Dukung SayaDukung Pakde Noto di Trakteer

[Latest News][6]

abu nawas
abunawas
berbayar
cerkak
cerpen
digenjot
gay
hombreng
horor
hot
humor
informasi
LGBT
mesum
misteri
Novel
panas
puasa
thriller

Labels

CERKAK TRAGEDI KUTANG BAB 8

 BAB 8

"Pak Rete, keluar sekarang juga!"

"Keluar!"

"Keluar!"

"Keluar! Ayo, keluar sekarang juga!"

"Iya. Ayo keluar, Pak Rete!"

Puluhan orang terus berteriak meminta sang pemilik rumah untuk segera keluar.

"Pak Rete, keluar sekarang juga!"

"Keluar!"

"Keluar!"

"Keluar! Ayo, keluar sekarang juga!"

"Iya, ayo. Keluar, Pak Rete!"

Krek!

Pak RT keluar dengan wajah terlihat masih mengantuk.

"Ada apa ini. Kalian pagi-pagi sudah berteriak di depan rumahku?"

"Jangan banyak basa-basi! Geledah rumahnya!" Samamudin yang sudah geram sejak mendengar penuturan Sugito, langsung membakar tiap kepala dengan perintah.

"Ayo!"

"Ayo!"

"Ayo!"

Beberapa warga mencoba mendesak masuk.

"Tunggu! Ada apa ini sebenarnya." Pak RT mencoba menghadang warga yang berniat masuk.

"Semua sudah jelas kalau Pak RT, adalah pelaku yang meresahkan lingkungan!" Samamudin berbicara, sebagai orang yang berdiri paling depan.

"Pelaku apa!"

"Pencurian dalaman istri-istri kita semua! Iya tidak, Sedulur-sedulur!"

"Iya!"

"Iya!"

"Betul itu!"

"Tunggu ... tunggu dulu! Kamu, Samamudin. Jangan bicara mengawur kamu, ya."

"Semua sudah jelas! Saksi ada!" bantah Samamudin.

"Geledah rumahnya! Sekarang juga!" Entah suara siapa, datang dari tengah kerumunan warga.

"Tenang! Tenang! Kita bisa bicarakan kesalahpahaman ini!"

"Geledah!"

"Geledah!"

"Ayo, geledah!"

"Tunggu! Tunggu! Sebagai warga Bangorejo, bukankah kita selalu membiasakan untuk berembuk! Sekarang saya mohon semuanya untuk tenang! Silakan!" Pak RT mempersilahkan perwakilan dari beberapa warga untuk duduk di teras. Tampak Sugito ikut duduk di samping Samamudin.

"Ini ada apa sebenarnya, he?"

"Begini, Pak RT ...."

Samamudin lalu menceritakan apa yang dia dengar dari penuturan Sugito, juga pesan WA yang terdengar dari tiap sudut kampung, mengundang geram tiap warga.

"....Begitu ceritanya, Pak Rete."

"Oalah? Yang semalam itu kamu, Git?"

"Iya, Pak RT. Saya pikir Sampean, adalah pencuri yang berkeliaran untuk mengambil kutang-kutang warga."

"Lalu kenapa Pak RT, juga berlari kalau memang Pak RT, tak melakukannya?" imbuh Sugito.

Pokoke digeledah sek! Ojok gampang percoyo opo omongane!" (Pokoknya digeledah dulu! Jangan percaya apa katanya!).

"Iyo!" (Iya!).

"Iya!"

"Iya. Setuju!"

"Pesti Pak Rete iku ngapusi, Kang!" (Pasti Pak Rete, berbohong, Kang!).

"Tunggu! Tung ...."

Dua warga segera masuk. Pak RT tak bisa lagi mencegahnya.

Tiap wajah berharap cemas selama menunggu rekannya untuk kembali keluar, berharap ada bukti yang bisa menguatkan dugaan mereka.

Benar, itu terjadi. Dua warga yang tadi masuk sudah kembali ke hadapan mereka dengan sebuah plastik besar berwarna hitam.

"Buka!"

"Untuk apa?" jawab Pak Rete.

"Buka! Untuk apa takut kalau memang Pak RT, tak terbukti pelakunya."

"Buka!"

Dengan terpaksa, Pak RT membuka plastik hitam yang dia bawa tadi malam.

Betapa terkejutnya warga saat mengetahui begitu banyak kutang ada di dalamnya.

"Sudah terbukti, Pak Rete, adalah pelaku pencurian kutang-kutang warga!"

"Kita bawa saja ke kantor polisi, Kang Din!"

"Iya! Bawa! Bawa ke kantor polisi sekarang juga!"

"Iya!"

"Iya!"

"Bawa ... bawa ... sekarang juga."

"Bawa Pak Rete sekarang juga." Dengan lirik menanam jagung.

"Aku ... aku ...."

"Halah apa lagi yang akan Sampean, katakan. Beruntung aku sempat memergokinya di jalan malam tadi." Sugito berdiri jemawa, merasa warga berhutang budi atas jasanya sebagai orang pertama yang mengungkap tragedi kutang selama ini.

"Seret dia! Gelandang saja ke polsek!"

"Huuuu!"

Puluhan warga yang telah disulut amarah segera menghajar Pak RT beramai-ramai.

Buk!

Duk!

Des!

Plok!

Buk!

"Modar ora, ha!" (Mampus tidak, ha!).

Duk!

Buk!

Des!

"Aduh!"

Dek!

Plek!

"Aduh!"

Pyok!

Dik!

Bruk!

Buk!

Pak RT terjatuh dari bangku. Sontak warga menghentikan aksi main hakim sendiri. Berjalan mundur, membuka kerumunan.

Tampak Pak RT terkapar dengan lidah menjulur, terlihat pula bintang-bintang yang terus berputar mengelilingi kepalanya.

"Aku ... aku ... bisa jelaskan kepada kalian semua." Pak RT mencoba bangkit. Pusing teramat dengan wajah lebam membiru oleh bogem yang mendarat.

"Jelaskan semua di kantor polisi!"

"Hajar lagi! Ayo!"

"Tunggu!"

Sontak semua menoleh saat Ustaz Sopyan hadir dengan tergopoh-gopoh.

"Ada apa ini! Redam emosi kalian! Masa Allah. Semua bisa dibicarakan baik-baik!"

Ustaz Sopyan segera mengambil tempat di tengah, tepat di sisi Pak RT.

"Apa masalah sesungguhnya! Masa Allah."

Samamudin kembali bercerita, dari awal sampai akhir, menceritakan kembali apa yang dialami Sugito tadi malam.

BERSAMBUNG

PAKDE NOTO

Baca juga cerita seru lainnya di Wattpad dan Follow akun Pakde Noto @Kuswanoto3.

No comments:

Post a Comment

Start typing and press Enter to search