MBAH NOTO BERTINDAK BILA CINTAMU DITOLAK BUKTIKAN!
Mendung bergulung mendera langit menjelang senja, namun tidak
seberapa lama tersapu angin kencang yang kemudian turun menyapu ranting
pepohonan. Alunan musik dangdut itu terbawa angin hingga terdengar sedikit samar.
Melihat cuaca yang tidak mendukung, juga waktu yang mendekati
petang, latihan para pemain orkes itu pun dihentikan.
Salim yang posisi di bass, langsung menaruh gitarnya kemudian
menemui sang kekasih yang setia menunggu.
Orkes Melayu yang diketuai oleh Jabrik memang sudah terkenal
sampai keluar daerah. Acara hajatan kampung, maupun acara yang diselenggarakan
pemuda, juga pemerintah desa, sering sekali memanggil mereka, dan setiap kali
akan tampil para musisi terlebih dahulu latihan di rumah Jabrik.
Selain sebagai tempat menaruh alat musik, lokasi rumah Jabrik
yang luas serta dekat dengan waduk menjadi tempat yang tepat untuk latihan.
****
Canda riuh terdengar setelah para penonton mulai membubarkan
diri. Memang meski hanya latihan, lokasi tersebut tetap ramai ditonton. Selain kawan-kawan
para musisi, orang-orang yang hendak bersantai di sekitaran waduk juga ikut
bercengkrama.
Di sela gurau, tampak Dito memandang iri pada Salim.
Sudah lebih setahun, Dito putus dengan pacarnya, dan sosok
Ida yang sekarang menjadi kekasih Salim, adalah sosok incarannya, namun sayang
Dito harus kecewa karena Salim terlebih dahulu menembak, dan cinta Dito tidak
bertepuk sebelah tangan.
Sampai sekarang, Dito belum bisa merelakan jika Ida yang juga
salah satu biduan orkes menjadi milik Salim.
Dito tetap mencuri waktu demi menarik simpati sang biduan, meskipun
begitu, Dito bersikap biasa dan profesional, Dito tidak mengaitkan urusan pribadi
dengan pekerjaan.
Dito menarik nafas panjang ketika Salim berpamitan, sambil
menggandeng tangan Ida. Lirikan manja itulah yang membuatnya selalu dihantui
rasa ingin memiliki.
Seperti biasa yang lain melempar candaan yang membuat Ida
maupun Salim tersenyum tersipu.
Ini adalah bulan ketujuh mereka jadian, yang mana mereka selalu
memamerkan kemesraan di hadapan orang lain.
****
Salim mengendarai motor dengan santai ketika tiba di ujung waduk.
Ida mengajaknya bersantai sejenak menikmati matahari terbenam.
Motor pun dihentikan.
Mereka turun, lalu duduk di tembok pembatas. Romantisme dua
sejoli ditemani semilir angin dan nuansa alam di ujung senja.
Di satu sisi, para pencari ikan di atas rakit mulai menepi
menyelesaikan pekerjaan, menutup beban hidup di hari ini.
Pandangan Salim dan Ida mulai menatap ufuk barat, di mana cuaca yang kembali cerah
menayangkan dengan indah paranormal langit. Detik demi detik matahari mulai berkurang
bentuknya. Ketika benar-benar lenyap, masih menyisakan sinar yang meneropong di
sudut langit.
Dua sejoli itu terhanyut, mereka tidak memperdulikan lalu
lelang motor yang mana pengendaranya iri melihat keserasian mereka, dan salah
satunya adalah Dito yang berhenti sejenak di kejauhan, menatap Salim dengan
tatapan iri bercampur amarah yang tertahan.
“Tunggu waktunya salim!” Masih dengan tatapan tajam, sesaat
kemudian Dito kembali berlalu.
****
Waktu terus bergulir, kesibukan demi kesibukan dilalui oleh
grup Orkes Melayu yang digawangi Jabrik. Apalagi di bulan itu bertepatan dengan
hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia. Tidak ada satu pun tanggal di
kalender yang luput dari lingkaran selama sebulan lebih, yang berarti job
mengalir di setiap hari.
Rupanya hal itu menjadi kesempatan bagi Dito untuk merebut
Ida dari pelukan Salim.
Cinta telah membutakan arti persahabatan dan yang dilakukan
Dito adalah dengan menggunakan jalan pintas.
Kesempatan yang ditunggu pun datang, akhirnya Dito mendapat
job manggung.
Di siang hari, sesuai yang direncanakan. Selepas manggung, Dito
menemui seorang dukun di sebuah kampung pedalaman, tepatnya di kampung tempat
tinggal kakaknya.
Dito pun beralasan berkunjung, sekaligus menginap semalam di
rumah sang kakak.
****
Saat berhadapan dengan dukun, Dito mengungkapkan niatnya, meminta
ilmu ajian instan, yang mana ilmu tersebut tanpa menggunakan laku ritual, namun
manjur kasiatnya.
