KISAH SERAM OJOL
PENGALAMAN HOROR SAAT MENGGUNKAN JASA OJEK ONLINE
(Kisah horor saat menggunakan Ojek Online peristiwa ini dialami oleh Dian yang sebenarnya merupakan nama samaran).
Diawali ketika Dian akan pulang dari rumah kakeknya yang berlokasi di Bekasi.
Karena tidak ingin merepotkan ayahnya, apalagi di saat itu sang ayah juga sedang lembur, maka Dian memesan Ojek Online, dan sambil menunggu jemputan ojek Dian pun mengobrol dengan kakek, tante, juga sepupunya.
Tanpa disadari ternyata Dian memesan ojek dua kali dan dua-duanya sama-sama masuk. Aneh, entah aplikasi tersebut eror atau bagaimana, akhirnya dengan terpaksa ia pun membatalkan salah satunya.
Tak berselang lama, Abang Ojol pun akhirnya datang. Ia pun pamit kepada kakek dan tantenya.
****
Perjalanan awalnya berjalan lancar tanpa kendala, bahkan Abang Ojol juga ternyata sangat humble dan ramah, namun sebenarnya ketika awal Dian menaiki motor, ada aroma khas yang tercium dari Abang Ojol, wangi yang sangat familiar, namun Dian tidak bisa mengingat aroma itu, ia hanya merasa bahwa pernah menciumnya.
Tak berselang lama tiba-tiba Abang Ojol mengatakan "Mbak, ini betul ya jalannya?”
“Hmm. Betul kok. Lurus saja, nanti belokan depan ke kiri,” jawab Dian, namun dalam hatinya ia seperti agak ragu. Jalan itu seolah benar arahnya, tapi terasa asing, seolah-olah ada yang berubah.
Karena ragu Dian pun membuka aplikasi Google Map, namun sialnya aplikasi yang dia buka error, hanya tertera kolom nama tanpa menunjukkan gambar petanya.
Berkali-kali direfresh, namun aplikasi tak merespons. Aneh sekali, padahal indikator bar sinyal masih full, dan tertera tulisan 4G.
Dian pun mengetes WA di HP-nya dan terlihat ceklis 2. Artinya pesan tersebut terkirim, namun ketika kembali ke aplikasi Map, anehnya aplikasi masih tetap eror.
Dian pun kembali mengirim WA ke teman-temannya, meski tak dibalas, namun terlihat cek lis 2 dipojok pesannya.
Dalam keadaan bingung, tiba-tiba Abang Ojol mengatakan kalau Map di HP-nya juga eror dan ia minta diarahkan manual.
Semakin bingunglah dirinya. Bisa-bisanya Map di HP mereka sama-sama eror.
Sembari mencoba untuk mengutak-atik HP-nya, dirinya pun terkejut ketika melihat sekeliling mereka di tempat yang sangat asing, tempat yang gelap dengan hampir tak ada penerangan.
Jalan hanya lurus dan terlihat perumahan seperti BTN yang sangat sepi, seperti tak berpenghuni.
Dian mencoba ingat-ingat kembali, perasaan untuk sampai ke rumah tantenya tak ada perumahan seperti ini, dan tiba-tiba Abang Ojol berkata bahwa Map di HP-nya sudah berfungsi kembali, namun bukannya lega, Dian justru semakin panik saat melihat jam di HP-nya sudah menunjukkan pukul 19.00, dan mereka justru masuk ke area perkebunan yang sangat asing. Kebun itu terhampar luas dengan tanaman-tanaman pendek, terlihat juga jalannya semakin mengecil seolah akan semakin ke pelosok.
Anehnya lagi, Abang Ojol kemudian berkata bahwa mereka sedikit lagi akan sampai.
Dian pun meminta untuk menepi dan bermaksud untuk menunjukkan bahwa rute yang mereka lewati salah.
Di saat berhenti itulah terjadi perdebatan. Abang Ojol mengatakan bahwa ia hanya mengikuti Map sedangkan Dian mengatakan bahwa mereka tersesat di kebun orang. Walah!
Tak ingin lanjut berdebat, apalagi suasana semakin mencekam, mereka pun sepakat untuk putar balik saja.
Di sini dengan terburu-buru Abang Ojol tiba-tiba meminta Dian cepat naik. Ia seperti ketakutan, wajahnya pun sudah terlihat pucat.
“Bang, ada apa sih?” tanya Dian.
Namun Abang Ojol tidak menjawab pertanyaan itu dan terus melajukan motornya.
