PERIAS JENAZAH
Kematian merupakan suatu proses universal yang pasti dialami oleh setiap manusia meskipun kematian sifatnya individual, namun proses kepengurusan jenazahnya tidak lepas dari masyarakat yang ada di sekitarnya.
Jika seseorang meninggal dunia, dia sudah lepas dari tanggung
jawab duniawi, dan jika tubuhnya dibiarkan, semakin lama akan membusuk hingga
menimbulkan bau yang tidak sedap. Maka dari itu, orang-orang yang masih hidup
di sekitarnya memiliki kewajiban untuk mengurusnya.
Setiap masyarakat yang hidup di daerah tertentu pasti
memiliki cara khusus terkait kepengurusan jenazah ini. Bisa jadi cara tersebut
sama atau berbeda sama sekali antara daerah yang satu dengan lainnya, dan
inilah kisah mistis yang dialami oleh Simar yang bekerja di salah satu
perusahaan peti mati.
****
Simar sang perias jenazah.
Tidak pernah terlintas di benak di Simar untuk bekerja
sebagai perias jenazah. Sebelum menikah, ia bekerja sebagai karyawan bagian
administrasi pada sebuah perusahaan ekspedisi muatan kapal laut selama 3 tahun,
kurang lebih pada tahun 1978.
Pekerjaannya sebagai perias jenazah ini bermula dari sebuah
kebetulan ketika pada tahun 1982 seorang Majelis Jemaat menawarkannya sebuah
pekerjaan sebagai bentuk pelayanan di bidang kematian. Saat itu Simar langsung
menyetuju saja dan mulai bekerja pada perusahaan peti mati selama 5 tahun.
Simar merupakan orang pertama yang bekerja sebagai perias
jenazah di perusahaan peti mati tersebut karena sebelumnya hanya menjual peti
mati saja tanpa merawat jenazah.
Ketika memutuskan menjadi perias jenazah pada tahun 1986,
Simar merawat jenazah-jenazah tersebut di rumah sakit atau rumah-rumah pribadi
karena pada saat itu belum terdapat tempat persemayaman jenazah seperti yayasan
sekarang ini.
Ia bekerja sebagai perias jenazah dikarenakan sang suami
tidak ingin jika ia bekerja dan hanya disuruh menjadi ibu rumah tangga saja, Simar
juga menyuruh kedua putrinya merasakan hal itu setiap hari.
Pernah Simar berusaha untuk tiba di rumah sebelum Rustam
pulang dari tempat kerjanya sehingga sang suami tidak mengetahui, namun pada
akhirnya rahasia itu diketahui oleh Rustam setelah menjadi perdebatan Simar pun
mampu melunakkan hati sang suami ditambah lagi penghasilan yang didapat Simar
bisa dipergunakan untuk membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari, karena saat
itu pendapatan Rustam sebagai tenaga penjualan salah satu merek rokok masihlah
kurang.
Namun, ketika keluarganya tahu kalau dia menjadi perias
jenazah sang ayah menyuruh agar dia meninggalkan pekerjaan tersebut, alasannya
adalah karena dalam sejarah keluarga mereka tidak pernah terdapat anggota
keluarga yang menjadi perias jenazah.
Simar juga mendapat teguran dari tetangga dan orang-orang
sekitar untuk berhenti bekerja menjadi perias jenazah. Menurut mereka, pada saat itu usianya masihlah
muda dan anak-anaknya juga masih kecil. Orang-orang sekitar menganggap bahwa
pekerjaan sebagai perias jenazah bukanlah pekerjaan yang umum, tidaklah pantas
dilakukan oleh seseorang yang usianya masih relatif muda dan masih memiliki
kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan lain.
Dari banyaknya masukan itu pada akhirnya Simar memutuskan
untuk berhenti dari pekerjaannya yang kemudian melamar menjadi salah satu
anggota di sebuah orkestra, itu pun karena usul salah seorang temannya. Akan
tetapi, Simar hanya bertahan selama satu tahun pada pekerjaan barunya itu yang
karena satu hal grup orkestra dibubarkan.
Setelah melakukan perenungan beberapa kemudian ia kembali
melamar di perusahaan penyedia peti mati. Lambat laun pihak keluarga maupun
orang-orang dekat mulai bisa menerima kenyataan mengenai rencana Tuhan dalam
hidupnya.
Saat merawat dan memandikan jenazah, Simar menganggap bahwa
jenazah tersebut adalah anak atau anggota keluarganya sendiri yang meninggal sehingga
ia merawatnya dengan penuh kasih tanpa merasa jijik sedikit pun. Apabila harus
merawat luka-luka yang ada di bagian tubuh jenazah yang terkadang sudah
mengeluarkan ulat dan bau yang tajam ia memperlakukan jenazah secara lembut dan
hati-hati. Pada saat mengganti baju jenazah juga sangat teliti supaya
kehormatan jenazah tetap terjaga.
