PETAKA PELET DARAH HAID BAGIAN 2
BAGIAN 2
PETAKA PELET DARAH HAID
Nur merasa jijik dan risi dengan cara tersebut, baginya hal
itu terlalu kotor untuk dilakukan.
“Itu adalah cara terbaik untuk menuntaskan dendam. Bukankah Jaka
suka minum kopi?” ucap Yanti setengah berbisik dan dengan sedikit ragu.
Pada akhirnya Nur setuju dengan bujukan itu.
Mbah Noto menjelaskan, “Tentang pelet tersebut, yang mana kamu
harus menggunakan media minuman seperti wedang kopi yang digunakan untuk
menyamarkan warna dan aroma darah sehingga tidak mudah diketahui oleh lelaki
yang kamu tuju dan tentu saja hal ini tidak bisa dilakukan olehmu secara
sembarangan, dibutuhkan ritual khusus agar darah yang dicampurkannya bisa
menjadi pelet yang dahsyat.”
“Selain itu, tidaklah semua darah haid bisa dijadikan sebagai
sarana pelet.”
“Yang paling ampuh adalah darah haid hari pertama yang
dinilai memiliki kekuatan super dari sisi supranatural.” Di akhir penjelasan Mbah
Noto menyuruh Nur untuk datang lagi di saat ia sedang menstruasi tepat di hari
pertamanya.
Mbah Noto juga disuruh membawakan segelas kopi hitam.
****
Hari berlanjut
mengikuti waktu.
Nur merasa lega karena sudah mendapatkan jalan keluar dari
masalah yang dihadapi.
Nur mulai bekerja seperti biasa dan ternyata ia tergabung
dalam tim foto berkelas yang nanti akan melakukan sesi pemotretan di hari
pernikahan Jaka dan Lestari.
Nur harus profesional, harus mampu menyembunyikan segala luka
yang mendera, di sisi lain ia berharap akan segera datang bulan agar apa yang
menjadi tujuannya segera tercapai.
Apa yang ditunggu itu pun akhirnya tiba, di mana Nur yang
sedang mengalami mens tepat di hari pertamanya segera bergegas menuju Mbah Noto.
Karena Yanti tidak bisa, maka ia pun pergi seorang diri.
****
Singkat cerita.
Mbah Noto menyuruh Nur untuk bersila menghadap kopi hitam
yang dibawa.
Sedangkan Mbah Noto merapal sebuah mantra di belakang sambil
memegang kedua pundaknya.
Setelah selesai barulah darah haid dicampurkan dengan kopi
tersebut. Setelah dibacakan mantra dan ditiup, ritual pun selesai.
“Yang meminum harus orang yang kamu tuju. Jangan sampai
diminum oleh orang lain,” ucap Mbah Noto.
Penjelasan dilanjutkan, “Dengan risiko, jika diminum oleh
orang selain Jaka, apalagi oleh perempuan! Orang itu bisa gila karena mantra
sudah dibuat khusus untuk Jaka. Paham!” imbuh Mbah Noto.
“Selain itu, jika tidak ada kesempatan, kopi bisa disimpan
selama 3 hari, nanti bisa dicampurkan sedikit saja dengan kopi baru. Jika khasiat
sudah terlihat, sisanya bisa dibuang di pelataran rumah,” tambah Mbah Noto
lagi.
Nur hanya mengangguk tanda paham lalu ia yang sudah tidak
sabar pun segera pamit.
****
Nur bergegas pulang dengan segelas kopi hitam di tangan yang
telah dicampur darah mens pertamanya.
Beruntunglah ritual yang dilakukannya bisa membuat kopi
tersebut sama sekali tidak tercium aroma darah maupun aroma amis, mirip seperti
kopi pada umumnya, namun Nur mulai kebingungan untuk memberikan pada Jaka,
mereka sudah bukan lagi sepasang kekasih.
“Jadi, tidak mungkin jika memberikan kopi secara langsung
pada Jaka.”
Setelah berpikir beberapa saat ia pun teringat akan satu hal
bahwa lusa adalah hari pernikahan Jaka dan Lestari di mana Nur tergabung dalam
tim yang menangani pemotretan, di sanalah rencana jahat itu akan dimulai.
****
Selang dua hari
kemudian.
Terlihat Nur bersama tim sibuk menata kamera di depan
dekorasi sakral Jaka dan Lestari.
Sementara itu, Jaka terlihat tersenyum sinis saat melihat Nur.
