Dukung SayaDukung Pakde Noto di Trakteer

[Latest News][6]

abu nawas
abunawas
berbayar
cerkak
cerpen
digenjot
gay
hombreng
horor
hot
humor
informasi
LGBT
mesum
misteri
Novel
panas
puasa
thriller

Labels

PART 1 SANG BIDUAN

PART 1

 Pagi suasana itu terlihat di sebuah perkampungan yang tampak mulai beraktivitas. Para warganya berlalu-lalang menuju perkebunan maupun sawah.

Sesekali Suryati yang sedang menyapu pelataran menyapa mereka.

Di rumah kecil nan asri itulah dia tinggal bersama adiknya Aryani.

Suryati dan Aryani adalah kakak-beradik yang sudah ditinggal mati orang tuanya. Saat itu Suryati berumur 11 tahun. Dia harus bergelut dengan nasib. Hidup mandiri bersama sang adik yang hanya berselisih dua tahun.

Sebenarnya banyak yang ingin mengambil mereka untuk dijadikan anak angkat, tapi Suryati bersikukuh untuk hidup tanpa orang tua, juga tak ingin bantuan makanan dari tetangganya. Suryati kecil mampu melewati masa sangat sulit di masa kecilnya.

Dia buang banyak waktu di mana seharusnya bermain seperti anak-anak sebaya dia diberi pikiran lebih dewasa dan dia juga membuang segala cita-cita yang didambakan demi adiknya.

Suryati rela tidak bersekolah tapi adiknya Aryani dimasukkan ke jenjang pendidikan yang terbaik. Di dalam pikirannya kelak adiknya itu akan menjadi orang yang terpandang yang mengangkat harkat dan martabat mereka, tapi Aryani yang paham akan kondisi yang dijalani memilih bersekolah di desa saja, baginya selama dia tekun belajar maka ada masa depan yang menjanjikan.

Dengan bekerja sebagai tukang beli anteng atau orang yang mencari sisa-sisa hasil panen petani, Suryati berharap agar adiknya terus bersekolah. Dia korbankan segalanya demi kebutuhan Aryani. Dia tidak peduli dengan cibiran masyarakat akan dirinya, yang terpenting adalah ada titik terang di hari depan.

****

Seiring berjalannya waktu kini kakak-beradik itu telah menjadi gadis remaja. Aryani tumbuh menjadi gadis cantik dengan kulitnya yang bersih jauh jika dibanding dengan Suryati karena bekerjanya sehari-hari menjadi kulitnya sedikit gelap, wajahnya pun sedikit rusak, kecantikannya tertutup oleh bintik-bintik hitam yang tampak jelas di samping hidungnya.

Selesai menyapu, Suryati langsung membuat sarapan, biasanya dia membangunkan adiknya terlebih dahulu, tapi karena hari ini hari libur Jadi dia membiarkan Aryani tetap di kamar.

Setelah salat subuh tadi disusul kemudian dengan berpakaian basahan yaitu pakaian kotor, dengan dua karung goni dia bersiap menjalankan pekerjaan yang ditekuni sejak kecil. Dengan suaranya yang merdu dia bernyanyi sambil mempersiapkan air putih yang akan dibawa sebagai bekal.

Itulah kegiatan rutin yang selalu dilakukan setiap pagi. Dibukanya pintu kamar Aryani yang masih tiduran diranjang. “Hari ini kamu kan libur? Apa kamu tidak mau membantu mbakyumu ini?”

“Tidak, Mbak. Males,” jawab Aryani.

 “Hari ini aku mau mengerjakan tugas sekolah yang menumpuk,” sambung Aryani.

“Oh ya sudah. Kalau mau sarapan sudah mbak siapkan di meja dapur.” Suryati kembali berucap kemudian dia keluar rumah meninggalkan adiknya.

Dia masih menyanyi kecil menyusuri Jalan setapak menuju perkebunan warga dengan tujuan mencari sisa panen apa saja yang bisa dijadikan uang, ketela, kacang tanah, padi, bahkan kapuk, dan itu yang mampu mencukupi kebutuhan hidupnya selama ini, meskipun ada hutang di warung-warung maupun pada tetangganya dan sekarang dia harus lebih giat lagi karena adiknya butuh biaya banyak untuk ujian kelulusan SMEA.

