MISTERI PENUNGGU BERINGIN SEPARUH
Suatu malam Minggu pada awal tahun 2002 dengan membawa
camilan yang telah dibeli, Ferdy tengah bersiap menuju kediaman Wagiman.
Mereka adalah kawan akrab semenjak kecil dulu. Mereka selalu
bersama-sama sedari bersekolah TK hingga lulus SMK.
Selain itu, hobi mereka juga sama, yakni bermain musik.
Malam itu Ferdy merasa tidak seperti biasanya. Angin berembus
lebih dingin dan langit terasa lebih gelap. Dia pun mulai melangkahkan kaki melalui
pemukiman warga yang sebagian bangunan masih menggunakan anyaman bambu.
Ada dua jalan menuju rumah Wagiman, dan kali ini yang Ferdy
tempuh adalah jalan pintas, bukan jalan utama perkampungan.
Sengaja Ferdy jalan kaki karena setelah servis di bengkel
resmi, motornya dibawa oleh Wagiman yang tadi rencananya akan sekalian Ferdy bawa
saat pulang nanti.
Suara jangkrik dan hewan malam lain bersahut-sahutan ketika
melewati ladang dan kebun warga sebelum akhirnya sampai di rumah Wagiman.
****
Terlihat di sana sudah ada Nurdin dan Cerly yang keduanya
adalah teman nge-band dari lain kecamatan.
Memang di setiap malam Minggu mereka yang masih jomblo sering
berkumpul untuk sekedar main gitar bareng. Terkadang menciptakan lagu sendiri
untuk di aransemen lalu dipraktikkan di studio.
Ferdy langsung tertawa sambil menyodorkan camilan yang dibawa.
Malam itu pun mereka bermain genjrang-genjring gitar dan mengaransemen
lagu-lagu baru yang belum juga selesai.
Lagu-lagu mereka telah dikenal di berbagai macam Channel
radio bahkan dua di antaranya ada yang meledak dan menjadi lagu wajib.
Ketika mendekati jam 23.00 mereka memilih bersantai untuk sekadar mengobrol
dan mengopi.
Biasanya mereka mengobrol hingga sekitar pukul 23.45.
Tapi kali ini Cerly yang merupakan vokalis juga sangat
mengantuk, maka dia dan Nurdin pun berpamitan pulang terlebih dahulu. Tinggallah
Wagiman ada Ferdy saja sekadar menghabiskan kopi dan camilan yang tersisa.
Masih kurang 15 menit lagi untuk tengah malam dan mereka
berdua lanjut lagi mengobrol di tengah keheningan.
Anak-anak yang nongkrong di pertigaan juga sudah pada bubar.
Biasanya mereka tidak langsung pulang, namun pindah ke warung sambil mengopi
atau main kartu hingga dini hari.
****
Pukul 01.05.
Ferdy pamit undur diri dan akan pulang dengan berkendara
motor.
Dia pun memutuskan lewat jalan selatan bukan jalan
perkampungan yang dilewati waktu berangkat tadi.
Entah kenapa dia memilih jalan tersebut, padahal biasanya
selalu dihindari.
Jalan selatan adalah jalan utama yang ada pohon beringin separuh
yang sudah lama menjadi momok menyeramkan bagi warga setempat. Disebut pohon
beringin separuh karena pohon tersebut hanya ditebang separuh saja. Entah
mengapa tidak dilanjutkan sampai habis, dan anehnya pohon tersebut masih kokoh
meskipun terlihat sudah kering dan lapuk.
Menurut kisah warga dari zaman dahulu pohon beringin itu
dipercaya banyak penunggunya. Atas kesepakatan para tetua kampung di lokasi
tersebut akan dibangun pondok pesantren sehingga mengharuskan ditebang. Sebelum
menebang pohon untuk dibangun pagar permanen pondok pesantren terlebih dahulu
dilakukan ritual untuk memindahkan penunggunya.
Aura mistis masih terasa. Pernah suatu hari sekitar pukul
22.00 seorang warga mengaku melihat obor
berjalan menuju arah pohon. Pada saat diperhatikan dengan saksama dia terkejut
bukan kepalang karena obor tersebut berjalan sendiri tanpa ada orang yang
memegang.
Cerita lain lagi seorang penjual bakso keliling. Setiap
malamnya melewati pohon itu mengaku pernah melihat penampakan berupa sosok
makhluk hitam. Semula sosok itu terlihat kecil, namun lama-lama menjadi semakin
besar dan semakin besar bahkan setinggi pohon kelapa. Seiring dengan peristiwa
itu terdengar suara gemerincing kereta kuda. Akhirnya penjual bakso itu pun
pingsan di tempat.
