HALO, WIN (TRICK OR TREAT) BAB 8
TEKA-TEKI BADUT BAB 8
Percakapan masih berada di layar HP Om Han.
"Yakin kamu sudah kunci pintunya."
"Sudah, Om. Kenapa badut itu bisa masuk!"
"Om!"
"Suara langkahnya mulai menaiki tangga, Om!"
"Aku sudah di bawah tempat tidur, Om!"
"Aku mendengar suara langkahnya di depan pintu kamar!"
"Tenang, Win. Tenangkan dirimu."
"Dia mengetuk pintu kamarku, Om!"
"Kamu sebaiknya tetap tenang dan jangan bersuara sedikit pun, ya."
"Om akan segera lapor polisi."
"Cepat, Om. Aku takut sekali."
"Om!"
"Dia menggedor-gedor pintu kamar!"
"Bagaimana ini, Om."
"Apa yang bisa kamu lihat dari tempatmu, Win."
"Dari celah pintu aku melihat sepatunya. Itu warna-warni, Om!"
"Sepatu badut?"
"Iya, Om. Sepertinya badut itu terus berada di depan pintu."
"Apa kamu mendengar suara jendela atau pintu yang didobrak, Win."
"Tidak, Om."
"Om, cepat pulang. Aku takut sekali."
"Astaga!"
"Om!"
"Dia menjatuhkan pisaunya!"
"Kamu tetap tenang dan terus bersembunyi."
"Om!"
"Pintunya terbuka, Om!"
"Aku jelas melihat kakinya melangkah memasuki kamar!"
"Om!"
"Dia berjalan ke arahku!"
"Om!"
"Om Han!"
"Dia menjatuhkan balon, Om!"
"Kenapa badut itu bisa masuk ke kamarmu, ha?"
"Tidak tahu. Aku sudah menguncinya, Om!"
"Apakah dia melihatmu, Win!"
"Tidak, Om, tapi dia masih berdiri di sisi tempat tidurku."
"Om telepon polisi sekarang, Win."
****
Lima menit kemudian.
"Win."
"Erwin!"
"Balas pesan Om, Win!"
"Kamu masih di kolong tempat tidur?"
Erwin membalas. "Masih, Om."
"Badut itu masih di kamarmu?"
"Masih, Om."
"Dia duduk di tepi tempat tidur dengan menggantung kaki. Aku takut sekali, Om!"
"Om!"
"Dia bangkit dari tempat tidur."
"Om sudah telepon polisi, Win."
"Sebentar lagi polisi datang."
"Astaga!"
"Ada apa, Win!"
"Pisau!"
"Pisau?"
"Dia menusuk-tusuk kasurku, Om. Ujungnya tembus sampai kolong tidur, Om!"
"Tetap tenang, Win! Tenang!"
"Om, sepertinya badut itu tahu aku di bawah tempat tidur, Om."
"Om!"
"Astaga!"
"Dia mulai menunduk untuk menemukanku, Om. Aku mulai melihat ujung rambutnya."
"Om!"
"Om!"
"Astaga, Om!"
"Win!"
"Apa polisi sudah datang, Win."
"Win!"
"Erwin!"
"Erwin!"
"Balas, Win. Balas!"
"Win!"
"Erwin!"
"Apa yang terjadi, Win!"
"Win, kamu baik-baik saja, 'kan!"
"Erwin!"
****
Sepuluh menit kemudian.
"Om."
"Win, ke mana saja kamu, ha!"
"Kamu masih di situ, 'kan?"
"Iya, Om."
"Apa yang terjadi?"
"Aku menutup layar HP, Om."
"Jadi dia tidak melihatmu?"
"Tidak, Om. Ini gelap sekali."
"Badut itu sudah pergi?"
"Aku melihatnya dia melangkah keluar kamar."
"Apakah sekarang sudah aman, Win."
"Aku tidak tahu, Om. Apakah badut itu masih di dalam rumah atau tidak."
"Pintu kamarmu masih terbuka?"
"Iya, Om."
"Kamu bisa keluar dan kembali mengunci?"
"Iya, Om. Aku akan keluar."
"Cepat, Win!"
"Jangan sampai badut itu menemukanmu, Win."
"Om."
"Ada apa, Win."
"Ada suara pintu terbuka, Om."
"Pintu terbuka?"
"Iya, Om."
"Apa itu artinya badut itu sudah keluar?"
"Tidak, Om."
"Maksudmu?"
"Itu pintu kamar Om Han."
"Tidak! Tidak, Win. Pasti itu pintu depan. Badut itu pasti sudah keluar."
"Tidak, Om."
"Kalau begitu kamu turun."
"Aku takut, Om."
"Kamu harus kembali menguncinya, Win!"
"Tidak berani, Om."
"Om! Astaga, Om!"
"Aku mendengar suara langkahnya!"
"Maksudmu? Dia masih di dalam rumah?"
"Om, di mana?"
"Ini masih di bengkel, Win. Polisi akan segera datang."
