HALO, WIN (TRICK OR TREAT) BAB 7
OM HAN BAB 7
Masih, dari sudut pandang HP Mila.
"Mil?" Pesan dari Andi.
"Jadi, 'kan?"
Mila berpikir sejenak saat Andi berniat mengajaknya untuk merayakan Halloween di rumah Erwin.
"Setahun lalu dia merayakan Halloween dengan tragedi itu. Kita sudah sepakat, 'kan untuk melewatinya?"
Mila memutuskan untuk membalas pesan Erwin yang belum sempat ia balas tadi.
"Kamu sudah tahu rumahnya?"
"Sudah."
"Kita buat kejutan yuk."
"Kejutan apa?"
"Kita pakai kostum Jack 'O Lantern?"
"Aku tidak punya."
"Kamu pakai kostum apa rencananya, Mil?"
"Aku tidak pakai."
"Kok tidak pakai?"
"Aku hanya mau bertemu Erwin saja. Dia tak merayakan Halloween."
"Kenapa?"
"Dia masih trauma untuk merayakannya, Andi."
"O?"
"Yakin kamu tahu rumahnya?"
"Ya. Aku tadi mencoba mencarinya, tapi aku tahu kok lamatnya."
"Apa kamu tadi ke sana pakai kostum badut?"
"Badut? Tidak."
"Kamu kenapa sih tidak mau memberikan nomor Erwin kepadaku, Mil. Paling tidak aku bisa menghubunginya. Erwin juga temanku."
"Aku masih menjaga perasaannya, Andi."
"Lalu kau mengabaikan perasaanku?"
"Andi, stop. Aku tak mau kita bahas ini lagi."
"Kenapa? Karena kamu mencintainya. Iya?"
"Kumohon, Andi."
"Aku tadi menyatakan perasaanku dan kamu hanya diam saja."
"Kamu mencintainya, Mil."
"Sampai-sampai kamu tak mau memberikan nomornya padaku."
"Kalian sudah pacaran, ya?"
"Jawab, Mil."
"Mama memanggilku. Kita sambung lagi untuk rencana kita ke rumah Erwin ya, Andi."
Tak terlihat Andi berusaha untuk membalasnya, terbukti tidak terlihat tulisan Andi 'mengetik, dan hanya Online.
****
Beralih ke kontak Erwin. Mila terlihat sedang membalas pesan Erwin yang belum sempat ia balas.
"Tapi dia meninggalkan satu balon."
"Itu yang akan membunuhmu?"
"Kok kamu bilang begitu?"
"Ya itu hanya balon, Erwin. Lagi pula besok Halloween. Kenapa sih jadi panik begitu."
"Tapi pisau yang ada di halaman itu aku tak lagi melihatnya, Mil."
"Mil?"
"Mila?"
"Aku takut, Mil."
"Maaf, Win. Aku baru balas sekarang." Mila membalas.
"Mil, aku melihat badut itu lagi." Pesan dari Erwin.
"Gila itu badut."
"Kenapa badut itu datang lagi, Mil."
"Apa mungkin itu Andi yang katamu mau ke sini dan menakutiku dengan teror?"
"Tidak mungkin, Win. Andi baru saja chat denganku kok."
"Mil, badut itu melambaikan tangan kepadaku."
"Kamu di mana sih."
"Aku di depan jendela kamar, Mil."
"Mil!"
"Badut itu menunjuk-tunjuk ke arahku!"
"Om kamu belum pulang juga?"
"Belum, Mil."
"Sebenarnya siapa sih itu badut?"
"Mil!"
"Dia memberikan aku balon!"
"Warna merah, Mil!"
"Atau mungkin itu Om kamu, Win?"
"Mana mungkin. Om Han belum pulang!"
"Lalu siapa sih itu? Kenapa badut itu tidak pergi dari halaman rumahmu."
"Mil, dia menggerakkan telunjuk di leher!"
"Ih seram, ya?"
"Sungguh, Mil. Aku tak bohong!"
"Apa kamu telepon polisi saja. Meresahkan banget itu badut!"
"Mil!"
"Mila!"
"Itu jendela ada tirainya tidak sih, Win."
"Ada."