Yang masih menjadi misteri adalah tentang penebangan pohon
yang hanya separuh saja dan sampai saat ini belum juga dibangun pondok
pesantren.
Di sana ada yang mengabarkan kalau yang menebang dihantui
mimpi buruk lalu memutuskan berhenti dan pindah ke kampung lain, namun akhirnya
dia meninggal dunia setelah sekitar seminggu dari kepindahannya.
Ada juga yang mengabarkan kalau setelah ditebang separuh
pohon tersebut mengeluarkan darah selayak daerah manusia berwarna merah, kental,
dan berbau anyir, sehingga tidak berani lagi melanjutkan.
Kabar terakhir adalah tentang teror dari para penunggu. Setelah
pohon tersebut ditebang separuh, sosok-sosok menyeramkan mengganti warga sekitar
sampai-sampai ada yang kritis meskipun akhirnya terselamatkan, namun dari
penuturan, yang pasti para penunggu gaib benar-benar sudah dipindahkan.
****
Saat melewati pohon tersebut Ferdy merasakan aura yang tidak
enak. Perasaannya semakin tidak karuan ketika tercium aroma kemboja yang sangat
kuat.
Dalam ketakutan itu, mendadak semua berubah. Ferdy seperti hilang
ingatan.
Tiba-tiba dia berada di sebuah jalan raya yang sangat luas
dengan kanan kiri berupa hutan.
Anehnya tidak ada seorang pun yang , meskipun jalan
tersebut merupakan jalan utama antar kota. Jelas ini bukanlah arah menuju ke
rumahnya.
Sadar bahwa sedang berada di alam lain, dia pun berusaha
berdoa sebisanya.
Dia makin ciut nyali ketika tahu ada sosok makhluk halus yang
tengah membonceng di belakang.
Dia menyadari ketika suara sosok itu membimbing untuk menuju
sebuah tempat.
Ferdy tidak tahu lagi harus berbuat apa selain pasrah dan
mengikuti ucapan menggema sosok perempuan misterius itu.
Dia hanya mengikuti arahan demi arahan tanpa berani menoleh
sedikit pun.
Entah berapa lama kemudian sampailah di pertigaan jalan
sebuah kampung yang berbentuk seperti huruf Y.
Lokasi tersebut berada di sebuah tempat yang rendah,
sementara Ferdy yang melaju dari tanjakan atas melihat keramaian seperti pasar
malam.
Di tempat tersebut terlihat ada beberapa mainan anak dan terdengar
bahak tawa anak-anak bermain odong-odong.
Di satu sisi juga terlihat pertunjukan layar tancap yang
tidak kalah ramai pengunjungnya. Dengan tertib semua duduk menghadap layar
tancap yang belum dimulai, namun ketika sampai di tempat percabangan huruf Yulia
tersebut semua yang dilihat tadi mendadak hilang, berubah menjadi pekat malam. Yang
ada hanya sebuah pohon asem Jawa nan rindang dengan rumput lalang di sekelilingnya.
****
Ferdy tetap melajukan sepeda motor mengikuti arahan sosok
penumpang gaib yang membonceng hingga akhirnya tibalah di sebuah perkampungan
yang tampak remang-remang.
Semua rumah di sana bangunannya sama, yakni berdinding
anyaman bambu beratapkan daun tebu.
Beberapa penghuninya yang berada di luar rumah jelas kalau
bukan sosok manusia. Mereka berwujud kerdil dengan tatapan yang sangat
mengerikan. Tubuhnya berwarna abu-abu dengan kulit yang menggelimbir.
Sosok di belakang menyuruhnya berhenti setiba di ujung desa.
Sejenak Ferdy menarik nafas dalam-dalam tanpa berani menengok
sedikit pun bersamaan dengan aroma kemboja yang semakin menyeruak.
Sosok tersebut menyuruhnya agar kembali melaju lurus tidak
putar balik.
Di tengah rasa takut yang semakin mendalam, Ferdy terus saja
melaju mengikuti arahannya.
Sekitar setengah kilometer kemudian dia masuk di jalanan yang
luas dan beraspal halus, namun sangat sepi. Tidak tampak ada pengendara lain
yang melintas hingga ketika melihat satu titik cahaya dia putuskan untuk mampir
di sana. Tempat tersebut adalah sebuah gubuk yang berada di pinggir jalan.
Setelah memarkir motor Ferdy mengucap salam beberapa kali dan
muncullah seorang lelaki renta dengan membawa lampu teplok di tangan.
Lelaki itu menyuruhnya masuk dan menyuruh cuci muka di sumur
belakang.
Sebenarnya Ferdy hanya ingin memastikan, mencari tahu arah
jalan pulang, tapi entah kenapa dia mengikuti ucapan lelaki renta itu tanpa
berani bertanya apa pun.
