Dukung SayaDukung Pakde Noto di Trakteer

[Latest News][6]

abu nawas
abunawas
berbayar
cerkak
cerpen
digenjot
gay
hombreng
horor
hot
humor
informasi
LGBT
mesum
misteri
Novel
panas
puasa
thriller

Labels

BUS HANTU

 

Malam itu hujan turun lagi. Memang bisa dikatakan belakangan ini hujan sering terjadi.

Malam itu jam 22.00, aku sedang melakukan perjalanan dari tempatku bekerja menuju Jakarta untuk mengunjungi rumah nenek.

Aku sengaja pergi pada malam hari itu untuk menghindari padatnya kota Jakarta di siang hari.

Orang tuaku dan adikku sudah lebih dulu pergi ke Jakarta karena aku masih ada pekerjaan yang harus aku selesaikan.

Akhirnya aku pun pergi sendiri menggunakan bus kota.

****

Pada malam itu keadaan bus sangat ramai sekali oleh penumpang.

Untung saja aku masih mendapatkan tempat duduk.

Aku duduk di dekat jendela bus dan di sebelahku adalah seorang lelaki yang kelihatannya sedang murung. Lelaki itu mengenakan topi dan juga sesuatu yang mirip dengan cincin yang terpasang di semua jarinya. Aneh sih menurutku.

Lelaki itu hanya menganggukkan kepalanya ketika aku bilang permisi. “Permisi, Pak.”

Aku sendiri merasa ada yang aneh dengan lelaki tersebut yang hanya terus menunduk tanpa bersuara sedikit pun.

Jujur, jika dibilang aku takut atau memang karena aku belum pernah melihat orang aneh seperti itu, tetapi aku mencoba menyingkirkan perasaan takutku agar perjalananku terasa nyaman.

Sepanjang perjalanan aku mendengarkan MP3 yang kuputar melalui haedset agar tidak mengganggu penumpang yang lain.

Aku tertidur sejenak karena tubuhku memang terasa lelah oleh pekerjaan siang tadi.

****

Ketika aku terbangun kulihat jam dan sudah menunjukkan pukul  23.30.

Wajar jika perjalananku memakan waktu yang banyak karena jarak dari tempat kerjaku ke Jakarta memang cukup jauh, tetapi ketika aku lihat sekeliling ternyata sudah sangat sepi, termasuk lelaki yang berada di sebelahku tadi kini sudah tidak ada. Yang kutahu hanya sopir dan kernetnya.

Akhirnya aku pun mendekati mereka berdua.

Aku pun bertanya kepada mereka. “Ini sudah sampai di mana ya, Pak?”

“Sudah turun semua,” Jawab sopir bus.

Aku pun bertanya dalam hati, “Ke mana yang lain? Kenapa aku tak merasa kalau bus ini berhenti untuk menurunkan penumpang?”

Setelah itu aku pun kembali duduk di tempatku.

****

Tak berapa lama kemudian akhirnya aku sampai di tempat tujuan.

Setelah aku turun dari bus, aku melihat ke dalam melalui jendela dan ternyata masih banyak orang berada dalam. Aku pun sedikit terkejut karena selama tadi aku di dalam keadaan itu sangat sepi dan tidak ada penumpang lain, kecuali hanya aku, kernet, dan sopir tersebut.

Sementara kusingkirkan pikiran aneh yang membuat perasaan ini makin aneh.

****

Jam di tanganku sekarang sudah menunjukkan pukul 00.10.

Aku kemudian memilih untuk berjalan kaki ke rumah nenek karena jaraknya cukup dekat dengan tempatku turun.

Dalam perjalanan ke rumah nenek, aku melihat  tukang sate yang berjalan ke arahku. Dia membunyikan kentungan untuk menandakan bahwa dia sedang berjualan.

Tuk! Tuk! Tuk!

Memang terlihat samar sih bagiku karena penerangan di sana sangat remang, tetapi aku mengenali perawakannya. Dia persis dan memang mirip dengan orang yang duduk di sebelahku pada saat aku berada di dalam bus yang aku naiki tadi.

