Dukung SayaDukung Pakde Noto di Trakteer

[Latest News][6]

abu nawas
abunawas
berbayar
cerkak
cerpen
digenjot
gay
hombreng
horor
hot
humor
informasi
LGBT
mesum
misteri
Novel
panas
puasa
thriller

Labels

MISTERI PENGHUNI GIOK

 PENGHUNI GIOK

Tahun 1743.


Suasana di beberapa pemukiman warga Tionghoa terlihat sangat mencekam terdengar tembakan dari senjata api milik Serdadu VOC, dan juga jeritan menyayat hati dari orang-orang yang dibantai para Serdadu itu.

Dor!

Dor!

Laksana malaikat pencabut nyawa, mayat-mayat pun terlihat bergelimpangan di sana-sini. Sedangkan beberapa rumah dibakar tanpa ampun.

“Kebakaran!”

“Kebakaran!”

Beberapa warga Tionghoa yang diduga pemberontak dikumpulkan, kemudian dieksekusi di sebuah tempat yang berada di pinggiran sungai, sampai-sampai sungai yang berada di kawasan itu akhirnya berubah merah oleh darah.

Seorang wanita terlihat menangis sambil menggoyang-goyangkan tubuh ayahnya yang mana pria itu sudah tidak bernyawa lagi bersama tumpukan mayat orang Cina lainnya. Bersamaan setelah itu salah satu Serdadu menodongkan senapan ke arah si wanita.

Dor!

Dor!

Dor!

Dan satu timah panas seketika menghujani wanita malang itu hingga ia pun tewas.

 ****

Imlek 2023.

Hari raya Imlek terlihat cukup meriah. Lampion dan pernak-pernik khas cina menghiasi. Di balik keramaian perayaan tempat tersebut, satu keluarga terlihat melaksanakan ibadah di sebuah Kelenteng.

Di keluarga itu ada seorang gadis belia berkisaran usia 20 tahun yang bernama Marisa. Gadis belia itu ikut khidmat dalam berdoa.

Marisa sendiri adalah anak pertama dari Kho Lim. Ia memiliki seorang adik laki-laki bernama Yohanes yang berbaru 3 tahun dari usianya.

Selepas melaksanakan ibadah di Kelenteng, Marisa dan keluarga kecilnya mengunjungi rumah Ama ibunda dari Kho Lim, ayahnya.

Hari raya Imlek merupakan perayaan yang sangat meriah bagi keluarga itu, di mana keluarga besar Marisa yang sama-sama etnis Tionghoa berdatangan dari segala penjuru kota, bahkan keluarga mereka yang berasal dari Shanghai China, juga kerap datang.

Senyum bahagia tampak dari wajah Sama, wanita yang sudah berusia 80 tahun itu sangat bahagia atas kedatangan keluarga Marisa.

Seperti biasa, setelah makan bersama-sama Sama lalu membagikan angpau ke masing-masing cucunya. Justru Marisa mendapat giliran terakhir dalam menerima angpau.

Entah kenapa Ama memandangi wajah Marisa dengan begitu tajam, membuat Marisa menjadi bingung dengan tingkah laku Ama.

“Marisa, cucuku. Sudah menginjak dewasa. Aku ingin memberikanmu sebuah peninggalan yang berharga dari leluhur kita,” ucap Ama kemudian.

Sedangkan Marisa hanya mengerutkan dahi tanda dia bingung dan menerka hadiah apa gerangan yang akan diberikan oleh Ama.

Setelah itu Ama mengeluarkan sebuah kotak kecil berwarna merah, dan mengambil isi dalamnya. Mungkin saja beliau memang sudah mempersiapkan benda tersebut yang ternyata adalah seutas kalung emas dengan berbuahkan sebuah batu Giok tradisional Cina.

