ABU NAWAS MENGARUNGI LAUT
Suatu hari atas perintah Baginda Raja beberapa prajurit
istana mendatangi rumah Abu Nawas.
“Tuan Abu Nawas, Anda diperintah untuk datang ke istana sekarang juga,” kata salah satu prajurit.
Abu Nawas sempat terkejut sebab tak biasa-biasanya Baginda memanggilnya
saat waktu sudah larut malam.
Singkat cerita Abu Nawas pun datang ke istana dan menghadap
Baginda Raja.
“Hari ini saya punya misi lain untukmu, Abu Nawas,” kata
Baginda Raja.
“Apa yang harus saya kerjakan, Paduka Yang Mulia?” tanya Abu
Nawas tidak sabar.
“Kamu tahu, ‘kan bahwa kita punya teluk yang cukup luas? Menyedihkan
sekali tak seorang pun pernah menyeberang teluk tersebut. Saya bertanya-tanya
apakah mungkin seorang manusia bisa berenang ke seberang teluk, Abu Nawas?”
“Saya butuh kau menjawab keingintahuanku. Saya mau kau
mengambil misi ini sebagai tugas terhormat,” kata Baginda Raja kepada Abu Nawas.
“Paduka Yang Mulia, saya ini, ‘kan bukan seorang perenang
yang baik,” ujar Abu Nawas.
“Saya tahu, tapi setiap orang mengetahui kalau kamu adalah
pria yang cerdik di negeri ini. Kau harus dapat mengerjakan tugas ini,” kata
Baginda Raja sedikit memaksa.
“Baiklah Paduka, saya akan mengerjakannya,” jawab Abu Nawas.
Abu Nawas menggerutu ketika berjalan keluar istana.
Abu Nawas lalu berjalan ke pantai, ia memandangi teluk yang
cukup luas itu lalu duduk di bawah sebuah pohon palem.
Dia mencoba mencari ide menyiasati misi yang mustahil itu.
Pada waktu itu ia melihat pakaian anak-anak tergeletak di
atas berbatuan di sampingnya di mana anak-anak ini mereka pasti berenang di
pantai pinggir. Abu Nawas seketika itu senyumnya terkembang, tampaknya ia telah
menemukan ide yang cukup cemerlang.
Abu Nawas pun lalu pulang dan bangun pagi-pagi sekali pada
hari berikutnya kemudian dia segera pergi ke pantai sambil tersenyum.
Abu Nawas melepaskan pakaian dan cincinnya lalu meletakkannya
di pasir. Ia juga melepaskan sepatunya dan meletakkannya di samping pakaiannya.
Setelah itu Abu Nawas kembali lagi ke rumah satu jam kemudian
Raja dan para menterinya datang ke pantai. Mereka terkaget mengetahui ada
pakaian yang ternyata milik Abu Nawas.
Mereka pun berspekulasi kalau Abu Nawas sedang berenang
mengarungi laut untuk mencapai teluk, tapi sebagian dari mereka meragukan kalau
Abu Nawas yang punya kemampuan berenang pas-pasan berani mengarungi laut.
Untuk membuktikan rasa penasaran mereka semua akhirnya
sepakat untuk mendatangi rumah Abu Nawas.
Sampai di rumah Abu Nawas, raja dan para menteri hanya
ditemui oleh istrinya. Ia mengatakan kalau Abu Nawas meninggalkan rumah pada pagi
hari. “Sebelumnya kemarin ia mengatakan padaku bahwa ia akan berenang
menyeberangi teluk. Dia berkata bahwa Paduka Yang Mulia memerintahkannya
melakukan demikian. Sebenarnya saya tidak tega Paduka Yang Mulia, membiarkannya
pergi karena saya tahu ia bukan perenang yang baik,” kata Istri Abu Nawas
dengan ekspresi wajah yang sedih.
Tiba-tiba datang seorang pengawal istana melapor kepada
Baginda Raja. “Paduka Yang Mulia, Abu Nawas telah ditemukan.”
Pengawal kemudian bercerita jika pada larut sore tiga nelayan
di pantai melihat seorang pria berenang, ketika mereka mendekatinya mereka tahu
bahwa yang berenang adalah Abu Nawas.
Karena terlihat sangat lelah maka mereka membantu Abu Nawas
mencapai pantai, tapi tak lama setelah itu Abu Nawas malah jatuh pingsan.
Berita itu pun menyebar dengan cepat hingga sampai ke telinga
pengawal istana.
Tak lama setelah itu raja dan beberapa pengawal pergi ke
pantai. Baginda Raja lalu duduk di samping Abu Nawas.
“Abu Nawas, Abu Nawas,” kata Baginda Raja sambil
menggoyang-goyangkan tubuh Abu Nawas.
Baginda Raja terlihat sangat khawatir dengan kondisi Abu
Nawas yang masih pingsan. Tiba-tiba Abu Nawas membuka matanya dengan pelan Raja
Harun Al Rasyid pun merasa senang.
Ia segera memeluk tubuh Abu Nawas dengan erat. Baginda Raja sangat
menyesal karena telah menyebabkan Abu Nawas menderita. Abu Nawas pun tersenyum
tipis ketika sang raja memeluknya.
“Kau hebat, Abu Nawas. Kau hebat!” ucap Baginda Raja.
No comments:
Post a Comment