

Tampak luka menganga di bagian leher terus menyemburkan darah.

Lelaki paruh baya itu membelalak seperti ayam baru disembelih.

Kakinya bergerak liar dengan mata terbelalak, sebelum akhirnya tidak bergerak sama sekali.

“Tolong!”

“Tolongggg!” teriak Saripah.

Kemudian warga mulai berhambur mendekat.

Pagi itu Pakde Joyo meninggal dunia dengan luka lebar di leher.

Warga menduga jika kapak meleset dan patah hingga memantul mengancam lehernya sendiri.

Melihat kondisi pohon yang sudah beberapa bagian terkena kampak, Ki Demang menyuruh Agus dan Bambang untuk melanjutkan menebangnya, karena jika tidak segera, bisa roboh dan membahayakan bagi para pengguna jalan.

Mereka berdua pun bersiap melakukan tugas yang diberikan, akan menyelesaikan yang belum dituntaskan oleh Pakde Joyo, namun petaka juga ditemui, mereka berdua baru beberapa kali mengayunkan kapak, mendadak sebuah dahan besar putus dari batangnya.

Krak!

Kemudian menghunjam mereka berdua.

Jleb!

Jleb!

Seketika darah berhambur dan mereka pun tewas.

Hal itu membuat geger warga lain. Mereka tidak ada yang berani melakukan penebangan meski dengan upah yang besar.

****

Beberapa hari selanjutnya.

Kondisi pohon beringin masih sama, sudah separuh lebih bekas kapak menembus, membuat siapa pun yang lewati jalan tersebut harus ekstra hati-hati.

Namun, meski hujan angin, pohon tersebut masihlah kokoh, tidak ada tanda-tanda akan roboh.

Warga beranggapan jika ada sosok demit yang menjaganya. Warga juga merasa khawatir dengan Saripah. Mereka takut jika perempuan yang ditinggal suaminya itu juga mendapatkan gangguan.

****

Sementara itu, seorang bernama Mariono berhenti di sekitar pohon tersebut.

Semenjak meninggal saudaranya yang bernama Agus, dia terkejut bukan kepalang saat tahu Agus meninggal secara mendadak.

Mariono yang berada di luar wilayah pun datang setelah mendengar berita duka itu. Dia pun semakin merasa aneh ketika pohon beringin tua menjadi penyebab kematian Agus.

Mariono pun memutuskan menyelidiki tentang pohon yang dimulai dianggap angker dan dia yakin jika anggapan warga benar adanya.

Secara tak kasat mata dia mampu melihat sosok mengerikan menjadi penghuni pohon tersebut.

Memang selama ini lelaki berusia 49 tahun itu memiliki kelebihan indra keenam yang membuatnya mampu melihat sosok lain dan dia melihat sosok besar berbulu berada di sana.

Bahkan Mariono pernah mendapati sosok tersebut berubah wujud lalu menuju rumah seberang jalan yang tak lain adalah kediaman Saripah.

Demi menghentikan semua kejadian buruk Mariono mengajak Sabdo sahabatnya untuk menebang pohon beringin dan mengusir makhluk itu, di mana Sabdo juga seorang yang memiliki ilmu kebatinan lumayan tinggi.

Dengan segala persiapan, dua sahabat itu pun mendatangi pohon beringin.

****

Di suatu malam.

Sabdo langsung bersemadi melakukan pemanggilan terhadap sosok penghuni pohon beringin itu, sedangkan Mariono membakar sate gagak yang telah dipersiapkan.

Memang banyak kalangan mempercayai bahwa salah satu cara memanggil genderuwo adalah dengan membakar sate gagak.

(Diyakini burung gagak adalah makanan kesukaan sekaligus binatang peliharaan genderuwo. Dalam hal ini seperti manusia yang memelihara ayam.

Untuk melakukan ritual harus mengikuti tata cara khusus untuk membuat sate gagak, yakni setelah berhasil menangkap burung gagak kemudian disembelih dengan pisau yang sangat tajam karena ketajaman mata pisau akan mempengaruhi lancar tidaknya darah yang mengalir keluar.

Berikutnya adalah mencabuti bulu-bulu hitam yang kasar hingga benar-benar bersih. Setelah itu daging yang sudah bersih diungkep seperti halnya membuat ingkung ayam, baru kemudian dibakar di atas perapian dengan mantra khusus.)

****

Malam yang semakin naik membawa aroma sate menyebar ke sudut sekitar.