"Kamu tutup. Iya kali kamu takut masih berdiri di depan jendala. Buruan!"
"Badut itu pergi, Mil!"
"Dia kembali meletakkan balon merah!"
"Kunci semua pintu. Pokonya jangan keluar kamar sampai Om kamu pulang, Win."
"Iya, Mil. Aku mau turun ke bawah, memastikan semua jendela dan pintu terkunci."
"Ya, sudah sana. Kalau ada apa-apa kamu hubungi aku, ya. Kalau badut itu masih datang lagi biar aku yang akan lapor."
"Terima kasih ya, Mil."
****
Beralih sudut pandang. Percakapan berada di layar HP Om Han.
Tung! (Pesan masuk dari Erwin).
Pukul 18.01.45.
"Om, kok belum pulang?" Pesan dari Erwin.
"Iya. Sebentar lagi, Win." Balasan dari Om Han.
"Kamu sudah makan?"
"Sudah, Om."
"Kapan Om, pulangnya?"
"Sebentar lagi."
"Sebentar lagi terus. Aku takut, Om."
"Ya Om masih banyak pekerjaan, Erwin."
"Tadi siang aku mencoba menghubungi, Om."
"Tapi HP Om, tidak aktif."
"Sudah dibilang Om lagi sibuk."
"Sibuk apa, Om. Kok sampai hari ini belum pulang?"
"Om ini, 'kan sibuk di bengkel."
"Di bengkel?"
"Iya. Kamu, 'kan tahu kalau Om kerja di bengkel."
"Ha?"
"Bukannya Om selama ini chef di salah satu hotel?"
"Eh, maksud Om tidak bisa pulang karena mobil Om ada di bengkel."
"Pantas waktu aku tanya alat Om, ada yang tertinggal dan itu pisau. Om, bilang malah itu kunci."
"Om pusing karena mobil masih di bengkel. Om tidak bisa pulang, Win."
"Besok Halloween, 'kan?"
"Aku tak mau merayakannya, Om."
"Kamu bisa, 'kan jalan-jalan keluar rumah?"
"Maksudnya, Om. Aku masih takut untuk keluar rumah."
"Erwin, sampai kapan kamu mengunci semua pintu, ha?"
"Memangnya kenapa? Bukannya Om Han yang menyuruhku untuk mengunci pintu? Kok aneh."
"Maksud Om supaya kamu bisa punya teman dan trauma akan kejadian pembunuhan itu cepat hilang, Win. Kamu tak mau menikmati udara segar di luar sana?"
"Belum siap, Om. Aku takut kalau pembunuh itu ada di sekitarku."
"Win, Om VC, ya?"
"Om, 'kan tahu kalau HP ini rusak kameranya. Kok Om, mau VC?"
"Oh, iya. Om lupa, Win."
"Jadi bagaimana?"
"Apanya, Om?"
"Kamu sudah tambah kontak belum? Apa hanya Mila yang pernah kamu ceritakan itu?"
"Iya, Om. Hanya Mila dan Om, yang tahu nomorku."
"Om?"
"Apa?"
"Tadi ada badut menyeramkan di halaman rumah."
"Badut?"
"Iya, Om."
"Dia bilang mau membunuhku, Om."
"Terus?"
"Dia juga mengikutiku sampai rumah."
"Apa dia masih di situ?"
"Tadi ada di ujung halaman, dekat pagar itu, Om."
"Coba kamu lihat ke jendela, Win."
"Memangnya kenapa, Om."
"Sudah?"
"Iya, Om. Aku sudah di jendela kamar."
"Bagaimana?"
"Om!"
"Astaga!"
"Badut itu!"
"Dia masih di sana, Om!"
"Om!"
"Om Han!"
"Dia melambai ke arahku, Om!"
"Apa semua pintu kamu kunci, Win?"
"Iya, Om."
"Kenapa badut itu masih di sana, Om."
"Apa kamu lihat dia membawa sesuatu?"
"Aku tak melihatnya, Om. Aku sudah di dalam selimut."
"Aku takut, Om."
"Kenapa takut. Badut itu tak ada di dalam rumah, 'kan?"
"Astaga! Om, ada suara langkah di ruang bawah, Om!"
No comments:
Post a Comment