Setelah selesai cuci muka dia kembali ke depan.
Tidak tampak ada seorang pun di sana.
Beberapa kali dia memanggil, sosok lelaki tersebut tidak juga
menampakkan diri.
Pada akhirnya dia putuskan duduk di bangku depan rumah,
tepatnya di depan tempat motor terparkir.
Ferdy akan menunggu si tuan rumah di sana sekaligus menunggu
jika ada mobil ataupun motor yang melintas.
Tidak berapa lama mendadak Ferdy merasa sangat mengantuk dan tidak kuat menahan hingga akhirnya dia pun tertidur.
****
Pagi sekali Wagiman
dibangunkan oleh ibunya.
Bu Rini, ibunya Ferdy datang mencarinya dengan penuh
kepanikan.
Wagiman langsung menemui Bu Rini yang masih menunggu di sisi
luar pintu.
Wagiman mempersilahkan untuk masuk dan duduk di dalam.
Belum sempat Wagiman berbicara, Bu Rini langsung bertanya
dengan raut wajah yang panik dan suara sedikit gemetar. Ia menanyakan tentang
keberadaan Ferdy, apakah semalam menginap di rumahnya.
Wagiman kaget lalu menceritakan kepulangan Ferdy semalam.
Bu Rini semakin panik
dan tampak kebingungan. Sejenak kemudian terdiam dan terlihat seperti berpikir
dalam.
Setelah itu dia meminta Wagiman agar ikut mencari keberadaan
putranya yang semalam tidak pulang,
Wagiman minta izin untuk salat subuh terlebih dahulu.
Bu Rini pamit pulang.
Dengan langkah lemas dipenuhi pikiran-pikiran negatif tampak jelas
ada rasa khawatir atas keselamatan putranya.
Anak yang sebelumnya jarang bahkan belum pernah pergi
seenaknya mendadak semalam tidak pulang dan tidak tahu keberadaannya.
Setelah melakukan kewajiban salat subuh, Wagiman langsung
mengeluarkan motor untuk mengetahui kelanjutan pencarian kawannya yang hilang. Dia
pun melaju menuju rumah Ferdy.
Sepanjang perjalanan dia berpikir keras ke mana kira-kira Ferdy
menghabiskan malam, sedangkan selama ini tempat dan kawan nongkrongnya hanya
dia saja. Kalaupun pergi ke tempat lain pastilah akan mengajak dirinya.
Sesampai di rumah Ferdy terlihat beberapa tetangga termasuk
kerabat yang dekat dengan rumah berkumpul di teras. Mereka berencana melakukan pencarian
di beberapa titik terdekat terlebih dahulu.
Setelah melakukan diskusi beberapa orang yang dibagi dalam
beberapa tim pun akan mencari di sekitar perkampungan, sedangkan Wagiman
mencari di rumah salah satu kerabat untuk menyisir berbagai lokasi termasuk
menemui Nurdin.
****
Pukul 07.00 pagi Ferdy ditemukan oleh warga di lokasi Watu Semar
dalam keadaan tertidur.
Motornya terparkir di sisi batu.
Sangat tidak masuk akal jika motor bisa sampai di sana. Tidak
ada akses jalan, kecuali jalan setapak.
Sedangkan untuk membangunkan Ferdy dari tidur tidaklah mudah.
Didatangkan seorang ketua kampung yang juga melakukan sebuah ritual.
Barulah sekitar 5 menit kemudian Ferdy terbangun dengan masih
gemetaran.
Setelah kesadarannya benar-benar pulih dia pun menceritakan
apa yang dialami.
Semalam dia terjerumus ke alam lain ketika melewati pohon
beringin separuh dan telah mengantarkan sosok penghuninya untuk pulang.
Wagiman yang teringat bahwa kemarin motor Ferdy usai di
servis langsung melihat catatan pada spedometer.
Saat stiker panduan servis yang ditempel di sisi dalam jok
motor dicek, ternyata motor itu telah melalui pemakaian 49 KM, sementara dari
bengkel menuju rumah hanya sekitar 8 KM, berarti motor tersebut benar-benar berkeliling
di alam lain.
Wagiman pun makin merasa terkejut saat melihat tangki bahan
bakar yang terisi penuh.
Sebelum warga membawa Ferdy dan motornya pulang, ketua
Kampung memberi sedikit pencerahan bahwa peristiwa yang dialami oleh Ferdy agar
menjadi pelajaran di mana pun berada, terutama di tempat-tempat yang ditengarai
sebagai tempat tinggal Jin. Haruslah selalu berdoa meminta perlindungan pada
Tuhan Yang Maha Kuasa.
No comments:
Post a Comment