ABU NAWAS DIHUKUM MASUK KANDANG SINGA
ABU NAWAS
Suatu saat Abu Nawas menjahili Baginda Raja, namun sifat usilnya
kali ini bisa terbilang kelewat batas, sebab Baginda Raja hampir saja
kehilangan nyawanya. Akibatnya Baginda Raja menjadi sangat murka dengan ulah
Abu Nawas.
Sebenarnya perbuatan Abu Nawas semata-mata hanya ingin
membalas atas perlakuan Baginda Raja kepadanya, karena bukan sekali dua kali
Abu Nawas juga hampir celaka karena perbuatan usil Baginda Raja.
Saat ini Baginda Raja diselimuti amarah yang sangat memuncak.
“Cari Abu Nawas! Tangkap dan bawa ke sini!” titah Baginda Raja.
Beberapa pengawal kerajaan langsung berangkat menuju rumah
Abu Nawas.
Sesampainya di sana, para pengawal ini langsung menangkap Abu
Nawas dengan kasar.
“Apa-apaan ini. Apa salah saya?” tanya Abu Nawas ketakutan.
“Kami diperintah raja untuk menangkapmu. Kalau kamu menolak kami
tetap akan membawamu dengan cara paksa,” jawab para pengawal.
Abu Nawas pun hanya bisa pasrah. Ia kemudian digiring ke
istana dan dihadapkan kepada Baginda Raja.
“Ampun, Paduka Yang Mulia. Kenapa saya diperlakukan kasar
begini?” tanya Abu Nawas.
“Kamu jangan pura-pura tidak tahu! Kamu telah membuat saya
murka! Perbuatan usilmu kemarin hampir saja membuat saya mati. Kamu keterlaluan
dan sangat kurang ajar!” jawab Baginda Raja penuh emosi.
“Maafkan saya, Paduka Yang Mulia. Saya khilaf,” balas Abu
Nawas.
“Saat ini sudah tidak ada maaf bagimu. Kamu harus dihukum
mati!” bentak Baginda Raja.
“Lalu dengan cara apa saya dihukum mati, Paduka? Dipancung
atau digantung?” tanya Abu Nawas.
“Bukan. Bukan dengan cara seperti itu, karena hukuman seperti
itu hanya jadi bahan lelucon bagimu,” balas Baginda Raja bertambah emosi.
Abu Nawas menangkap keseriusan pada diri Baginda Raja. “Sepertinya
Paduka tidak main-main. Ia terlihat sangat marah padaku,” pikir Abu Nawas.
Bahkan semua para menteri dan prajurit menundukkan kepalanya.
Tak ada yang berani menatap Baginda Raja.
“Hai, Pengawal! Masukkan Abu Nawas ke dalam kandang singa!” Terlihat
Baginda Raja memecahkan keheningan.
Para menteri dan segenap prajurit terkejut mendengar perintah
tersebut, karena walau bagaimanapun Abu Nawas adalah sosok yang baik sering
berjasa mengungkap kasus-kasus di dalam istana yang sulit terpecahkan. Mereka
tidak sampai hati bila melihat Abu Nawas tewas mengenaskan diterkam oleh seekor
singa yang buas, tapi karena ini adalah titah Baginda Raja tidak ada seorang pun
yang berani menentangnya.
Lalu salah seorang Penasihat Istana berkata. “Ampun, Paduka
yang Mulia. Apakah tidak berlebihan hukuman yang Paduka, berikan? Bukankah
lebih baik bila Abu Nawas dihukum penjara saja,” ujar Penasihat Istana mencoba
membela Abu Nawas.
“Kalau kamu tidak suka dengan keputusanku, kamu boleh ikut
dengan Abu Nawas!” hardik Baginda Raja.
Sang Penasihat Istana hanya terdiam. Ia tak berani
membantahnya.
Sementara Abu Nawas tertunduk lesu mendengar keputusan
tersebut. Tubuhnya langsung lemas dan gemetaran, namun ketika dirinya hendak
dimasukkan ke dalam kandang singa, Abu Nawas berkata, “Ampun, Paduka Yang Mulia.
