MITOS LAGU NINA BOBO
TIGA MITOS LAGU NINA BOBO YANG TIDAK BOLEH DILANGGAR!
“Nina Bobo, oh ... Nina Bobo.”
“Kalau tidak bobok gigit nyamuk.”
Sebuah lirik lagu terkadang tidak bisa dilepaskan dalam satu masa kehidupan seseorang. Akan menjadi satu kenangan tersendiri ketika usia telah melampaui lagu tersebut.
Inspirasi menciptakan lagu bisa datang dari mana saja, baik dari kejadian menyenangkan, jatuh cinta, patah hati, bahkan ada yang terinspirasi dari kematian. Tidak jarang pula karena curahan hati penciptanya sehingga menjadi satu alunan senandung yang menyentuh. Salah satu lagu yang abadi sepanjang masa dan hampir selalu dinyanyikan dari bayi, adalah lagu Nina Bobo.
Lagu ini memang sangat populer di tanah air. Liriknya sederhana, iramanya mengayun lembut, yang bisa membuat siapa pun yang mendengar. Konon lagu ini diselimuti mitos misteri selama bertahun-tahun.
Misteri lagu Nina Bobo yang dinyanyikan oleh Aneka mulai ngetop. Sejarah 1960-an, Aneka sendiri menghembuskan nafas terakhirnya pada 14 September 2018 di usia 76 tahun. Penyanyi Belanda kelahiran Indonesia itu tutup usia di kediamannya karena menderita sakit paru-paru, meskipun ia sudah tiada, tapi lagunya akan abadi selamanya.
Sedangkan untuk penciptanya sampai saat ini belum diketahui pasti. Para pakar menyimpulkan bahwa kata Nina diambil dari bahasa Portugis yang berarti ‘gadis’ dan kata Bobo dari bahasa Cina yang bermakna ‘tidur’.
Entah mengapa bisa terjadi dua benturan bahasa dalam lagu tersebut. Bukan hanya di Indonesia, lagu Nina Bobo juga sangat familiar di tengah masyarakat Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam.
Diketahui ada dua versi cerita mitos Nina Bobo yang sangat cepat berkembang di kalangan masyarakat.
****
Mitos yang pertama tentang lagu Nina Bobo.
Dikisahkan ada seorang gadis belia bernama Helenina Van Rodjnik. Dia adalah seorang komposer musik klasik yang tinggal di satu wilayah nusantara. Kepindahannya dikarenakan terlalu banyak bersaing musisi di negaranya. Di tempat yang baru, bersama orang tuanya, dia pun memulai hidup baru.
Setelah memperkerjakan seorang pembantu, dia mulai silaturahmi ke tempat-tempat perumahan warga pribumi untuk sekedar adaptasi guna penyesuaian diri. Selain itu dia juga belajar mengenal tentang budaya, adat istiadat pribumi.
Seperti pepatah mengatakan, jika di kandang kambing maka ikutlah bersuara seperti kambing.
Hingga suatu ketika hal aneh datang menimpanya. Keanehan yang sulit diterima dan menimpa tanpa terduga sebelumnya. Keanehan tersebut berawal saat malam hari yang gelap. Tidak ada tanda-tanda mau hujan, bahkan mendung pun tidak ada, namun terjadi sambaran petir menggelegar di sana-sini dengan kilatan.
Petir-petir itu saling sambung menyambung bagaikan monster raksasa ganas setengah mengamuk. Sungguh suasana malam mencekam. Saat itu juga Helenina menjerit histeris di dalam kamarnya yang diikuti suara sebuah pot bunga yang jatuh lalu pecah. Ada sesuatu tak kasat mata yang datang.
Ayah serta ibunya Nina terkejut, dan serta-merta terburu ke kamar putrinya, namun pintu kamar Helenina dalam kondisi terkunci, pada akhirnya pintu pun berhasil didobrak oleh sang ayah.
Setelah berhasil masuk kedua orang tua ini mendapati putrinya dalam kondisi sangat tidak wajar. Tampak Helenina dalam posisi kayang bergerak mundur, dengan tidak henti-hentinya menjerit histeris. Bahkan terkadang mengumpat dengan bahasa Belanda. Rambutnya yang pirang menjadi kusut tidak beraturan, tatapan matanya hitam legam, membuat kedua orang tuanya semakin ketakutan dan cemas.