Sebelum menyerahkan pada Marisa, Ama memberitahukan kalau kalung tersebut merupakan peninggalan dari nenek moyang keluarga mereka yang sudah berusia 280 tahun. Kalung itu sudah dipakai dari generasi ke generasi dan Marisa adalah sosok yang cocok sebagai generasi yang dipercaya selanjutnya.

Setelah menerima, Marisa mengamati kalung liontin batu Giok berwarna merah dengan tali yang terbuat dari emas. Walaupun sudah berusia hampir 300 tahun, namun kalung tersebut masih terlihat bagus dan terawat.

Marisa pun langsung memakainya.

Di depan cermin ia tersenyum bangga melihat penampilan barunya mengenakan kalung pemberian Ama.

****

Setelah pulang dari rumah Ama.

Marisa bermain ponsel sambil sesekali membuka galeri, melihat kembali beberapa foto yang telah ia bagikan bersama kebahagiaan di hari Imlek.

Sambil senyum-senyum sendiri, Marisa mensekrol foto-foto yang ada di galeri, hingga aktivitas tersebut mengundang rasa kantuk, Marisa pun menguap lalu coba memejamkan mata.

Di tengah rasa kantuk yang mendera, tiba-tiba penciumannya mengendus sesuatu aroma menyengat. Aroma tersebut sudah Marisa kenali, yakni aroma dari dupa di Kelenteng.

Bau itu menyeruak menusuk hidung membuat Marisa akhirnya bangkit dan memutuskan untuk mencari sumber bau tersebut.

Memang biasanya orang tua Marisa sewaktu-waktu memberikan dupa ke hadapan foto leluhur mereka yang dipajang di sebuah altar dalam rumah, namun dupa yang mereka gunakan aromanya tidak pernah sampai masuk ke dalam kamarnya karena altar untuk berdoa itu terletak di bagian ruang tamu, sedangkan kamar Marisa dan Yohan terletak di lantai dua, jadi mustahil kalau aroma dupa itu bisa masuk ke kamarnya.

Bau itu semakin menyeruak harum, namun membuat bulu kuduk merinding.

Marisa segera pergi ke lantai utama rumah dan menuju ke altar tempat ia dan keluarga berdoa.

Cahaya yang agak gelap dikarenakan beberapa lampu dimatikan, membuat suasana sedikit mencekam.


Sesampainya di altar, Marisa tidak menemukan siapa pun, yang membuat aneh adalah beberapa dupa yang ada di guci terlihat menyala tanpa ada seorang pun di sana.

Marisa pun terenyak ketika muncul asap tipis dari depan altar.

Perlahan tampak sosok wanita menggunakan pakaian Cheongsam berwarna merah. Wajah sosok itu memang cantik terlebih lagi ketika tersenyum pada Marisa.

Menyenangkan, tapi tetap saja membuat Marisa menjadi ketakutan.

Setelah Marisa perhatikan dengan saksama, ada kemiripan dengan dirinya pada sosok tersebut dan ia semakin merasa ngeri pada saat sadar, kalau leher wanita itu berlubang dan mengeluarkan darah segar.

Sejurus kemudian Marisa merasakan lemas, belum sempat pingsan sosok itu pun lenyap dengan sendirinya!

Blap!

“Marisa?”

“Marisa, ada apa?” tanya mamanya yang membuat Marisa bagai baru tersadar.

Setelah menguasai kondisi, Marisa pun melaporkan kejadian tersebut, seketika mamanya melihat kondisi sekitar.

“Tidak ada hal yang aneh. Dupa di gunci juga tidak menyala.” Mamanya menganggap kalau Marisa berhalusinasi dan membujuk anak perempuannya itu agar tidak usah terlalu larut dalam suasana ruangan yang mungkin mempengaruhi pikirannya.

Di altar sembahyang milik keluarga Marisa memang kadang memiliki aura negatif yang bisa membuat seseorang merinding, apalagi bagi mereka yang dari kalangan orang lokal atau bukan Chinese. Di lokasi tersebut akan tampak sakral dan menyeramkan.