Dukun tersenyum sebelum memberikan beberapa pilihan pada Dito.
Dukun menawarkan Dito membawa barang jimat pengasih seperti keris mini semar mesem
atau dengan media sehari-hari, seperti kembang kantil atau minyak wangi.
Sejenak Dito meminta izin menyulut sebatang rokok sambil
memikirkan apa yang cocok.
Di saat itulah sang dukun memberikan satu penawaran yang
langsung disetujui oleh Dito, yakni ilmu pelet asap rokok yang lebih dikenal dengan
pengasihan asap rokok. Medianya gampang, dan dikenal manjur.
Melalui asap rokok, maka orang yang menjadi incaran akan
jatuh hati. Asap rokok pun tidak harus dihisap, mengenai rambut atau anggota
badan sasaran sudah cukup membuat pindahan hati.
Sang dukun menjelaskan, pelet jenis ini tidak membahayakan siapa
pun, hanya saja bisa luntur kekuatannya, jika tidak dilakukan secara berkala, dan
apa bila pantangannya dilanggar, maka secara otomatis sudah tidak lagi berfungsi.
“Pantangannya sebenarnya mudah, akan tetapi sangat rawan
dilanggar, yaitu rokok yang dipergunakan tidak boleh sedikit pun tersisa,
walaupun terjadi secara tidak sengaja, tetap saja melanggar pantangan,” kata
sang dukun.
“Kulo siap Mbah,” ucap Dito mantap.
Dito berpikir jika pelet tersebut hilang kekuatannya, maka
dia bisa kembali lagi untuk minta pelet yang lain, dan jika sudah ada waktu,
dia bisa melakukan laku ritual ilmu pelet yang daya kekuatannya sangat dahsyat.
Sang dukun meminta rokok Dito yang tinggal 6 batang. Selain
itu Dito juga diminta menyebutkan nama lengkap sosok yang menjadi sasarannya.
Kemudian Dito disuruh menunggu, lalu rokok tersebut dibawa ke
dalam kamar khusus untuk dilakukan ritual.
Memang dalam ilmu pelet asap rokok, ini dibutuhkan rokok
khusus bukan rokok sembarangan, kecuali bagi orang yang sudah mumpuni ilmunya
atau orang yang sudah melakukan laku dalam menguasai ilmu tersebut.
****
Dito yang sendirian menunggu tampak tersenyum puas. Dia sudah
membayangkan jika Ida menjadi miliknya dan Salim merasakan sakit hati seperti
yang dialaminya. Dia sudah tidak sabar menunggu waktu itu datang.
****
Singkat waktu.
Dito melaksanakan apa yang disarankan sang dukun. Sebelum dan
sesudah manggung dia sempatkan waktu sebentar untuk mendekati Ida, tentu saja
dengan rokok menyala dan asap yang diarahkan pada Ida.
Dito juga selalu melekatkan rokok tersebut ditangan agar
rokok tersebut benar-benar habis, sehingga dia tidak melanggar pantangan, namun
sayang, ucapan sang dukun belum terbukti, yang seharusnya satu batang sudah
mampu membuat Ida jatuh cinta padanya, sampai habis 5 batang sikap Ida tetap
sama, tidak ada perasaan cinta selain kepada Salim.
****
Kekecewaan itu membuat Dito balik lagi pada sang dukun.
Setelah melakukan penelusuran gaib, sang dukun menjelaskan tentang
apa yang terjadi. Menurutnya, sasaran Dito yang tidak lain adalah Ida. “Dia memiliki
satu hal istimewa. Selain pagar gaib dari kakek buyutnya, ternyata Ida lahir
pada hari Sabtu Kliwon.”
“Menurut primbon Jawa kuno, orang yang lahir di weton Sabtu Kliwon
dipercaya memiliki kesaktian sejak dilahirkan ke bumi.”
“Weton ini dinaungi oleh cakra mahkota bumi atau elemen tanah
yang sangat kuat, di mana fisik bumi atau tanah merupakan sesuatu yang sangat
berguna untuk semua orang dan merupakan sebuah pijakan yang bisa untuk
membangun tempat tinggal dan lain sebagainya.”
“Weton ini juga memegang segel dari cakra mahkota langit. Intinya
weton ini adalah perpaduan energi langit dan bumi. Perjumpaan antara weton hari
Sabtu dan pasaran Kliwon berpeluang menghadirkan wahyu spiritual.”
“Dalam primbon Jawa, wahyu spiritual ini dinamakan pagu bumi,
kastanya termasuk dalam kasta Brahmana, berarti weton Sabtu Kliwon ini memiliki
daya atau energi Brahmana, yaitu kasta yang paling tinggi.”
“Hal itulah yang membuatnya terhindar dari pelet dan ilmu
hitam jenis lain.”
Mendengar penjelasan dari sang dukun, membuat Dito menjadi
sangat kecewa. Dia harus bersiap mengubur cintanya pada Ida.
Setelah dari dukun tersebut, Dito mencoba menemui beberapa
orang pintar lain, dan ternyata pandangan mereka sama.