Simar selalu membuat jenazah lebih indah, hasil akhirnya
adalah membuat jenazah terlihat seperti masih hidup sehingga pihak keluarga
merasa puas terhadap kerja yang dilakoninya.
Simar bertahan dengan pekerjaan sebagai perias jenazah di
perusahaan tersebut selama 11 tahun. Selama itu pula banyak kejadian mistis
yang dialami, di antaranya adalah pernah sekali waktu mayat yang ia rias tampak
berbicara, selain itu juga mereka menemuinya dalam mimpi sembari mengucapkan
terima kasih.
Simr juga pernah merias pada pukul setengah dua pagi yang
pada saat itu jenazah yang ia rias mendadak didatangi oleh sosok yang sama
persis dan langsung mendekati serta menangis. Ketika tersadar akan hal tidak
wajar itu ia dikejutkan dengan lampu yang mendadak mati, ia pun beranjak pergi
keluar ruangan, dan ketika sudah tenang ia kembali masuk, tampak lampu sudah
hidup dan tidak ada seorang pun yang berada di ruangan.
Masih banyak kejadian di luar logika yang ia temui, namun
yang selalu diingat adalah sebuah kejadian yang membuatnya berpindah pada
perusahaan penyedia peti mati lain. Pada saat itu sekitar pukul 17.00 ketika
hendak berangkat mendapat firasat tidak enak dan mendadak kepalanya pusing. Ia
tahu persis jika kondisi semacam itu akan terjadi sebuah peristiwa aneh, namun
demi tugas ia tetap berangkat melakukan pekerjaannya.
Simar menyalakan beberapa lampu kemudian Mengunci pintu rumah
yang kebetulan di hari itu suami dan 2 putrinya sedang berkunjung di rumah
salah satu kerabat.
Ketika dalam perjalanan ia mampir di sebuah toko untuk membeli
salah satu alat rias yang kebetulan habis, namun begitu turun dari mobil ia
ditemui seorang wanita muda yang menyodorkan beberapa alat rias termasuk pula
yang hendak ia beli. Wanita dengan muka pucat itu tersenyum tipis tanpa bicara
apa pun. Spontan Simar meraih alat rias tersebut dan mengamatinya dengan saksama.
Anehnya semua merek alat rias sesuai dengan apa yang dipakai selama ini.
Pada saat ia menanyakan harga, wanita itu hanya menggeleng
lalu berpaling melangkah meninggalkannya.
Merasa penasaran Simar meletakkan barang pemberian ke dalam
mobil lalu mengejar wanita itu sambil berteriak memanggil.
Sang wanita tidak bergeming sedikit pun, dia terus melangkah
tanpa menoleh hingga berbelok ke sebuah sudut jalan dan ketika sampai titik
lengan tersebut Simar tidak menemukan sosoknya lagi, yang terlihat hanya
beberapa orang yang mengobrol di pinggiran jalan.
Simar menarik nafas dalam lalu beranjak kembali untuk
melanjutkan perjalanan.
Begitu sampai di rumah duka ia melihat peti besar berisi
mayat wanita yang telah berkulit pucat. Jelas kalau jenazah di hadapannya
adalah wanita yang ia temui tadi, sosok yang telah memberinya alat rias.
Masih dalam keheranan, Simar dikejutkan dengan kedatangan
wanita yang sama persis dengan jenazah dalam peti dengan mata yang sembab. Wanita
tersebut mendekat dengan membawa beberapa alat rias. Wanita itu menyuruh agar
segera merias saudara kembarnya dengan sebaik mungkin, dia yang sudah menunggu
adiknya dari siang tadi ingin ikut terlibat dalam perhiasan karena ada salah
satu alat yang tidak pernah ditinggalkan sang adik selama hidup, dia takut jika
Simar tidak memiliki alat rias yang dimaksud.
Simar hanya menggangguk dan mulai melaksanakan tugasnya.
Wanita itu merasa heran saat Simar mengeluarkan peralatan
riasnya ternyata perlengkapan yang biasa dipergunakan adik ada semua di kotak
ris milik Simar. Melihat itu dia pun mempercayakan pada Simar dan pamit untuk
menemui para tamu.
Selama satu jam lebih Simar merias jenazah dengan perasaan
mencekam.
Setelah pekerjaannya selesai, Simar langsung bermain minta
untuk pulang.
****
Ketika sampai rumah ternyata Rustam dan anak-anak belum
pulang, Simar langsung menuju kamar utama untuk menyimpan alat-alat rias, namun
pemandangan mengerikan ia temui. Di sana tampak sosok perempuan yang ia rias tadi
sedang duduk dan menyisir rambutnya di depan cermin meja rias.