Seketika sang ibu berteriak histeris disusul berucap kalau putrinya bukanlah Helenina akan tetapi roh jahat yang bersemayam dalam tubuh sang putri. Akibat peristiwa mengerikan itu kondisi Helenina semakin mengkhawatirkan. Hal itu membuat sang ayah memutuskan untuk memasung di dalam kamar sampai menemukan jalan keluar guna memulihkan anak semata wayangnya.
Namun semakin hari kondisi Helenina bukannya membaik, tapi justru kian memburuk. Tubuh Helenina semakin kurus dan wajahnya pucat pasi.
Di setiap malam dia selalu menjerit-jerit histeris dan berteriak tanpa sebab.
Tidak ada lagi yang bisa dilakukan oleh kedua orang tuanya. Peristiwa memilukan yang tidak kunjung berakhir itu membuat sang ibu hanya bisa menangis, tidak tega dengan nasib yang menimpa sang putri. Hingga di saat kondisi benar-benar tidak terkendali, Ayah Helenina pun putus asa, kemudian memutuskan pulang ke negeri Belanda, meninggalkan istri dan putrinya, termasuk pula seorang pembantu yang juga tidak tahan dengan kondisi itu, memutuskan untuk pulang. Tinggallah sang ibu dan Helenina saja.
Karena tidak terawat, akhirnya rumah terlihat seram dan menakutkan bagi yang kebetulan lewat.
Pada suatu malam terjadi lagi sebuah badai petir menyambar-nyambar seperti saat awal peristiwa mengerikan terjadi padahal ini, akan tetapi kali ini Helenina tidak lagi menjerit seperti biasanya, bahkan di dalam kamar dia terlihat tenang.
Melihat kondisi sang putri yang tidak lagi menjerit-jerit, hati sang ibu sedikit lega, namun tetap merasa cemas. Sang ibu merasa bahwa putrinya sudah sembuh.
Merasa penasaran dia pun mencoba mengintip putrinya dari celah pintu kamar. Didapati sang putri ternyata tengah duduk tenang di atas tempat tidur, namun beberapa saat kemudian Helenina mendadak menangis, dan saat itu juga sang ibu masuk ke kamar lalu memeluknya erat.
Pelukan sang ibu yang penuh kasih sayang, penuh keharuan, dan kepiluan.
Kini hati sang ibu sedikit merasa bahagia, merasa bahwa anaknya telah sembuh. Dengan tidak sabar, dia pun melepaskan ikatan pasung lalu kembali memeluk erat Helenina yang masih menangis.
Dalam pelukan ibunya tiba-tiba Helenina berkata kalau dia merasa sangat takut. Sang ibu membelai lembut lalu menenangkan agar jangan khawatir dan takut, karena ibu akan selalu ada bersamanya.
Setelah agak tenang, Helenina ditawarinya makan serta minum, akan tetapi Helenina menjawab kalau dia tidak lapar maupun haus, yang dirasakan saat itu hanya sangat mengantuk dan ingin tidur pulas.
Helenina pun meminta pada sang ibu untuk menyanyikan lagu pengantar tidur. Ibunya terdiam sesaat, dia masih ragu apakah ini nyata bahwa putrinya benar-benar sembuh? Sambil tersenyum dan membiarkan air matanya terus meleleh dia pun menyuruh Helenina berbaring dengan kepala di pangkuannya.
Di saat itulah sang ibu menyanyikan sebuah lagu secara berulang. Sesaat kemudian Helenina putrinya telah terlelap dalam tidur. Wajahnya yang pucat pasi telah kembali tampak segar bahkan saking terlelapnya Helenina tidak lagi bergerak. Nafasnya tidak terdengar lagi, detak jantungnya tidak lagi jalan, dan darahnya berhenti mengalir.
Helenina malang benar-benar tidur lelap untuk selamanya diiringi lagu pengantar tidur karya sang ibu usai berjuang melawan penderitaan dalam waktu yang lama.
****
Versi kedua tentang misteri lagu Nina Bobo.
Dikisahkan pada tahun 1871 lahir seorang anak gadis dari pasangan Belanda-Indonesia bernama Helenina Mustika Van Rodjnik.