Hamba ikhlas menerima hukuman ini dan hamba sudah pasrah, tapi berilah waktu
hamba 3 bulan. Hamba ingin agar di akhir kematian hamba disibukkan oleh amal
ibadah,” pinta Abu Nawas.
Sejenak Baginda Raja terdiam. Tidak berapa lama kemudian
Baginda Raja berkata. “Baik. Aku kabulkan permintaanmu, tapi selama itu pula kamu
harus hidup dalam penjara dan kamu dilarang menemui keluargamu,” balas Baginda
Raja.
Abu Nawas pun menyetujui syarat tersebut. “Kalau
diperkenankan. Bolehkah saya minta satu permintaan lagi,” tutur Abu Nawas.
”Apa permintaanmu?” tanya Baginda Raja.
“Supaya kehidupanku di dalam penjara tidak membosankan.
Izinkan saya memberi makan singa yang ada di kandang,” jawab Abu Nawas.
“Tidak masalah. Nanti ruang penjaramu bersebelahan dengan
kandang singa,” ujar Baginda Raja.
Maka dimasukkanlah Abu Nawas ke dalam penjara.
****
Di bulan pertama Abu Nawas menghabiskan waktunya dengan
beribadah, sedangkan tiap pagi dan sore waktunya ia habiskan untuk memberi
makan singa.
Di bulan kedua dan ketiga Abu Nawas semakin tekun beribadah.
Ia juga semakin rajin memberi makan singa. Abu Nawas memperlakukan Singa itu
layaknya seorang sahabatnya.
Tiga bulan pun berlalu dan tibalah saatnya bagi Abu Nawas
untuk menjalani hukuman atas perintah Baginda Raja. Beberapa pengawal istana
memasukkan Abu Nawas ke kandang singa sementara para menteri yang ikut
menyaksikan merasa iba dengan nasib Abu Nawas, tapi tiba-tiba terjadi peristiwa
yang tidak terduga saat Abu Nawas berada di dalam kandang singa. Singa tersebut
tidak menerkamnya yang ada justru Singa itu menjilati kaki dan tangan Abu Nawas.
Abu Nawas pun membalasnya dengan mengelus-elus tubuh dan kepala singa. Singa
yang terkenal buas itu mendadak tunduk dan menurut kepada Abu Nawas.
Sontak saja pemandangan ini membuat mereka yang hadir menjadi
terkejut dan heran.
Beberapa menteri saling berbisik. “Abu Nawas ternyata punya
kesaktian,” ujar salah satu dari mereka.
Karena singa tak mau menerkam Abu Nawas akhirnya Abu Nawas
pun dikeluarkan dari kandang dan disuruh menghadap Baginda Raja.
“Hai, Abu Nawas! Kenapa Singa itu tidak mau memakanmu. Kamu
punya kesaktian?” tanya Baginda Raja.
“Sama sekali. Saya tidak punya kesaktian, Paduka,” jawab Abu
Nawas.
“Tapi kenapa singa itu tidak mau memakanmu?” tanya Baginda
Raja kembali.
“Begini, Paduka Yang Mulia. Selama 3 bulan ini saya rutin
memberi singa itu makan dan minum dan saya juga memperlakukan dia dengan baik,
oleh sebab itulah saya tidak dimangsanya, sebab ia pikir saya adalah orang yang
berjasa bagi dia. Padahal hanya 3 bulan saya memperlakukan dia dengan baik. Dia
memang seekor singa yang buas, tapi dia tahu balas budi. Buktinya dia tidak
memangsaku. Sedangkan Paduka sendiri, bertahun-tahun saya mengabdi kepada
Paduka dan berjasa bagi istana ini, tapi hanya karena satu kesalahan, Paduka
begitu tega menjatuhkan hukuman mati kepada saya,” tutur Abu Nawas menjelaskan.
Mendengar hal itu Baginda Raja pun menyadari akan
kesalahannya. “Maafkan aku, Abu Nawas. Saya telah berbuat khilaf. Baiklah
sekarang kamu boleh pulang dan ini ada hadiah uang untukmu dan keluargamu.
Terimalah sebagai rasa terima Kasihku karena telah menyadarkanku,” ujar Baginda
Raja.
No comments:
Post a Comment