Marisa melupakan kejadian semalam dan memulai kegiatannya seperti hari biasa. Dia berstatus mahasiswa di universitas negeri di kota Pangkal Pinang, kini ia sudah memasuki semester 4 dari jurusan Desain Komunikasi Visual, sedangkan adiknya yang bernama Yohanes adalah siswa kelas 12 SMAN 1.

Sedangkan mamanya hanya bertugas untuk mengurus rumah tangga dan juga menjaga toko kelontong yang sudah diwariskan turun-temurun oleh keluarganya sejak zaman penjajahan Belanda.  Terkadang di hari libur kerja, Kho Lim juga menyempatkan diri untuk menjaga toko tersebut dikarenakan toko itu juga memiliki beberapa karyawan.

Marisa dikenal sebagai pribadi yang pintar dan ramah. Ia sangat peka terhadap teman-temannya sehingga tidak jarang banyak dari kawan mahasiswa tertarik untuk berteman dengan dirinya. Di samping itu karena kecantikan dan pesona yang dimilikinya membuat daya tarik tersendiri bagi orang-orang di kampus.

Banyak dari teman-temannya menyamakan kalau wajahnya mirip selebriti Korea dan ada juga yang mengatakan kalau ia mirip artis Jepang. Dekan beberapa Dosen sekalipun suka memuji penampilan dirinya.

Sebenarnya ada seorang mahasiswa yang menaruh hati dengan Marisa, akan tetapi ia mengabaikan, dikarenakan ia tahu kalau pemuda yang bernama Erik itu adalah seorang anak yang berperilaku buruk. Beberapa kali Erik merayunya, namun hasilnya nihil, Marisa lebih memilih sendirian ketimbang berhubungan dengan lelaki tersebut.

“Halo, Sipit?” Ucapan itu membuat Marisa langsung menoleh. Lelaki yang tidak lain adalah Alex langsung mendekatinya. Alex merupakan teman dekat Erik yang juga memiliki sifat sama buruknya.

Tidak biasa mereka mencegat Marisa di tempat itu, tempat yang selalu Marisa gunakan sebagai jalan pintas.

Marisa melihat gelagat Alex mulai menampakkan tanda-tanda buruk, Marisa merasa kalau Alex memiliki niat yang tidak baik.

Marisa pun memutuskan untuk kabur dari Alex, namun sayangnya ia berhasil dicegat oleh Erik yang juga mendadak muncul.

“Mau ke mana, Sipit? Ha ha ha.”

“Minggir! Aku mau lewat!” balas Marisa.

Di tengah ketegangan antara mereka secara mengejutkan kalung yang ada di leher Marisa mengeluarkan cahaya, sontak Alex dan Erik terkaget dan mereka berdua mundur.

Sesaat mereka bergidik ngeri ketika di belakang Marisa muncul sosok wanita mengenakan baju tradisional Cina berwarna merah, sosok itu menatap tajam ke arah mereka, tampak wajahnya sangat pucat dan leher wanita itu berlubang seperti terkena tembakan.

Alex memicingkan mata menyaksikan dengan saksama siapa sosok di belakang Marisa. Bahkan Erik sangat yakin melihat penampakan yang tidak wajar.

Mereka pun berpaling dan langsung berlari meninggalkan Marisa.

“Lari!”

“Cepat lari, Lex!”

Sementara Marisa yang tidak menyadari dengan kemunculan sosok di belakangnya hanya celingukan saja. Ia juga tidak tahu jika kalung pemberian Ama mengeluarkan cahaya. Ia pun segera melanjutkan langkah dengan tergesa-gesa.

****

Malam harinya.

Angin malam menderu masuk ke kamar Marisa yang sedang sibuk menyelesaikan tugas kuliahnya. Merasa bulu tengkuknya berdiri, ia merinding tanpa sebab, tiba-tiba secara mengejutkan kalung liontin yang ada di lehernya mengeluarkan cahaya yang berangsur-angsur menyala.