Ayahnya keturunan Belanda, sedangkan ibunya bernama Mustika, seorang keturunan Jawa yang sehari-hari menjadi seorang penari.
Helenina sedari kecil memang memiliki gangguan tidur. Dia sering rewel dan susah tenang apabila waktu tidur telah tiba. Untuk menenangkan si buah hati, ibunya selalu bersenandung kecil hingga Helenina tertidur.
Lama-kelamaan hal ini menjadi kebiasaan. Helenina tidak bisa tidur jika tidak dinyanyikan lagu pengantar oleh ibunya. Melihat itu, ayah Helenina meminta istrinya untuk menciptakan sebuah lagu pengantar tidur untuk putri kesayangan.
“Nina Bobo oh Nina Bobo ....”
Setelah menciptakan lagu itu, Mustika memberinya judul Nina Bobo yang diambil dari nama Helenina yang sedang bubuk atau tidur. Liriknya pun menyesuaikan keadaan rumah mereka saat itu yang banyak nyamuk.
Pada tahun 1875 Helenina sakit demam yang tinggi, sehingga membuatnya menangis setiap malam. Untuk menenangkannya, sang ibu menyanyikan lagu semalaman, namun sayang, penyakit itu tidak kujung sembuh, malah bertambah buruk dan berkepanjangan.
Suatu malam di tahun 1878, nyawa Nina tidak terselamatkan karena penyakitnya yang parah.
Ayah dan ibu Helenina pun diselimuti rasa sedih karena kehilangan, ditambah sang istri yang terus bersenandung lagu Nina Bobo kesayangan putrinya.
Pada suatu malam di hari ke-7, setelah Helenina dimakamkan, ayahnya mendengar senandung istrinya menyanyikan lagu Nina Bobo dari kamar mandi. Suaranya menggema ke mana-mana.
Setelah menanyakan kepada istrinya kenapa menyanyikan lagu itu, dengan jelas ayahnya Helenina menjadi terperangah dengan jawaban istrinya, katanya dia mendengar suara Nina sedang menangis di kamar mandi sehingga dia pun bersenandung lagu Nina Bobo.
Mustika masih terus menyanyikan lagu itu selama bertahun-tahun untuk mengenang Nina, Putri semata wayangnya.
Di tahun 1929, Mustika meninggal dunia menyusul sang buah hati. Ia meninggalkan suaminya sendirian setelahnya sang ayah kerap mendengar tangisan bayi di malam hari.
Walau terasa aneh, lelaki itu tidak memedulikannya dan langsung tidur, namun pada akhirnya dia sering memimpikan tangisan itu di dalam tidurnya.
Suatu malam, saat mendengar tangisan anak kecil itu, ayah Nina masih tidak menggubris dan beranjak pergi tidur, saat tengah malam tangan mungil yang diiringi tangisan gadis kecil berusia 6-7 tahun membangunkan dari tidurnya, menggoyangkan tangannya seraya berkata, “Kok Papa, tidak nyanyi untuk Nina?”
Saat membuka mata dia melihat sosok istrinya menggendong Nina dengan bersenandung lagu Nina Bobo yang menggema di seisi ruangan.
Di saat itu pula Sang Kapten mendadak merasa sesak nafas dan akhirnya meninggal dunia.
****
Versi tersebut dengan cepat berubah. Di masyarakat Indonesia secara turun-temurun banyak orang menceritakan kisah yang menarik ini berulang-ulang, namun ada beberapa mitos yang mengatakan:
- Jika ada yang menyanyikan lagu Nina Bobo ini selama 3 hari saat hendak tidur, maka apabila di hari keempat tidak menyanyikannya, maka sang buah hati tidak akan bangun lagi.
- Mitos lain mengatakan untuk bertemu dengan sosok Helenina matikanlah semua lampu kamar dan nyanyikan lagu Nina Bobo di depan cermin hingga selesai. Ketika pergi tidur maka ini akan menamakan dirinya meminta dinyanyikan lagi lagu Nina Bobo.
- Mitos yang terakhir apabila menyanyikan lagu Nina Bobo ini sebagai lagu pengantar tidur pada sang bayi dan pada malam itu terjadi badai petir maka setelah sang anak tidur dan meninggalkannya, Helenina akan datang di samping sang bayi, dan membuatnya lelap untuk selamanya.
No comments:
Post a Comment