Begitu mereka kembali menemukan jalan utama, Map di HP-nya langsung berfungsi. Di sinilah Dian tiba-tiba ingat dengan parfum Abang Ojol yang terasa sangat janggal.
Karena sudah berjam-jam tidak sampai, mereka pun sepertinya sudah kelelahan.
Abang Ojol berkata, “Mbak, kita istirahat dulu, ya. Saya bingung. Kok gak sampai-sampai.” Abang Ojol juga kemudian mengatakan bahwa ia juga masuk angin. Walah!
Melihat kondisi yang kurang sehat, Dian menawarkan untuk membatalkan trip itu, namun Abang Ojol tersebut menolaknya dan berkata masih sanggup.
Mereka pun kemudian lanjut berjalan, dan sepertinya hal aneh masih belum berakhir. Perjalanan mereka seolah hanya terus berputar, tidak pernah sampai.
Dian sudah mau menangis karena hal ini. Bekasi ke Jakarta rasanya seperti berjalan dari Bandung ke Jakarta, benar-benar sangat lama.
Hal yang sama juga kembali terulang. Map di HP mereka kembali eror, bahkan lebih parahnya kali ini Abang Ojol sampai menepi dan muntah-muntah.
Masih belum selesai dengan semua itu, tanpa angin dan gerimis, tiba-tiba mereka langsung diguyur hujan deras. Mereka pun menepi untuk menggunakan jas hujan, baru kembali lanjut berjalan.
Begitu hujan reda, tiba-tiba mereka seperti baru keluar dari antah-berantah.
Suasana kembali ramai, dan anehnya hanya mereka yang menggunakan jas hujan. Hanya mereka yang kelihatan basah, sementara orang lain terlihat beraktivitas seperti biasanya.
Dian pun celetuk ngomong untuk mencairkan ketegangan. “He he he. Tadi hujan di daerah mana ya Bang. Kok kita doang yang basah, ya.”
“Wah saya juga enggak ngeh sih, Mbak. Deres banget, enggak kelihatan kanan kiri,” balas Abang Ojol tersebut.
Malam itu Dian akhirnya sampai di rumahnya, dan betapa terkejutnya ia ketika melihat jam sudah menunjukkan pukul 00.01.
Dian yang masih dihantui rasa penasaran akhirnya kembali menanyakan kepada Abang Ojol apa yang sebenarnya ia lihat.
“Duh saya masih merinding bila mengingatnya. Tadi saya pas di sana itu melihat rumah kecil catnya warna kuning, yang saya pikir itu rumah Mbaknya di tengah kebun, tapi enggak lama saya lihat ada laki-laki keluar dari rumah itu, telanjang dada, kurus banget tapi pas menghadap saya enggak ada mukanya, Mbak,” jawab Abang Ojol dengan wajah masih penuh ketakutan.
Dian pun langsung merinding membayangkan apa yang dilihat oleh Abang Ojol sewaktu mereka tersesat tadi.
Singkat cerita Abang ojek pun pamit. Ia mengucapkan banyak terima kasih karena Dian memberikan uang yang lebih dari ongkos seharusnya.
Di saat itu Dian juga baru menyadari notifikasi di HP-nya sudah menumpuk yang rupanya adalah panggilan tak terjawab dari bapak, ibu, adik, tante, dan bahkan kakeknya.
Sesuai dengan prediksinya, keesokan pagi sebelum sarapan, Dian pun diomeli habis-habisan, namun Dian mencoba untuk menjelaskan kepada bapaknya hingga akhirnya mereka pun mengerti. Dari sinilah Dian pun akhirnya trauma untuk naik ojek tengah malam.
****
Tak lama dari kejadian itu, ketika acara kumpul keluarga, Dian mencoba menanyakan hal itu kepada kakeknya.
Sang kakek pun menjelaskan bahwa ada sesuatu yang menempel di badan Abang Ojol tersebut. Entah itu pelaris atau juga kiriman santet. Sesuatu yang tak kasat mata!
Kakek juga menjelaskan bahwa hujan yang mereka alami adalah semacam gerbang penghubung ke dimensi lain. Itulah sebabnya hanya mereka yang terkena hujan.
****
Di lain waktu ketika Dian menceritakan hal itu kepada temannya, mereka malah menduga-duga hal itu dilakukan oleh Abang Ojol yang Dian cancel salah satunya di awal kisah. Mungkin karena sakit hati, namun itu hanya dugaan saja. Entah apa yang sebenarnya terjadi.
No comments:
Post a Comment