Nyanyian Suryanti terhenti saat Mintono dengan bersepeda motor berhenti tepat di hadapannya.

“Dari mana, Kang?” tanya Suryati kepada Mintono singkat.

“Bapak hari ini panen kacang tanah, kalau kamu ke sana,” Jawab mintono.

Mintono mematikan mesin motornya dengan masih di atas jok motor. Dia memulai percakapan dengan Suryati. Dia tahu kalau suara Suryati begitu merdu.

Mintono kemudian berniat mengajak untuk manggung malam ini. Dia beralasan kalau biduan panggungnya tidak bisa ikut manggung malam nanti, jadi Suryati diharapkan menjadi pengganti.

“Malu, Kang. Aku kan enggak cantik juga ndak bisa bergoyang kaya biduan yang lain,” ucap Suryadi beralasan.

“Ndak usah malu. Di awal-awal memang begitu, tapi nanti kalau sudah terbiasa kamu akan merasa nyaman dan ketagihan,” balas Mintono.

“Oh ya sudah. Tolong kamu pertimbangan ajakanku ini. Bayarannya lumayan lho,” ucap Mintono sambil membujuk.

Suryati melanjutkan perjalanannya setelah Mintono berlalu. Pemuda tampan itu adalah anak dari Pak RT. Dia mempunyai grup Orkes Melayu yang merupakan organ tunggal satu-satunya di desa, jadi orkes tersebut sangatlah laris. Setiap ada acara desa maupun hajat, para warga pasti menyewa orkesnya Mintono. Yang diundang untuk manggung tidak hanya di kampungnya saja, orkes itu sudah terkenal di banyak desa sekitar.

****

 Sore ini Suryati menceritakan pada adiknya tentang tadi yang ditawarkan Mintono.

Ariani sendiri memang kagum suara kakaknya sangat merdu. Kali ini Suryati pun bercerita kalau sebelumnya Mintono juga meminta dirinya untuk menjadi salah satu biduan, tapi Aryani menolak karena dia harus fokus pada kelulusan sekolah.

Aryani menyuruh Mintono untuk mengajak kakaknya saja yang punya suara bagus kalau dibandingkan dengan suara Suryati suara Aryani jauh di bawahnya.

Mungkin karena wajah yang cantik dan bentuk tubuh yang bagus sehingga Mintono menawari Aryani menjadi artis panggung, karena selain suara hal itu pun menjadi alasan agar para penonton betah, itu terbukti dari perjalanan orkes  selama ini yang selalu ramai saat muncul biduan yang punya body memikat dan goyangan panas.

Obrolan mereka terhenti saat Mintono datang. Pemuda itu kembali menanyakan tentang tawarannya. Dia yang tahu persis kemampuan kakak-beradik itu berniat menjadikan salah satu di antara mereka untuk menjadi biduannya.

Sementara Aryani terus mendesak sang kakak agar mau menerima tawaran tersebut.

Tawaran yang jarang dilakukan pada orang lain dengan berbagai pertimbangan termasuk kebutuhan hidup dan semakin besar akhirnya Suryati bergabung dengan orkes milik Mintono, dan malam itu juga Suryati diajak untuk langsung manggung menggantikan 2 biduan sekaligus yang sedang sakit. “Tapi aku tidak punya pakaian yang bagus.” Suryati berucap dengan sedikit malu.

“Untuk malam ini nanti aku siapkan dulu. Besok kalau sudah ada penghasilan kamu harus beli sendiri jangan minta aku terus,” ucap Mintono diselingi canda.

“Ya iyalah, Kang. Ndak punya malu kalau minta terus.” Aryani ikut berseloroh. “Sekalian dikasih bedak sama gincu ya, Kang. Biar tambah cantik Mbakku ini,” lanjut Aryani.

****

Setelah tadi rumah dikunci, Suryati yang ditemani adiknya langsung berangkat, dibonceng Mintono.

Sepeda motor yang berbonceng tiga orang itu melaju di kampung sebelah yang lumayan jauh jaraknya.

Aryani mulai memberi dukungan pada kakaknya. Dia menyemangati agar tidak gugup saat di atas panggung. Aryani  yakin semua penonton akan menyukai suara kakaknya yang merdu, yang mempunyai ciri khas tersendiri.