Karena penasaran dan memang sudah lapar aku pun memanggilnya. “Pak, sate, Pak!”

****

Singkatnya aku langsung memesan 10 tusuk sate memakai lontong karena satenya sedikit lebih kecil.

Pada saat dia mempersiapkan satenya aku pun memperhatikannya dengan saksama. Dia memang lelaki yang duduk di sebelahku pada saat berada di bus tadi.

Lelaki itu menggunakan topi yang sama dan jam tangan yang sama seperti tadi. Lelaki itu selalu saja menunduk dan tidak pernah menatap kepadaku. Makin aneh memang.

Rasa takutku sudah hampir mencapai puncaknya. Ingin rasanya aku lari saja, tapi sudah terlambat. Tidak enak juga harus membatalkan pesanan. Ya, ‘kan?

Namun, ketika aku melihat apa yang sedang dipersiapkan ternyata itu bukanlah daging ayam melainkan jarinya sendiri!

Astaga!

Lelaki itu membakar dan memotong-motong jarinya sendiri.

Seketika itu aku pun berteriak sehingga lelaki menatapku. Tampak kini wajahnya yang hangus dan menghitam.

Tanpa basi-basi lagi aku pun langsung lari ke rumah nenek dengan sisa tenaga yang kupunya.

****

Singkat cerita akhirnya aku sampai di rumah nenek.

Setelah masuk ke dalam rumah ternyata semua orang telah menungguku.

Aku kemudian menceritakan semua kejadian aneh yang kualami tadi, dan mereka semua tambah heran. Kata mereka telah menunggu lama di tempat itu. Iya, tempat di mana bus berhenti saat menurunkanku tadi.

Mengapa mereka menunggu di sana?

Kata mereka di sana adalah tempat terakhir bagi kendaraan diperbolehkan melintas, selebihnya entah apa alasannya bahwa setelahnya bus tidak boleh melewati jalur itu dan wajib putar arah.

Mereka juga bilang sudah mencoba menghubungiku untuk mengetahui di mana posisiku agar dapat mereka jemput, tetapi tidak ada balasan dariku katanya,  dan ternyata aku baru sadar sedari HP-ku tidak ada sinyal.

Ah, aku baru ingat kalau aku masih menyimpan karcis dari dus tadi, tetapi pada saat kulihat kembali dan kutunjukkan kepada mereka ternyata karcisnya berubah menjadi daun. Iya, daun! Karcis itu berubah menjadi daun sungguhan!

Semua keluargaku terkejut melihat apa yang aku tunjukan.

****

Keesokan harinya.

Aku membaca koran dan mendapat berita tentang bus yang terguling setelah membentur pohon dan akhirnya masuk ke dalam jurang pada jam 20.00  di jalan yang sama pada saat aku turun. Iya, jalan sempit yang tak boleh dilewati oleh bus karena di ujung jalan adalah tikungan tajam dan di sisi kirinya adalah jurang. Itu mungkin kenapa bus dilarang melintas jalur itu dan wajib putar arah.

Semalam dikabarkan semua penumpang dalam bus tersebut tidak ada yang selamat.

Jalanan yang licin dan sopir yang mengantuk sehingga tidak bisa mengemudikan bus secara benar dan tidak dapat menguasainya adalah penyebabnya.

Sekarang aku baru mengerti kenapa semalam aku mengalami kejadian seperti itu, tapi yang masih membuatku penasaran kenapa aku harus bertemu dengan hantu tukang sate pikul itu?

Apakah orang yang duduk di sebelahku di dalam bus tersebut adalah tukang sate yang menaiki bus naas itu? Aku pun masih menyimpan pertanyaanku itu hingga sekarang.

 

PAKDE NOTO

Baca juga cerita seru lainnya di Wattpad dan Follow akun Pakde Noto @Kuswanoto3.

No comments:

Post a Comment

Start typing and press Enter to search