PETAKA PELET DARAH HAID BAGIAN 4
BAGIAN 4
PETAKA PELET DARAH HAID
“Ternyata masih saja ada orang-orang yang menggunakan cara seperti ini demi merusak rumah tangga seseorang,” ucap
Ustaz Sopyan sambil menggeleng-gelengkan
kepalanya, disusul kemudian dengan menjelaskan tentang satu ilmu pelet yang
menggunakan media najis yaitu pelet darah haid, sebuah ilmu hitam yang
bertujuan untuk balas dendam.
“Ilmu sejenis ini akan membuat korban menjadi linglung
seperti orang gila, tentu saja akan berdampak sama bagi pengguna maupun orang
sekitar. Jika sampai pengapesannya datang dan itu pasti akan datang jikalau si
pengguna terus melakukan tanpa henti.”
Kemudian Ustaz Sopyan memberikan satu solusi yakni agar Lestari
menemui ibunda Jaka, hanya ibunda Jaka yang mampu menghilangkan khasiat ilmu
pelet tersebut.
Sayang sekali, saat Lestari datang bertamu ke rumah orang
tuanya Jaka, ibunya Jaka sedang dirawat di rumah sakit.
“Beliau mengalami pendarahan otak yang menyebabkan koma
jikalau sadar nanti dipastikan mengalami stroke. Ada di mana kamu sekarang,
Tari?” tanya ayahnya Jaka.
Lestari menjelaskan tentang masalah yang mendera keluarganya
termasuk perceraian yang sebentar lagi akan terjadi, namun ia menyembunyikan
tentang pelet yang dilakukan Nur.
Mendengar itu sang mertua menyuruh agar Lestari tidak menemui
ibunya Jaka dulu. Beliau tidak mau jika masalah itu memperburuk kondisinya.
Sekarang hanya pasrah. Jalan keluar yang diberikan Ustaz
Sopyan tidak bisa lagi dilaksanakan, yakni sang ibu harus melangkahi Jaka,
hanya dengan cara itulah darah haid akan sirna.
“Sudahlah, Tari. Serahkan semuanya kepada Allah. Hanya beliau
yang akan mengadili tidak benaran ini,” ucap Ustaz Zakaria setelah Lestari
sampai di rumah.
****
Perceraian antara Lestari
dan Jaka telah terjadi.
Kini Lestari ikut menjadi salah satu pengasuh pondok
pesantren di kampung.
Lestari menjalankan hari-hari penuh ketakwaan dan terus
mempelajari ilmu agama. Perlahan ia mampu melupakan masa lalunya bersama Jaka.
Ia merasa bersyukur karena dengan kejadian tersebut ia telah
menjadi orang yang lebih baik. Mungkin itulah jalan yang sudah ditulis baginya.
****
Di sisi lain.
Kebahagiaan dirasakan oleh Nur.
Akhirnya ia memiliki Jaka seutuhnya dan bahagia itu semakin
lengkap saat ia dinyatakan positif hamil karena Nur sudah tidak haid lagi.
Nur tidak sadar bahwa semua didapatkan dengan cara yang salah,
hingga suatu hari saat kehamilan di usia 3 bulan, masalah pun datang menimpa.
Ternyata pengapesan pelet darah haid bukan dilangkahi ibu
kandungnya saja, tapi terkena percikan air seni ibunya pun membuat ilmu
tersebut hilang kekuatan.
Sengaja Ustaz Sopyan tidak memberitahu Lestari karena hal itu
sangat bertentangan dengan ajaran yang dipercaya.
“Tidaklah diperbolehkan mengobati atau membuang sesuatu yang
gaib dengan media yang najis karena hal itu sama saja sebagai pendosa.”
****
Masalah yang dialami Nur bermula saat ia pulang dari periksa
kandungan. Nur disuruh ayah mertuanya untuk menemani sang ibu mertua ke kamar
kecil.
Memang sudah beberapa hari mertuanya lepas pampers karena
mulai ada tanda-tanda membaik.
Hal itu pun dimanfaatkan untuk belajar berjalan tanpa kursi
roda dan malam itu adalah petaka bagi Nur.
Jaka yang hendak keluar dari kamar kecil terlebih dulu kena
percikan air seni sang ibu yang seketika itu Nur merasakan tubuhnya kepanasan
disusul kemudian darah terus keluar di antara kedua kakinya.
Malam itu Nur pun dibawa ke rumah sakit.
****
Di lain tempat.