Hari sudah malam, saat tiba di lokasi acara, mereka berhenti tepat di samping panggung. Jantung Suryati berdetak sangat kencang melihat penonton yang sangat banyak.

Pikirannya dipenuhi kecemasan, dia berharap mampu melewati malam ini dengan sempurna.

“Tenang saja, Mbak. Yakinlah mereka memberi dukungan,” kata Aryani.

Mereka segera masuk rumah. Disuruhnya Suryati masuk menuju kamar. Dia memilih baju yang akan dikenakan juga disuruh merias diri dengan peralatan kecantikan yang sudah disediakan.

“Untuk sementara pergunakanlah yang ada,” ucap Mintono sebelum berlalu dengan perasaan tidak karuan.

Suryati mulai merias diri. Aryani yang ikut membantu kakaknya terus memberi semangat. Dia ingin agar sang kakak percaya diri di penampilan pertamanya malam ini. Karena ujian itu hanya datang di malam ini. Di penampilan selanjutnya pasti akan lebih santai.

Sementara Mintono sudah bergabung dengan teman-temannya di atas panggung. Ia mulai mengecek satu persatu alat musik yang disusul dengan cek sound. Sesekali dia menyetel gitar agar nadanya pas dengan rentetan musik lain.

Suryati selesai berdandan, sementara Aryani terus mendampingi kakaknya yang terlihat pucat karena gugup. Ia terus memberi dukungan agar kakaknya tampil dengan sempurna.

Bersama dua biduan lain, Suryati naik panggung diiringi sorakan dan tepukan dari para penontonnya.

Dengan berganti nama Titik Kumalasari ia menikmati malam pertamanya sebagai seorang biduan.

****

Malam yang tidak akan pernah dilupakan seumur hidup. Sejak saat itu, Suryati melewati malamnya dari panggung ke panggung. Meskipun wajah dan penampilannya kurang menarik, tetapi dia mampu membuat para penonton menyukainya. Dia berhasil memikat dengan suara khas yang merdu. Namanya kian melejit dan selalu ditunggu para penonton, namun hal itu tidak membuat Suryati menjadi angkuh. Dia tetap menjadi pribadi yang baik.

Kini dia mampu melunasi utang-utangnya selama ini. Gaya berpakaiannya juga menjadi lebih baik, sementara Aryani sudah hampir sebelah lulus sekolah dengan peringkat yang memuaskan. Sayangnya Aryani mempunyai prinsip yang selalu menjadi perdebatan dan malah membuat kakak-beradik itu saling menjauh.

Suryati ingin agar adiknya terus mengenyam pendidikan yang lebih tinggi agar mempunyai masa depan yang lebih bagus. Apalagi adiknya itu punya prestasi yang bisa memudahkan  masuk bangku kuliah.

Hampir Aryani terpengaruh dengan omongan teman-temannya untuk menjadi biduan. Aryani tidak mau berkuliah dan harus menjadi seorang biduan juga.

Sifatnya pun mulai berubah. Ia sering keluar malam berbaur dengan biduan lain yang mempunyai sifat kurang baik hingga Aryani menjadi suka mendekati lelaki yang punya banyak uang untuk dimanfaatkan.

Perdebatan kakak-beradik itu memuncak malam itu ketika Suryati pulang manggung, sesampainya di rumah dilihat Aryani berduaan dengan seorang lelaki.

Lelaki tinggi besar itu diusir oleh Suryati. Aryani pun tidak kalah marah, dia menjadi lebih berani pada kakaknya seorang yang dengan ikhlas merelakan kebahagiaan untuknya.

“Apa yang ada dalam pikiranmu, Aryani. Pantaskah seorang gadis berduaan dengan laki-laki sampai selarut ini.”

“Itu urusanku, Mbak. Aku sudah bosan dengan aturan-aturan membuatku seperti di dalam penjara,” balas Aryani.

“Apa maksudmu!”


Trakteer Pakde Traktir pakde segelas kopi

BERSAMBUNG KE PART 2 




PAKDE NOTO

Baca juga cerita seru lainnya di Wattpad dan Follow akun Pakde Noto @Kuswanoto3.

No comments:

Post a Comment

Start typing and press Enter to search