Yang membuat Simar hampir pingsan adalah ketika kepala dan
tubuhnya terpisah. Kepala gadis itu ditaruh di meja dan tangannya menyisir
kepalanya sendiri.
Dengan tubuh gemetar Simar yang masih membawa peralatan rias
sontak saja kembali beranjak keluar, namun di setiap sudut rumah terlihat sosok
tersebut bermunculan. Matanya menatap tajam pada Simar seolah ada kemarahan.
Setelah melangkah dengan sekuat tenaga akhirnya Simar mampu
keluar dari rumah.
Untuk sejenak ia mengatur nafas dan menenangkan diri di
samping mobilnya, ia berpikir ke mana harus pergi.
Setelah mampu menguasai keadaan Simar memutuskan untuk
menyusul suaminya, ia juga memutuskan tidak menggunakan mobil, namun memakai
jasa objek saja, ia takut jika sosok menyeramkan itu mendadak muncul di dalam
mobil. Simar juga tidak berani memasukkan peralatan riasnya dan tetap dibawa.
Simar berjalan menuju pangkalan ojek, begitu sampai di
pangkalan, secara kebetulan ia berpapasan dengan Restu.
Restu memang hendak menemuinya di rumah karena ditelepon
berulang kali tidak ada yang mengangkat. Restu ingin memberitahukan kalau pihak
keluarga wanita itu ada yang komplain sehingga Simar disuruh kembali ke sana.
Dengan mobil Restu, Simar pun memenuhi permintaan orang yang
berduka.
Dengan perasaan berdebar, Simar memandang jasad wanita yang
juga muncul di rumahnya tadi. Ia memulai merias kembali atas komando dari
saudara kembarnya.
Rupanya ada sisir khusus yang dipergunakan juga ada hiasan
rambut yang juga spesial. Saudara kembar itu ikut menyisir agak lama dengan air
mata kembali tumpah.
Setelah kejadian itu beberapa karyawan perusahaan tempat
Simar bekerja juga dihantui sosok wanita tersebut. Mereka mengaku jika melihat
penampakan seorang wanita menyisir rambut dengan kepala terlepas. Ada yang
melihat penampakannya di wastafel kamar mandi, di depan lemari kaca, di meja
rias, bahkan di kaca jendela rumah.
Dari pengakuan rekan kerjanya itu membuat Simar merasa
bersalah meskipun tidak ada yang menyalahkannya.
****
Dua bulan kemudian.
Setelah teror wanita itu tidak lagi muncul Simar memutuskan berhenti
bekerja. Ia akan istirahat untuk menenangkan diri bersama keluarga.
Setahun kemudian
tepatnya pada tahun 2000, Simar memutuskan untuk pindah ke perusahaan penyedia
peti mati lainnya. Di sana ia selalu merawat dan memandikan jenazah karena
tugas itu diserahkan sepenuhnya oleh Tari yang terlebih dahulu bekerja di sana.
Simar akan merawat dan memandikan jenazah jika Tari sedang
berhalangan dan tidak dapat melakukan pekerjaannya. Simar tidak masalah jika
diposisikan sebagai perias jenazah meski memiliki pengalaman yang jauh lebih
banyak dibandingkan dengan rekan kerja yang lain.
Pada akhirnya Simar lebih sering ditugaskan untuk merawat
jenazah di luar kota.
Ketika ada pelanggan dari luar kota yang memilih peti mati
dan menggunakan jasa perusahaannya untuk menyediakan berbagai keperluan sebelum
acara penguburan jenazah.
Seiring berjalannya waktu dia pun sudah dikenal oleh
pelanggan-pelanggan perusahaan yang berada di luar kota. Simar yang
berpengalaman dianggap lebih paham dalam mengurus berbagai keperluannya.
Simar tidak hanya bertugas untuk memandikan dan merawat
jenazah tapi juga bertugas untuk mengatur semua keperluan jenazah terutama yang
menganut agama Konghucu. Bagi jenazah yang menganut agama Konghucu mereka harus
melakukan sembahyang dan meletakkan beberapa sesaji berupa kue, buah, yang
diperuntukkan bagi sang jenazah.
Selain itu, untuk prosesi kremasi dan larung abu juga
memiliki peraturannya sendiri, di sini Simar memegang peran penting untuk membantu
para keluarga jenazah karena ia sudah memiliki pengalaman dan pengetahuan.
Selain itu keluarga suaminya juga masih menganut agama Konghucu
sehingga sering kali melihat prosesi-prosesi yang dilakukan.
Simar juga biasa membantu para keluarga jenazah untuk
menghias peti dan menjadi pemandu pada saat akan berlangsungnya pemakaman agar
acara pemakaman dapat berlangsung dengan baik.
SELESAI
No comments:
Post a Comment