Mariono bersiaga jika ada sesuatu yang tidak diinginkan terjadi. Dia juga menatap pohon, takut jika mendadak roboh mencelakai Sabdo.

Sekejap kemudian muncullah sosok yang mereka buru, yang tak lain adalah sosok genderuwo.

Makhluk tak kasat mata itu terlihat sangat bernafsu untuk menyantap sate gagak, namun ketika melihat Sabdo menggunakan pagar gaib sosok itu menjadi sangat marah. Dia menggeram dengan mata merah menyala.

“Arghh!”

Di saat itulah Sabdo menghentikan semadinya lalu menggertak sosok genderuwo itu.

“Ngaleh!”

“Ngaleh ko uwit iku!”

Sabdo mengusir agar pergi jauh meninggalkan rumahnya dan jika tidak mau, maka Sabdo akan mengusir dengan caranya.

Dengan ganas sosok itu melakukan perlawanan, bersikeras untuk tetap berada di pohon sampai kapan pun.

Pertarungan pun terjadi.

Sabdo mengerahkan keilmuan yang dimiliki, sedangkan Mariono masih memegang sate gagak sebagai pancingan.

Pada akhirnya genderuwo ditaklukkan tanpa ampun. Sabdo membinasakan sosok tersebut.

Di waktu yang sama, Saripah merasakan perutnya bergerak cepat, tapi dia sama sekali tidak merasa kesakitan.

Malam itu ibunya yang kembali menginap karena masih khawatir dengan putrinya terutama saat pohon beringin di seberang jalan depan rumahnya yang dianggap angker setelah menelan tiga nyawa.

Belum sempat menunjukkan perutnya yang bergerak-gerak, terdengar suara pohon tumbang sangat keras.

Gratak!

Bruk!

Mereka pun segera bangkit menengok sumber suara.

Dengan obor di tangan, mereka mendekat ke arah Sabdo dan Mariono yang kemudian muncul warga lain berdatangan.

Semua terheran saat melihat pohon beringin telah tumbang, sementara itu dengan sombongnya Mariono berkoar,  warga disuruhnya agar jangan takut lagi Karena genderuwo penghuni pohon sudah dibinasakan dan besok dia sendiri yang akan memotong setiap bagian pohon.

Warga merasa senang mendengarnya,  sedangkan Sabdo masih terlihat cemas, pandangannya mengarah pada Saripah seakan ada yang tidak beres.

****

Dua bulan berikutnya.

Sutopo menyendiri memikirkan tentang istrinya.

2 bulan yang lalu dia pulang, dia merasa sangat bahagia melihat kehamilan Saripah, namun setelah menimbang, dia menjadi gusar dan waswas di usia kehamilan sang istri, dia yakin jikalau itu bukanlah benihnya karena dia berhubungan badan dan setelah menikah saja, tapi jelas kalau istrinya mengandung terpaut beberapa bulan.

“Ayo, Kang!” Panggil Supangat teman seperjuangan.

Sutopo pun beranjak mengeluh akan pikiran negatif itu.

Malam ini dia akan melakukan upacara perpisahan dan pulang menyudahi masa bergerilya, akan berkumpul dengan keluarga untuk selamanya.

Tahun itu merupakan tahun awal perjuangan yang dilakukan oleh rakyat, dengan tujuan rakyat mulai melakukan pergerakan untuk menentang pengusiran penjajah yang masih bersifat kedaerahan dengan bergerilya.

 Timbulnya kesadaran dengan cita-cita nasional, disertai dengan lahirnya organisasi modern, menandakan lahirnya satu kebangkitan dengan semangat yang berbeda.

Pergerakan masa itu bertujuan untuk membendung serangan kaum kolonial yang ingin menanamkan kembali kekuasaannya di Indonesia.

Hadirnya organisasi pergerakan nasional merupakan tindakan dari rasa ketidakpuasan dan ketidaksetujuan terhadap keadaan masyarakat yang sangat memprihatinkan.

Mencapai kemerdekaan bersama sebagai bangsa, merupakan cita-cita nasional dari pergerakan itu, sehingga perjuangan bersifat kedaerahan dinyatakan dihentikan dan menjadi bersifat nasional.

Segala bentuk perjuangan dengan kekerasan pun dihentikan dan lahirlah berbagai bentuk organisasi perjuangan untuk menumpas penjajah di Nusantara.

BERSAMBUNG KE BAGIAN 4

PAKDE NOTO

Baca juga cerita seru lainnya di Wattpad dan Follow akun Pakde Noto @Kuswanoto3.

No comments:

Post a Comment

Start typing and press Enter to search