“Akan dilakukan ilmu pelet hebat apa pun, tidak akan mempan
pada Ida. Gadis itu istimewa.”
****
Hari-hari dilalui Dito dengan penuh luka. Ida dan Salim
semakin mesra.
Hingga 6 bulan kemudian, mereka memutuskan untuk menikah.
Tidak ada lagi harapan
bagi Dito.
Kerap kali Dito mencoba mendekati wanita lain, entah itu
biduan seperti Ida, atau pun gadis desa, namun hatinya belum mampu berpindah.
Ada perasaan kuat yang masih terkurung di jiwanya pada Ida. Seharusnya
dia mampu merelakan, dan secara tidak langsung iblis membisiki bahwa, “Bukan Ida
yang diberikan, namun Salim saja yang dihabisi.” Bisikan itu semakin kuat
merongrong sifat dengkinya.
Muncul prinsip dari Dito, bahwa jika ia tidak memiliki Ida
maka tidak ada seorang pun yang akan memilikinya.
Di malam itu juga Dito akan menemui Mbah Noto untuk
melenyapkan Salim.
****
Orkes melayu itu pun
sedang pentas.
Akan tetapi Dito sudah menemui orang pintar tersebut tiga
hari yang lalu dan malam ini tinggal menyerahkan kaus Salim sebagai proses
akhir ritual.
Kaus dengan bekas keringat Salim, sebagai sarana pencabut
nyawa, namun hal tidak terduga terjadi di malam itu, di tengah acara musik
dihentikan karena terjadi tawuran.
Semula para musisi tenang sambil menyaksikan riuhnya
perkelahian dari atas panggung, namun ketenangan Salim terusik, ketika melihat
adik Ida itu terlibat, sedangkan Ida sendiri gusar berteriak agar adiknya menjauh
menghindar, namun tampaknya justru bocah remaja itulah yang menjadi salah satu
sasaran.
Ketika melihat salah seorang membawa celurit mendekat, dengan
sigap Salim melepas gitar dan meloncat turun dari panggung.
Aksi itu membuat miris musisi yang lain. Salim langsung
menuju pada calon adik iparnya, di dekati, kemudian dibawa ke pinggir, dipasrahkan
pada petugas keamanan.
Tanpa sepengetahuan Salim, sosok yang mengincar calon adik
iparnya itu mengawasi dengan seksama.
Setelah merasa benar-benar aman, Salim kembali naik ke atas
panggung dan acara juga terlihat dilanjutkan.
Setelah ada kesepakatan dari pihak panitia dan pihak keamanan
sampai di akhir acara tidak ada lagi tawuran kondisi tenang dan tertib.
****
Setelah selesai makan, rombongan orkes melayu berpamitan.
Satu persatu mereka memasuki mobil, namun naas bagi Salim, dia
yang muncul paling akhir bersama Ida, tiba-tiba disabet celurit oleh beberapa
pemuda. Sontak Ida menjerit histeris melihat darah berhambur, seketika Salim terjungkal
tanpa bernafas.
Para pelaku pembunuhan Salim langsung diciduk dan diamankan.
Menurut pihak berwajib, para pemuda jagoan kampung itu marah,
karena Salim telah menyelamatkan Bayu adik dari Ida yang mana mereka telah
menyusun rencana untuk mengajar Bayu.
Motifnya adalah karena dendam, yakni karena Bayu dan kawan-kawan telah mengajar salah satu rekan
mereka hingga mengalami patah tulang dan robek di kulit kepala.
****
Usai acara tahlil pemakaman, terlihat Dito jongkok sambil
memegang nisan, sedangkan Ida berdiri tetap terpaku sambil menyeka mata,
sementara pihak keluarga mau pun para musisi lain sudah membubarkan diri menuju
rumah Salim.
Dito menyesal atas kelakuannya sekarang. Dia benar-benar
merasa kehilangan setelah sahabatnya sudah tidak ada lagi. Berulang kali dia
minta maaf pada nisan Salim, sedangkan air mata sesalnya masih saja mengalir.
Dito telah sadar, bahwa jodoh sudah menjadi ketetapan sang
pencipta. Pelet pernah dilakukan adalah sebuah kesalahan terburuk dalam
hidupnya.
Kesalahan itu akan terulang, dan lebih besar lagi, jika Salim
masih hidup.
Dito tidak tahu mengapa dia bisa sejahat itu. Dia berjanji
akan menata hidupnya dengan benar dan jika diberi tanggung jawab sebagai jodoh
Ida, maka dia akan melakukan yang terbaik, akan menjaga sepenuh hati, dan
mencintai penuh ketulusan, selayaknya Salim memperlakukan Ida, namun jika tidak
berjodoh, dia sudah bisa merelakan, dia akan ikut aturan Tuhan, karena kehendak
manusia adalah harapan, dan kehendak Tuhan adalah ketetapan yang pasti terjadi.
SELESAI
No comments:
Post a Comment