Dukung SayaDukung Pakde Noto di Trakteer

[Latest News][6]

abu nawas
abunawas
berbayar
cerkak
cerpen
digenjot
gay
hombreng
horor
hot
humor
informasi
LGBT
mesum
misteri
Novel
panas
puasa
thriller

Labels

BIBIT, BEBET, BOBOT DALAM MASYARAKAT JAWA

 


Jatuh cinta? Bagaimana rasanya? Dunia terasa indah, ‘kan?

Sejak mengenalnya, semakin dekat dengannya, semua serba indah dirasa. Begitulah kata orang.

Apa yang membuatmu menjatuhkan rasa suka kepadanya? Karena parasnya, karena kebaikannya, atau malah karena bempernya? He he he. Bila kamu memilih yang ketiga artinya sama seperti pakde dulu pas masih muda. Hiks.

Ciri-ciri mana yang kamu suka?

Rangkung. Perempuan dengan badan tinggi kurang berisi.

Lenjang. Perempuan dengan badan kurus tetapi panjang.

Lecir. Perempuan dengan perawakan tinggi berisi.

Sengah. Perempuan ini memiliki wajah yang bulat, enak dipandang.

Gendruk. Perempuan dengan badan besar yang kendor tetapi berisi.

Wire. Perempuan dengan badan kecil kurus.

Srenteg. Perempuan dengan badan besar kurang tinggi tetapi berisi dan kencang.

Seded. Perempuan yang memiliki badan tinggi, gemuk, dikatakan sembada.

Banyak hal yang membuat kita suka dan semua itu hanya terpaku kepadanya. Intinya kamu suka kepadanya. “Terserah kata orang dia itu begini, dia itu begitu. Pokoknya aku tetap suka kepadanya, titik!”

Paras, kebaikan, atau bahkan ukuran bemper, merupakan salah satu alasan buatmu mencintainya.

Ada satu perempuan yang kamu suka, akan tetapi kamu tak menggubrisnya meski ia anak seorang penjahat?

Atau Pakde sering menjumpai seorang pria mencintai perempuan yang bertangan cacat dengan alasan kebaikan hatinya.

Ada juga pria yang tergila-gila serta menyatakan isi hatinya hanya dengan melihat ukuran bemper yang berukuran wah!

Semua tidak ada salahnya.

Anggaplah kalian hubungan kalian berlanjut hingga pernikahan, lalu umur rumah tangga tak berlangsung lama. Talak telah jatuh dan semua berakhir.

Banyak faktor yang mempengaruhi itu semua. Hidup tak seindah yang dibayangkan dulu, impitan ekonomi bagi yang hidup pas-pasan, sifat serta prinsip yang bertentangan, kebiasaan yang kurang sepadan, dan masih banyak hal lain yang gagal untuk disatukan.

Memilih pasangan bukan seperti membeli boneka. Ada banyak hal yang harus menjadi pertimbangan untuk pria agar mencapai satu tujuan hidup, bahagia.

Apa kemudian kata orang tua? “Makanya, Le. Kalau memilih istri itu harus ditimbang dulu bibit, bebet, dan bobotnya.”

Andai itu dikatakan dari awal, maka tak akan terjadi penyesalan dikemudian hari. Ada benarnya kini setelah kalian berpisah dan terlebih kesal melanda saat melihat sang mantan telah bersanding dengan orang lain, tetapi semua kata orang tua tak akan pernah kalian dengar karena hanya akan merusak indahnya dunia yang kalian rasa saat awal-awal mencintainya dulu.

Masih ingat dengan nasihat orang tua bagi anaknya untuk memilih bibit, bebet, bobot bagi anaknya? Bukan tanpa alasan mereka mengatakan itu. Kenapa itu sampai terucap dari orang tua kita? Ya, karena mereka sudah lebih dulu melewati masa di mana mereka harus memilih dan menentukan pasangan untuk menemani hidup mereka.

Beda dengan sekarang, Pakde melihat banyak anak-anak muda sekarang sudah meninggalkan itu. “Ah, Hari gini masih saja pakai yang begituan, Pakde. Cerai ya nikah lagi. Begitu saja kok repot, Pakde!”

Eh, Wedos! Artinya kamu akan mengulang lagi dari awal untuk menentukan pasangan toh? Iya toh? Terus menikah lagi dengan perempuan yang bempernya gede. Punya anak satu lalu terjadi perselisihan dan berakhir perceraian lagi. Begitu?

“Ya nikah lagi, Pakde! Wong lanang menang milih!”

