Dukung SayaDukung Pakde Noto di Trakteer

[Latest News][6]

abu nawas
abunawas
berbayar
Budaya
cerbung
cerkak
cerpen
digenjot
gay
hombreng
horor
hot
humor
informasi
LGBT
mesum
misteri
Novel
panas
puasa
Terlarang
thriller

Labels

PAKDEKU HOMBRENG

 Aku seorang laki-laki normal, aku tidak tertarik tentang dunia pelangi, meskipun sering dengar perkara jeruk makan jeruk seperti itu.


Kadang aku tak habis pikir mengapa harus ada laki-laki yang menyukai sesama jenis,sementara di dunia ini banyak perempuan? Entahlah. Dunia sudah makin gila saja!


Bagaimana mungkin seorang laki-laki bisa merasakan keindahan dengan laki-laki juga? Menurutku ini aneh.

Memang boleh? Terus bagaimana caranya mereka melakukannya, ha?

Terserah mereka saja! Aku jijik bila membayangkan urusan ranjang gairahterlarang semacam itu.

Oh, iya. Kalau masalah urusan ranjang, aku sendiri memiliki hubungan seksual yang cukup baik dengan istriku yang bernama Suwati.

Istriku itu mampu melayaniku dengan baik di atas tempat tidur, begitu juga sebaliknya, istriku tak perah mengeluh tentang kepuasanbiologisnya. Aku pasti bisa membuatnya puas babak belur di atas tempat tidur.




****

Aku sudah 5 tahun menikah dan punya satu anak perempuan berumur 3 tahun. Usiaku sendiri sudah hampir 30 tahun saat ini.

Pernikahanku dengan Suwati baik-baik saja, bahkan cukup bahagia, meski kami tinggal serumah ... satu atap dengan Pakde To dan Mbokde Warsinah.

Mbokde Warsinah sendiri adalah kakak perempuan dari mendiang ibuku, sementara Pakde To secara otomatis jadi pakdeku juga.

****

Sejak bapakku meninggal 6 bulan lalu, Mbokde Warsinah memintaku untuk tinggal sementara di rumahnya karena rumah yang biasa aku tempati saat bapak masih hidup ... harus disita akibat perkara hutang.

****

Rumah Pakde To cukup besar, cukup luas meski ditempati dua keluarga dengan istri dan anakku yang kini hidup satu atap di rumahnya.

Pakde To itu perawakannya gagah, jarang bicara, malah terlihat sangar dengan kumisnya yang lebat. Postur tubuhnya lebih tinggi dari mendiang bapakku.

Aku sendiri bekerja serabutan. Kadang-kadang diajak Pakde To menjadi peladennya bila kurang orang. Pakdeku itu seorang tukang bangunan yang sering ikut proyek besar di kota.

Meski kerja serabutan, tetapi upah yang kudapat lumayan cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga kecilku yang menumpang di rumah pakde & mbokde.

Mbokde Warsinah sendiri kadang mengajak istriku untuk kerja upah hariansebagai buruh unduh di kebun-kebun.

****

Ah ... begitulah, Kawan. Kehidupan kami sangat sederhana, bahkan aku sendiri tak tahu harus sampai kapan hidup menumpang di rumah pakde dan mbokde yang kini sudah kuanggap pengganti kedua orang tuaku

****

Hari-hari berikutnya berlalu seperti biasa.

Hidupku berjalan sebagaimana takdirnya, meski kadang ada saat di mana aku merasa jenuh dengan rutinitas yang sama setiap harinya.

Ada begitu banyak cinta yang harus aku syukuri terutama dari anak dan istriku ...  hingga suatu malam ... di mana hanya ada aku dan Pakde To di rumah itu ...

Ah ... kalimat pembuka perkara jeruk makan makan jeruk ternyata terjadi padaku.

Hidup itu aneh ya, Kawan. Kadang kita menjadi bagian dari sesuatu yang kita benci
setengah mati.

