Dukung SayaDukung Pakde Noto di Trakteer

[Latest News][6]

abu nawas
abunawas
berbayar
cerkak
cerpen
digenjot
gay
hombreng
horor
hot
humor
informasi
LGBT
mesum
misteri
Novel
panas
puasa
thriller

Labels

PENGHUNI BERINGIN ANGKER BAGIAN 2

 "KIKUK-KIKUK" DENGAN GENDERUWO

BAGIAN 2

Kondisi cuaca yang mulai hujan angin akan berbahaya bagi orang-orang yang melintas, selain itu juga menjaga agar tidak dijadikan sarang ular ataupun binatang berbisa lain.

“Walaupun selama ini tidak terjadi hal buruk, tapi harus ditebang demi menjaga keselamatan semua,” imbuh Pakde Joyo.

Memang Ki Demang sudah berulang kali mengingatkan pada Pakde Yono selaku pemilik kebun tempat pohon tersebut berada untuk menebangnya, akan tetapi kesibukan Pakde Joyo sebagai pengumpul hasil bumi membuatnya belum ada waktu untuk melakukan perintah Ki Demang, mungkin saja esok hari sengaja disemat-sempatkan.

****

Malam beranjak.

Semilir angin yang menerpa pepohonan menciptakan suara berisik yang khas.

Saripah menutup pintu ketika cahaya kilat bermunculan bahwa dingin seolah menawarkan hujan pada bumi.

Saripah bergegas menuju bilik lalu mulai menjahit pakaiannya yang telah usang dengan diterangi lampu minyak tanah.

Dengan teliti dia melakukan aktivitas tersebut karena dia tidak memiliki pakaian yang layak maka menjahit pakaian lama adalah solusinya sambil menunggu membeli pakaian lagi begitu memiliki uang.

Saripah dikejutkan dengan daun jendela yang tiba-tiba terbuka.

Kret ....

Seketika embusan angin menerpa wajah dan mempermainkan rambutnya yang terurai.

Bergegas Saripah meninggalkan baju usang dan menanggalkan jarum peniti kemudian melangkah menuju jendela.

Saripah menutup kembali jendela, sebelum hal itu dilakukan terlebih dulu dia menengok ke arah luar yang terlihat cukup gelap.

Di antara cahaya kilat dia melihat sebuah dahan yang cukup besar bergerak-gerak. Saripah memandang dengan tatapan heran.

Dia melihat semua pepohonan tenang dan diam hanya dahan tersebut saja yang bergoyang.

Perasaannya mulai waswas ketika menyadari bahwa dibalik pohon beringin itu tampak sepasang bola mata besar berwarna merah seolah sedang mengawasinya.

Bergegas dia menutup jendela.

Brak!

Lalu berdiam diri di dalam kamar.

Tidak berapa lama terdengar suara langkah kaki yang besar berjalan ke arah pintu.

“Sopo iku,” gumamnya mulai gemetar.

Dia hanya bisa bersembunyi di balik jarit yang digunakan sebagai selimut. Ketakutannya semakin menjadi ketika terdengar suara pintu ada yang terbuka.

Krek ....

Saripah berpikir jika ada orang yang telah datang dan dia pun berharap semoga itu bukanlah orang jahat.

Dengan nyali yang menciut, Saripah memberanikan diri untuk mengintip ke arah pintu depan.

Semua dalam keadaan baik-baik saja, pintu rumah masih tertutup dan tidak ada siapa pun di sekitar, tapi yang membuatnya merinding adalah suara derap kaki yang semakin mendekatinya.

Saripah pun kembali ke ranjang bambu lalu berbaring diselimut jarit.

Sebisa mungkin dia mencoba menenangkan dirinya sendiri dan sesuatu yang tidak biasa pun terjadi.

Dalam kengerian dan ketakutan mendadak dia diserang rasa kantuk yang teramat sangat. Matanya sangat sulit dibuka meskipun semua indra perasa masih aktif, begitu pun dengan telinganya yang masih mampu mendengar keadaan sekitar.

Perlahan gerak kaki itu terhenti disusul kemudian terdengar deru nafas terasa begitu dekat dengan dirinya dan dia merasakan sebuah tangan besar mengelus perutnya.

Semakin lama sentuhan itu semakin liar menuju bibir, leher, dan daerah sensitif tubuhnya.

Saripah menggeleng-gelengkan Kepala. Dia berusaha berontak, tapi rasa kantuk yang dirasakan benar-benar kuat. Saripah pun pasrah.

Sebuah nafas dingin seperti berada di belakang lehernya yang kemudian dia merasa ciuman demi ciuman mendarat di leher, telinga, dan punggung. Entah berapa lama dia merasakan hal aneh tersebut, ketakutannya telah terganti dengan hasrat yang menggebu.

Dia merasakan kenikmatan tiada tara hingga akhirnya lunglai dalam kepuasan.

Saripah terbangun ketika menjelang subuh.

Saripah merasakan sakit di beberapa bagian tubuhnya, terasa berat, dan lelah. Saat memeriksa pintu masihlah dalam keadaan terkunci sehingga dia menganggap apa yang dialaminya semalam menyelam mimpi belaka.