Mbah Noto yang bisa merasakan hal itu mencoba untuk mencegah
sekuat tenaga. Ia berusaha agar tidak terjadi hal buruk, namun tanpa
sepengetahuannya, Ustaz Sopyan ikut andil dalam membuang ilmu sesat itu.
Ternyata dulu, sewaktu Ustaz Sopyan menyuruh Lestari menemui Jaka,
beliau menyuruh agar Lestari menggores sedikit kulit, kemudian darah yang
keluar disuruh mengusap dengan sapu tangan lalu diserahkanlah pada sang ustaz.
Di hari itu, Tuhan menunjukkan kuasanya.
Saat percikan air seni mengenai kaki Jaka, di saat yang
bersamaan Ustaz Sopyan melihat sapu tangan menyala merah pertanda kalau sudah
saatnya ilmu pelet itu sirna.
Ustaz Sopyan sengaja melakukan hal itu karena beliau tidak
ingin jika ilmu sesat itu memakan korban lain, setidaknya beliau menghalau apa
yang menjadi musuh agama.
Pada akhirnya Mbah Noto menyerah.
Mbah Noto pun terpaksa membuang ajian pelet darah haid yang
dikuasai dan membiarkan Nur terkena dampaknya karena jika ilmu tersebut tidak
dilepas maka akibatnya akan fatal bagi Mbah Noto.
****
Yanti datang bertamu ke rumah Mbah Noto karena ia yakin kalau
yang menimpa Nur disebabkan ilmu pelet yang dilakukan telah melanggar pantangan.
“Bagaimana, Mbah? Bagaimana dengan Nur?” tanya Yanti cemas.
Jawaban Mbah Noto membuatnya terdiam.
Sosok dukun yang menjadi tujuan Yanti selama ini menyuruh
agar ia menjauhi sahabatnya.
“Apa!”
“Itu demi kebaikanmu, Nduk,” ucap Mbah Noto.
Tidak ada alasan pasti yang dilontarkan Mbah Noto hanya saja
jika masih dekat dengan Nur maka akan ada bahaya yang ikut mengintai Yanti.
Tidak ada pilihan lain bagi Yanti yang awam akan hal mistis.
Ia pun melakukan perintah sang dukun.
****
Hari demi hari berlalu.
Semenjak malam itu, Nur menjadi linglung.
Dibawa berobat ke mana pun belum menunjukkan hasil yang bagus,
termasuk beberapa ustaz yang melakukan Ruqayah juga belum mampu membuat
kondisinya membaik.
Jaka hidup dalam kebingungan dan memilih pergi meningalkannya.
Sementara Nur dirundung nestapa.
Setelah Nur mengalami keguguran, ibunya mendadak meninggal
dan tanpa riwayat penyakit.
Sedangkan orang-orang yang dekat dengan Nur pun mulai menjauh,
terutama Yanti.
Beberapa kali Nur hendak menemui Mbah Noto, namun rupanya
sang dukun juga dalam masalah serius.
Lelaki tua yang sendirian di dalam hutan itu dirawat di rumah
sakit karena ditikam binatang buas.
Matanya hancur sebelah dan wajahnya rusak parah. Selain itu,
tangan kanannya juga terputus.
Sedangkan Yanti mengalami kecelakaan hebat dan di hari yang
sama, rumahnya mengalami kebakaran. Semua hartanya ludes dan ia mengalami
trauma.
Meskipun selamat dari maut, namun gegar otak membuat Yanti
terganggu jiwanya. Ia menjadi pendiam dan terkadang ngomong sendiri juga
tertawa sendiri.
****
Setiap hari kesibukan Nur
hanya memandangi foto.
Nur mengenang masa-masa indah tersebut dengan bergelimang air
mata.
Setiap malam pun ia jarang bisa tidur karena selalu teringat
dengan Jaka dan jika ia bisa terlelap selalu menyebut nama Jaka.
Setiap hari Nur hanya bisa menangis setiap mengingat dan
melihat foto kenangannya sampai-sampai kini tubuh Nur menjadi kurus kering.
****
Seiring bergulirnya
waktu.
Nur menjadi seperti orang gila.
Nur selalu berteriak-teriak memanggil nama Jaka hingga ia pun
tidak bisa mengendalikan dirinya, sampai-sampai menyusuri jalanan selayak orang
gila.
Rambutnya kumal, pakaiannya lusuh, dan tidak tahu harus ke mana.
Nur terus berjalan ke sana kemari sambil terus memanggil nama
Jaka sampai di penghujung usianya.
No comments:
Post a Comment