Terus saja begitu maka kamu akan semakin jauh dari tujuan hidup dalam berumah tangga.

“Terus aku mau pilih yang bagaimana? Anak kiai? Nanti yang ada aku disuruh sarungan dan bertasbih terus? Malas kalau anak petani. Paling juga hidup kami tak beda dengan bapaknya. Hanya bekerja di sawah. Apalagi punya mertua kayak Pakde. Males!”

Eh, Wedos! Itu kamu sudah belajar untuk meraba yang namanya bibit. Benar apa katamu. Kamu berhak untuk memilah keturunan dari calon istrimu.

Pakde kasih tahu, ya. Bibit atau keturunan yang baik menurut orang Jawa dengan melihat status keluarganya ada enam.


BOBOT.

Yang pertama jelas keturunan orang luhur yang memiliki derajat tinggi.

Trahing pro luhur ingkang taksih kadrajatan. Keluarga dengan derajat tinggi terbiasa memiliki kedisiplinan serta watak untuk berbuat baik dengan maksud untuk melindungi derajat keluarganya. Para orang tua dengan derajat tinggi akan membiasakan untuk menegur anaknya bila dirasa akan menodai sebuah derajat keluarga. Tak heran bila Tak heran bila anak-anak mereka tak pernah melakukan hal yang aneh-aneh.

Kedua. Hal serupa juga diturunkan kepada anak-anaknya bagi keluarga para Alim Ulama yang terlahir dari trahing poro pandhito.

Trahing poro linangkung ing olah pangawikaning budi dhateng kalimpatan utawi kawicaksanan. Keturunan orang kaya yang memiliki budi yang baik serta bijaksana. Keluarga seperti ini jelas menanamkan sifat bijaksana serta sifat budi pekerti, masuk dalam keturunan ketiga.

Keempat. Trahing para pinter atau keturunan orang pintar.

Kelima. Trahing prawiro atau keturunan prajurit.

Dan yang terakhir trahing poro tani ingkang wekel sarto temening manah. Keturunan para tani yang rajin serta tulus hatinya. Jangan dikira para petani yang kamu maksud tadi tidak termasuk dalam Trah Jawa yang bisa dijadikan sebagai sarat pertama dalam memilih pasangan atau bibit.

Sudah bisa menentukan dia dari keluarga yang mana? Sayangnya hampir rata-rata orang tua mulai dari yang pertama hingga yang keenam mendidik anak-anaknya dengan baik. Ya bagus. Dengan begitu banyak pilihan yang akan mempermudah untukmu memilih pasangan.


BEBET.

Untuk yang ini bisa diartikan harta benda dari perempuan yang akan kamu nikahi.

Tidak sedikit loh hancurnya rumah tangga hanya karena saling ungkit harta nyang dibawa dari pihak masing-masing. Apalagi bila perempuan itu sudah memiliki kekayaan dan terkadang saat terjadi perselisihan ia gunakan untuk menyudutkanmu.

“Cari yang miskin saja kalau begitu. Jadi enak sewaktu terjadi pertengkaran dan mengusirnya. La wong semua harta di rumahku itu dari saya kok.”

Sak karepmulah, Wedos!

Maksud Pakde perempuan yang pekerjaan dan harta yang dibawa sewaktu menikah tak melebihi yang dimiliki darimu. Banyak kasus yang sudah Pakde katakan di atas sering terjadi.

“Wong lanang gur modal manuk tok! Kerjo asile gak mbejaji! Opo-opo soko wong wedok! Kolor anak ora wong wedok seng nukokno gak koloran! Gek opo iku!”

Lah! Kok malah membayangkan Mbokdemu, ya.

Tetapi itu nyata. Pakde sering mendengar keluhan teman Pakde yang mengalami kasus begitu.


BIBIT.

Pemilihan perempuan berdasarkan kecantikan dan kemampuannya. Kemampuan dalam hal apa hayo?

“Perempuan yang cantik itu pokoknya bibit yang baik untuk memperbaiki keturunan, Pakde.”

Kalau gemuk bagaimana? He he he.

“Tidak cantik. Cantik itu perempuan yang tidak pakai skincare, Pakde.”

Kok begitu?

“Ya nanti ujung-ujungnya ribut lagi gara-gara tak punya uang malah minta dibelikan skincare.”

Masuk!

Tapi tak semudah itu untuk menentukan bibit untuk pasangan hidup. Cantik itu beragam dan bukan hanya yang cukup dengan kata ayu.