Kembali pada ceritaku ketika hanya ada aku dan Pakde To di rumah malam itu.

Saat itu istriku bekerja ikut Mbokde Warsinah bekerja masak di warung nasi
milik Bu RT. Anakku sendiri ikut. Mereka berangkat tadi pagi. Kemungkinan mereka pulang besok sore.

Oh, ya lupa. Selain menjadi buruh unduh, Mbokde Warsinah juga kerap dibooking masak bila Bu RT mendapat job katringan loh, Kawan.

Malam itu tiba-tiba hujan turun sangat deras diiringi suara guntur yang menggelegar.

Lap!

Duar!

Karena hujan yang begitu deras, aku memutuskan tidur lebih awal. Kupikir Pakde To juga pasti sudah tidur karena cuacanya memang terasa dingin malam itu.

Saat aku hendak memakai sarung tiba-tiba aku mendengar suara pintu kamar diketuk-ketuk.

Tok! Tok! Tok!

"Sinten, nggeh?" tanyaku dari atas tempat tidur.

"Pakde, Le!" jawab suara dari balik pintu.

Bergegas aku bangkit dan kubuka pintu kamar.

Kreekk.

Aku melihat Pakde To berdiri di depan pintu mengenakan kaus singlet dan berkerubut sarung.

"Ada apa, Pakde?" tanyaku heran.

"Neng kamar adem, Le," jawabnya seraya merapatkan sarung seperti orang kedinginan.

"Dingin?" tanyaku aneh. Suaraku agak keras mengimbangi suara hujan di luar.

Pakde To hanya diam sambil terus memeluk tubuhnya sendiri.

"Pakde turu neng kamarmu yo, Le. Peh jan! Wuadem tenan bengi iki," ujarnya melangkah menuju tempat tidur yang biasa aku tiduri dengan istriku.

Tak lama kemudian Pakde To berbaring terlentang mendekap sarung yang membungkus tubuhnya.

Aku sedikit risi tidur dengan pakdeku itu, secara pakde dan aku di rumah atau sewaktu di tempat kerja jarang ngobrol, bicara kalau ada perlu saja. Jujur aku lebih dekat dengan Mbokde Warsinah karena masih memiliki turunan darah.

Aku segera menutup pintu lalu meraih tikar yang akan kugunakan untuk tidur.

Biarlah Pakde To yang tidur di atas dan aku tak keberatan bila harus tidur di bawah. Bukan karena tempat tidurku yang sempit, tapi ya itu tadi, aku risi bila tidur berdua dengan pakdeku, pikirku demikian.

Lap!

Duar!

Suara petir masih terdengar dan hujan masih turun di luar.

Gemuruh terdengar seperti langit hendak runtuh.

"Lapo turu ngisor. Turu nduwur kene kambek pakde," ucap Pakde To menoleh ke arahku dalam posisi masih berbaring.

Aku juga menoleh. "Tidak apa-apa, Pakde. Biar Njenengan saja yang di atas," balasku. Namun, Pakde To malah turun lalu pindah berbaring di sampingku.

Yang membuat seperti disambar petir karena kaget, pakdeku langsung memeluk dan memegangi milikku yang sama-sama di balik sarung.

Aku berusaha menepis wajahnya saat ia bermaksud menciumiku dengan kumisnya yang kasar itu.

"Ja ... jangan, Pakde."

"Le," ujarnya dengan napas memburu.

Aku langsung berontak kuat dan bangkit. "Jangan, Pakde!"

Aku melihat pakdeku bangun membetulkan sarungnya.

"Pakde, saya bukan homo!" Jelas aku marah diperlakukan seperti itu, tetapi ... baca kelanjutannya, lengkap di Trakteer.

PAKDE NOTO

Baca juga cerita seru lainnya di Wattpad dan Follow akun Pakde Noto @Kuswanoto3.

No comments:

Post a Comment

Start typing and press Enter to search