****

Pohon beringin yang hendak ditebang masih berdiri kokoh, mungkin Pakde Joyo kembali disibukkan dengan urusannya.

Selama ini warga sudah terbiasa lewat di jalan sisi pohon beringin. Tidak ada yang ditakutkan, meskipun tampak gelap dan mencekam, justru yang ditakutkan adalah jika ada perampok atau binatang berbisa yang menyerang.

Warga tidak peduli jika ada sosok gaib di sekitar kampung, yang mereka pedulikan adalah bekerja untuk makan dan berjuang demi hilangnya bangsa penjajah di bumi Nusantara.

Sementara Saripah selalu menemui hal yang sama di beberapa malam berikutnya. Selama hampir 2 bulan, setiap dua minggu sekali, dia selalu bermimpi tentang kenikmatan. Saripah pun semakin resah dengan apa yang dialami. Seperti mimpi, tapi sangat nyata.

Tidak ada seorang yang diajaknya berkeluh kesah. Suaminya juga belum kembali sejak kedatangannya beberapa malam lalu.

****

Ibunya Saripah datang.

Saripah pun langsung bangkit menyalami.

Tanpa memberi kabar, ibunya tiba-tiba datang berkunjung.

Saripah merasa tidak enak karena seharusnya yang muda yang berkunjung, tapi justru rumah ibunya yang jauh dari kampung sebelah justru datang.

Mereka melepas rindu di dalam rumah, bercengkerama saling melempar cerita masing-masing, rupanya ibunya datang seorang diri, menyempatkan waktu demi menemui anaknya.

Memang semenjak itu diboyong oleh Sutopo, selama itu ibunya tinggal bersama kakak perempuannya, sedangkan bapaknya sudah lama meninggal tanpa tahu di mana jasadnya. sang bapak gugur saat ikut perang di wilayah Blitar.

“Kamu ini apa hamil toh, Nduk?” tanya ibunya.

Saripah tidak bisa menjawab apa-apa. Dia merasa senang jika ucapan ibunya benar.

Memang sudah sebulan lebih dia tidak datang bulan dan dia yakin jika suaminya tahu pasti juga akan berbahagia karena sebelum menikah mereka sudah berencana untuk langsung memiliki keturunan, namun Saripah masih ragu-ragu jika sedang hamil, Saripah sama sekali tidak merasa seperti wanita kebanyakan, tidak pernah mengidam juga tidak pernah merasa mual, hanya saja akhir-akhir ini nafsu makannya berubah, yang semulanya sedikit, menjadi sangat banyak.

Meski begitu, Saripah yakin jika  tidak ada yang salah.

Perasaan Saripah pagi itu berubah menjadi kekhawatiran ketika ibunya bercerita tentang Sumini yang gila.

“Waktu itu Sumini diyakini oleh warga sekitar telah dihamili oleh makhluk halus. Sama denganmu, Nduk. Suaminya juga pergi sebagai seorang pejuang.” Ibunya mulai bercerita.

“Melihat apa yang terjadi dengan Sumini maka ibumu ini merasa khawatir padamu, Nduk. Itulah alasannya kenapa ibumu ini berkunjung.”

Ibunya berkisah, “Bahwa sebelum gila, Sumini bercerita kalau dia didatangi suaminya setiap malam Selasa dan malam Jumat.”

“Karena merasa aneh maka Sumini menyiapkan sesuatu jika ternyata yang datang bukan suaminya.”

“Yang dipersiapkannya adalah cermin dan jarum.”

“Benar saja, tampak di cermin jika sosok yang sama persis dengan suaminya adalah makhluk mengerikan, sosok itu sangat besar, berbulu, sedangkan matanya merah menyala.”

“Seketika Sumini menancapkan jarum peniti ke tubuh sosok tersebut yang kemudian berubahlah ke wujud aslinya.”

“Rupanya perlakuan Sumini menjadi ancaman bagi dirinya. Tanpa membentengi diri dengan apa pun, beberapa hari kemudian sosok gaib itu meneror Sumini semalaman yang kemudian jiwanya terganggu,” tutur ibunya panjang lebar.

Sementara Saripah merasa khawatir dengan dirinya sendiri, dia masih ingat saat ditemui suaminya dan keanehan akan sikap sang suami malam itu menjerumuskan pikirannya ke dalam kisah Sumini, ditambah lagi keganjilan kembali terjadi di beberapa malam berikutnya.

Apa yang dianggapnya sebagai mimpi seolah-olah seperti nyata. Setiap kali bangun tidur dia menemukan tanda merah di beberapa bagian tubuhnya.

Keganjilan lain adalah tentang persediaan beras di dalam gentong, Saripah yang bernafsu makan tinggi. Seakan tidak berkurang isi gentongnya, selalu kembali penuh jika Saripah memasak untuk sarapan pagi.

BERSAMBUNG KE BAGIAN 3

PAKDE NOTO

Baca juga cerita seru lainnya di Wattpad dan Follow akun Pakde Noto @Kuswanoto3.

No comments:

Post a Comment

Start typing and press Enter to search