Dalam orang Jawa, cantik bisa dilihat bukan hanya dari paras, tetapi mencakup watak, cara bicara, tetapi juga kesabaran, dan itu akan kita pilih untuk menjadi pasangan hidup.

Lalu yang bagaimana cantik menurut orang Jawa?

Ada beberapa ciri-ciri yang mudah dilihat dan ini menurut dan pakde akan menempatkan perempuan.

Sumeh di urutan nomor pertama. Sumeh, merupakan tanda perempuan tersebut sabar.

Untuk urusan ranjang. Ada Warni Bongoh. Perempuan yang memiliki tubuh gemuk, banyak dagingnya, memiliki rasa yang luas.

Perempuan seperti itu dapat membuka jalan yang nyaman untuk berhubungan badan. Bukankah salah satu untuk terciptanya keharmonisan dalam rumah tangga urusan ini tak bisa dilepaskan? Ya, banyak yang berpisah hanya urusan tidak puas dalam urusan ranjang.

Ndemenaken. Perempuan seperti ini raut mukanya menarik diiringi cara bicaranya yang lancar. Menandai hati yang senang dapat membuka kedekatan satu sama lain. Jelas ini penting untuk mendiskusikan satu masalah agar tercapainya solusi rumah tangga. Bagaimana mau berdiskusi kalau sedikit-sedikit mengambek jadi tak tahu apa maksud dari kemauannya.

Luwes. Perempuan ini memiliki tutur kata serta tingkah laku yang halus. Jelas ini menjadi perhatian penting untuk dinilai dan masuk ke dalam bibit yang baik.

Gandes. Tutur kata dan tingkah lakunya penuh asih.

Kewes. Perempuan ini cekatan, pintar berbicara.

Demes. Perempuan dengan sikap sopan dan tenang dalam berbicara.

Merak ati. Bicaranya yang enak didengar.

Manis. Perempuan ini senang bercanda dan indah matanya.

Susila. Perempuan dengan kelancaran bicaranya dan tindak tanduknya menandakan budi suka menerima.

Jatmiko. Perempuan yang bisa meneduhkan serta mengemong, memberi nasihat. Jelas ini bisa membuat beningnya hati.

Dlongeh. Perempuan dengan penuh kesederhanaan. Memiliki watak baik serta murah hati. Tindak-tanduknya menarik hati serta sederhana. Perempuan seperti ini sangat menarik untuk dilihat tingkah-lakunya.

Sudah dapat kriterianya?

Ada baiknya sebagai suami juga harus memiliki sikap setelah berumah tangga agar bisa mengarungi luasnya samudra rumah tangga.

Maunya mencari pasangan yang sempurna seperti yang di atas, tetapi tidak mengindahkan beberapa sikap yang harus dilakoni.

“Lelaki memang mau menangnya sendiri.”

Tidak juga, lelaki baik sangat mudah ditemukan, lelaki yang memiliki watak seperti di bawah ini.

Gemi. Lelaki yang tidak boros, hemat. Seorang suami harus memiliki sifat gemi demi menjaga keberlangsungan ekonomi keluarganya. Uang yang diberikan kepada istri sebaiknya jangan digunakan untuk hal yang tidak penting, dibelanjakan dengan bijak sesuai kebutuhan rumah tangga menurut istri.

Orang zaman dulu memang begitu. Seberapa-berapa uang itu bruk sama istri. Paling-paling hanya meminta untuk membeli tembakau lintingan saja.

Rigen. Artinya membuat nyaman. Kenyamanan dalam suatu hubungan suami istri sangat diperlukan. Pasangan suami istri yang saling merasa nyaman akan lebih awet dalam berhubungan.

Nastiti. Tidak menyepelekan suatu urusan.

Mugen. Bisa dipercaya. Sangat penting menjadi seorang suami yang dapat dipercaya.

Tengen. Tidak membuat kecewa.

Titi. Tidak boleh ceroboh.

Semua watak dan sikap baik dari istri dan suami bila disatukan akan membentuk Sawando saeko proyo lan sajiwo. Berarti serupa, sewarna, harapannya mau bersatu badannya. Dapat menjaga badan pasangan seperti badannya sendiri dan menyatu budinya, harapannya memiliki kemampuan untuk bersatu dengan pasangan setulus-tulusnya, bersatunya nyawa, harapannya memiliki pemahaman terhadap pasangan diibaratkan nyawanya sendiri.

 

 

 

 

PAKDE NOTO

Baca juga cerita seru lainnya di Wattpad dan Follow akun Pakde Noto @Kuswanoto3.

No comments:

Post a Comment

Start typing and press Enter to search