"Kenapa lama sekali, Om."
"Polisi masih dalam perjalanan, Win."
"Om!"
"Aku mendengar suara langkah cepat menaiki tangga, Om!"
"Om!"
"Astaga! Dia berlari dan sepertinya menuju kamarku, Om!"
"Om!"
"Kakiku gemetar, Om!"
"Sudah kamu kunci pintunya. Cepat!"
"Sudah, Om."
"Aku sudah berada di kolong tempat tidur lagi, Om."
"Astaga!"
"Dia meletuskan balon, Om."
"Om. Om, bisa cepat pulang tidak, Om."
"Belum bisa, Win."
"Apa kamu bisa melihat wajahnya."
"Tidak bisa, Om. Aku hanya melihat kakinya."
"Om, usahakan untuk segera pulang, Win."
"Cepat, Om!"
"Iya. Kamu tunggu, ya."
"Ya, Om."
****
31 Oktober 2021
Pukul 05.28.00.
Sejenak beralih sudut pandang. Isi percakapan dilihat dari layar HP milik Mila.
"Win."
"Erwin?"
"Ya, Mil." Balasan dari Erwin.
"Kamu sudah dengar kabar belum?"
"Kabar apa."
"Ada satu chef yang mati."
"Chef?"
"Iya. Papa baru saja telepon."
"Lalu?"
"Om kamu bekerja di Hotel Sartika bukan?"
"Iya."
"Di TKP ditemukan identitas yang mirip dengan nama Om kamu itu."
"Ha?"
"Handoko namanya."
"Itu nama Om Han, Mil."
"Apa mungkin itu. Hi."
"Maksudmu?"
"Kamu di mana sih, Win?"
"Aku sore ini mau ke rumahmu bersama Andi."
"Aku di bawah kolong tempat tidur."
"Apa! Sejak kapan kamu tidur di bawah tempat tidur, ha? Apa perlu aku datang dengan Bu Erna?"
"Psikolog yang pernah kamu tawarkan itu?"
"Iya."
"Tidak. Aku tidak mau."
"Traumamu semakin parah, Win. Sampai-sampai kamu memilih tempat gelap begitu."
"Aku ketakutan semalam. Sampai aku ketiduran di bawah tempat tidur, Mil."
"Memang kenapa? Apa yang terjadi semalam."
"Semalam badut itu ada di dalam rumah ini, Mil."
"Kamu sedang tidak bercanda, 'kan?"
"Untuk apa. Ini aku belum berani keluar, Mil."
"Wah, parah. Badut yang mengikutimu itu, 'kan?"
"Iya."
"Kamu baik-baik saja, 'kan, Win?"
"Ya, sudah. Nanti sore aku datang, ya."
"Aku takut, Mil."
"Kamu takut apa tidak mau bertemu aku sih, Win."
"Katamu boleh aku ke situ bersama Andi."
"Aku takut sekarang, Mil. Sejak badut itu meletuskan balon."
"Itu hanya balon, Erwin?"
"Kamu masih hidup, 'kan?"
"Kok kamu bicara begitu."
"Ya cuma balon, atau jangan-jangan kamu selama ini sudah berhalusinasi akibat traumamu itu."
"Tidak, Mil. Aku baik-baik saja."
"Lalu kenapa aku tak boleh ke situ?"
"Aku mohon, Mil. Aku masih takut."
"Aku makin curiga, ih. Jangan-jangan kamu sudah punya teman perempuan."
"Sungguh, Mil."
"Yakin?"
"Sebentar, Mil. Aku mau chat Om Han dulu, ya?"
"Ya."
Beberapa waktu kemudian.
"Mil?"
"Benar chef yang katamu terbunuh itu bernama Handoko?"
"Iya. Kenapa?"
"Tidak apa-apa, Mil. Sekarang aku lega karena itu bukan Om Han."
"Dia baru saja membalas pesanku, Mil."
"Tapi identitas dan alamatnya sama persis dengan alamatmu, Win."
"Tidak mungkin. Om Han baru saja mengatakan kalau dia semalam tak bisa pulang karena harus kembali ke hotel."
Mila mengirim gambar.
"Kepalanya terpisah dan hilang. Kepalanya tidak ditemukan, Win."
"Mayatnya dimutilasi."
"Tapi itu bukan Om Han, Mil. Bukan!"
"Aku harap itu memang bukan Om Han. Meski nama dan alamatnya sama seperti alamat yang kamu berikan kepadaku waktu itu."
"Jadi bagaimana?"
"Boleh aku ke situ?"
"Nanti aku kabari ya, Mil."
"Kamu kenapa sih, Win. Telepon tidak boleh, VC tidak boleh. Main ke situ juga tidak boleh."
"Maafkan aku, Mil."
"Ya, sudahlah. Kabari aku secepatnya, agar aku bisa kasih kabar ke Andi, dan kami berdua akan segera ke tempatmu, Win."
"Ya. Nanti aku kabari."
No comments:
Post a Comment