Dukung SayaDukung Pakde Noto di Trakteer

[Latest News][6]

abu nawas
abunawas
berbayar
cerkak
cerpen
digenjot
gay
hombreng
horor
hot
humor
informasi
LGBT
mesum
misteri
Novel
panas
puasa
thriller

Labels

MBAH SURO 9

 


Juragan Ngadiman sudah menjejak di halaman pendopo Sumitro. hari keempat sudah, terhitung dia berangkat dari Waru Telu. Sumitro tersenyum lebar seraya menyambut kedatangan sahabatnya ini.

“Angin apa yang membawa seorang juragan Waru Telu kemari hah, hahahahaha,” Sumitro tergelak seraya membentangkan tangannya.

“Tidak usah banyak basa-basi kakang!” ucap juragan Ngadiman dengan raut kesal.

“Lo … lo … ada apa, ada apa, ayo … ayo kita masuk, jauhnya perjalanan sepertinya mengubah suasana hatimu,” ucap Sumitro dengan tangan mempersilahkan juragan Ngadiman untuk menuju pendopo.

 

“Kenapa juragan tak mengabari kalau mau ke Jati songgo,” buka Sumitro lalu duduk bersila di hadapan juragan Ngadiman.

“Beruntung Handaka mempunyai penawar Sapta Wisyo Upas, kakang sudah gila hah! Jati Songgo dan Waru Telu tak pernah mempunyai sejarah permusuhan kakang!” tegas juragan Ngadiman langsung mengarah ke persoalan.

“Mbul … Timbul!” teriak Sumitro.

Tak lama berselang Timbul tergopoh menghampiri Sumitro.

“Buatkan wedang buat tamuku,” perintah Sumitro.

“Sendiko, Romo,” kata Timbul menerima perintah itu, lalu surut mundur dan kembali ke pawon.

Sumitro yang mempunyai wajah hampir mirip dengan mbah Suro terlihat hanya tersenyum lebar memandang juragan Ngadiman.

“Dadi opo ceritone, juragan.” Sumitro lalu mengeluarkan kelobot dari sakunya, menyodorkan ke hadapan juragan Ngadiman.

“Ndak usah pura-pura kakang, Handaka sudah menceritakan semua, sungguh aku tak menyangka, ternyata sahabatku sendiri memiliki niat busuk!”

“Maafkan aku juragan, niat hatiku tidaklah seperti itu,” datar ucap Sumitro.

“Maaf! Setelah Waru Telu saja menjadi desa tak berpenghuni!” hardik juragan Ngadiman.

Sumitro hanya bisa diam, kalau bukan juragan Ngadiman, sahabatnya, pasti Sumitro lebih murka di bentak begitu.

Timbul datang dengan lengser kecil berisi dua gelas kopi deplok diatas lepek. Mengetahui tatapan Romo Sumitro, Timbul segera berlalu, kehadirannya jelas tak dibutuhkan.

“Minumlah juragan, selera bercandamu hilang,” suguh Sumitro dingin.

“Atau  marahmu lebih di sebabkan karena Darti kembali,” tambah Sumitro.

“Jangan mengalihkan pembicaraan kakang,” desah juragan Ngadiman seraya mendekatkan wajahnya ke arah Sumitro.

“Dengan begitu kau gagal mendapatkan cinta dukun itu, iya!” bentak Sumitro kini. Sumitro sangat tidak suka ada yang membentaknya.

“Kamu dan aku sama juragan! Tanpa di sadari, kita berdua hanya korban dari asmara mereka,” geram Sumitro menatap wajah juragan Ngadiman.

“Tapi jangan libatkan Waru Telu,” balas juragan Ngadiman.

“Hahahaha, akan ku jual Jati Songgo demi mendapatkan Darti, dan akan kau jual Waru Telu untuk mendapatkan cinta dukun itu, kita berdua hanya lakon yang dipersiapkan untuk sakit hati oleh asmara mereka!”

Ucapan Sumitro membuat juragan Ngadiman terdiam kini. Harus di akui bahwa ucapan Sumitro benar adanya. Dengan mengirim Handaka, bukan hal mustahil kalau Darti juga akan tinggal dan diam di Jati Songgo. Ternyata itu semua salah, tak keberdayaan Handaka telah memberitahukan kalau Sapta Wisyo Upas memiliki Weninge Embun sebagai penawarnya.

Segera.

PAKDE NOTO

Baca juga cerita seru lainnya di Wattpad dan Follow akun Pakde Noto @Kuswanoto3.

No comments:

Post a Comment

Start typing and press Enter to search