Marisa mencoba bersikap tenang, namun tetap saja terbawa suasana, ia pun mengamati dirinya di cermin sambil memegang buah kalung tersebut dan secara mengejutkan sosok wanita terlihat berada di cermin!

Sosok wanita Tionghoa itu berwajah pucat dengan leher yang berlubang, muncul di belakangan Marisa.

Langsung Anes berteriak kaget dan membalikkan badan.

“Akh!”

“Akhh!”

Namun sosok itu telah lenyap terlebih dahulu.

Blep!



“Ini tidaklah nyata,” gumam Marisa sambil mengamati kalung yang sudah kembali normal.

Kemudian Marisa memutuskan untuk pergi tidur saja. Dengan perasaan yang masih waswas, ia membaringkan tubuhnya yang langsing.

Marisa mencoba memejamkan mata, namun masih tetap bisa untuk terlelap, ia merasa gelisah dan membolak-balik tubuhnya di atas kasur.

Saat ia pejamkan mata, untuk sekian kali tiba-tiba ia mencium kembali aroma dupa yang menyeruak.

Di saat itu pula Marisa kembali membelalakkan kedua matanya. Ia pun tercekat ketika melihat kembali sosok yang telah ia lihat sebelumnya. Sosok itu duduk di atas lemari yang berada tepat di seberang tempat tidur!

Kali ini leher yang berlubang masih mengeluarkan darah segar!

Tes!

Tes!

Mata sosok itu memandangi Marisa dengan tatapan nanar.

Marisa memalingkan muka dan berteriak histeris.

“Akh!”

“Akhh!”

Mama dan papanya, serta Johan yang mendengar teriakan itu bergegas pergi ke kamarnya yang secara kebetulan Marisa tidak mengunci pintu.

Mamanya langsung histeris ketika melihat keadaan Marisa yang ternyata mengalami kesurupan!

“Aku tidak mau pergi!”

“Aku tidak mau pergi sebelum dendamku terbalas!”

“Aku tidak mau pergi!”

“Tidak mau!” ucap Marisa dengan ada menggeram saat orang tuanya mencoba untuk menyadarkan.

Mereka saling pandang penuh rasa aneh.

Di tengah kebingungan, muncul seberkas sinar merah menyala dikalung Marisa, Kho Lim pun teringat akan Ama yang telah memberikan kalung tersebut. Segera Kho Lim memerintahkan Yohanes untuk menjemput Ama.

****

Singkat cerita, pada akhirnya Ama berhasil mengusir roh yang merasuki raga Marisa, namun Marisa masih tidak sadarkan diri.

Memang selama ini Ama mampu melihat hal-hal gaib, sekaligus berkomunikasi dengan beberapa dari mereka. Ama menjelaskan. “Kalau arwah yang merasuki Marisa adalah nenek buyutnya, sehingga tidak ada yang perlu dikhawatirkan.”

Saat Kho Lim bertanya tentang kalung yang dilihatnya, Ama terdiam saja tanpa menjawab, beliau tidak menjelaskan secara rinci hanya menyuruh agar mereka melakukan penghormatan pada para leluhur.

****

Keesokan harinya.

Kampus dibuat heboh tentang berita kecelakaan yang dialami Alex dan Erik malam tadi. Diketahui kalau mobil mereka ditabrak sebuah truk tronton dalam perjalanan pulang dari diskotek.

Mereka yang diduga saat itu dalam keadaan mabuk membuat kecelakaan pun tidak bisa dihindari. Akibat kecelakaan itu, Alex tewas dengan kondisi tubuh yang mengenaskan, sedangkan Erik berhasil selamat namun mengalami luka parah dan kaki sebelah kanannya harus diamputasi.

SELESAI

 ARTIKEL LAINNYA DI SINI

PAKDE NOTO

Baca juga cerita seru lainnya di Wattpad dan Follow akun Pakde Noto @Kuswanoto3.

No comments:

Post a Comment

Start typing and press Enter to search