Jaka tidak menduga kalau Nur berada di acara pernikahannya.
Jaka juga baru tahu bahwa Nur juga ikut bekerja sama dengan tim terbaik yang
Jaka pilih untuk acara pernikahannya.
Terlihat mereka tidak saling sapa, seperti tidak pernah kenal.
“Hai, tenang saja, Bos. Semua pasti oke,” ucap Yanti saat
melihat Jaka.
Melihat semua kelengkapan, sengaja Yanti mendekat dengan
membawa segelas kopi, satu rencana yang direncanakan bersama Nur.
Yanti memberikan pada Jaka dengan beralasan bahwa kopi
tersebut adalah kopi yang terbaik yang membuatnya tidak mengantuk.
Sangat acara selesai, tanpa menaruh curiga Jaka mengambil dan
menyeruput kopi hangat tersebut. Jaka tersenyum melihat lirikan Yanti.
“Mungkin ini perlu waktu, tapi ini cara yang paling ampuh
untuk menghancurkan rumah tanggamu, Jaka!” ujar Nur dengan tersenyum licik.
Nur terus memperhatikan Jaka yang mulai meminum kopi sedikit
demi sedikit, tapi dengan sangat berhati-hati Nur tetap fokus menjaga sikap.
Jangan sampai ada yang curiga dengan gerak-geriknya.
Sedikit demi sedikit kopi yang diminum Jaka pun habis.
Dam!
Terlihat jelas pelet itu mulai bekerja.
Dengan cepat lirikan Nur terus mengarah dan selalu saja memandangi
Jaka.
Lestari yang sedikit tahu hal itu langsung menemui dan
mengusir Nur, gadis cantik itu ingin agar Nur tidak lagi ada di hadapan Jaka.
Nur pun mengalah karena ia tahu akan menang.
Nur minta izin lalu berpamitan pada semua kru.
Yanti tersenyum lepas dan sambil berbisik mengucap, “Selamat
ya, Jaka.”
****
Tidak menyangka jika
pelet itu akan bekerja sangat cepat.
Seusai magrib, Jaka yang seharusnya menghabiskan waktu bersama
Lestari justru menelepon Nur. Dia minta maaf atas semua perlakuannya dan
mengaku selalu mencintai Nur.
Nur mendengarkan sambil tersenyum penuh kemenangan.
Jaka kemudian melanjutkan bahwa ia akan meninggalkan Lestari
jika Nur menerimanya kembali.
Sungguh ucapan yang membuat Nur dikepung kebahagiaan. “Kamu
ke sinilah besok,” ucap Nur menutup telepon.
Dengan hati berbunga-bunga, Nur akan memulai pembalasan
dendamnya.
Sepanjang malam itu telepon selalu berdering yang tidak lain
adalah dari Jaka, lelaki itu dikejar rasa rindu meski sudah beristri, namun Nur
tidak menggubris, Nur jual mahal dan membiarkan Jaka sakit dengan kerinduan.
****
Di keesokan harinya.
Saat Nur membuka pintu, terlihat Jaka sudah berdiri dengan
membawa seikat bunga. Nur menerimanya dengan sukacita.
Nur pun mulai berhubungan kembali dengan Jaka.
5 tahun yang lalu semua terasa manis saat bersama lelaki
tersebut, tapi sekarang, Lestari yang beruntung telah menikahinya.
Mereka pun terhanyut dalam kerinduan, saling menumpahkan
kasih yang sempat terhenti. Nur memastikan pada Jaka bahwa Lestari tidak tahu
akan hal ini.
Nur kembali menemui kebahagiaan yang hilang. Ia juga selalu
minta saran dari Yanti bagaimana baiknya untuk masa depannya dengan Jaka.
Namun, Yanti justru memberi satu masukan yang membuat Nur
bingung dan Yanti ingin agar Nur fokus untuk balas dendam, bukan terjebak dalam
kisah cinta lama.
“Karena Jaka terpengaruh dalam ilmu hitam maka tidaklah
mungkin jika cinta itu terus bersemayam, Nur.”
Untuk itu maka Yanti ingin agar Nur bisa melupakan Jaka dan
yang penting adalah membuat lelaki itu menderita karena telah membuatnya
terluka.
Yanti pun memberi saran agar Nur membuat Jaka jatuh miskin
karena tanpa harta maka hidupnya akan penuh penderitaan.
“Kamu mintalah apa yang kamu mau sehingga Jaka akan
kehilangan segalanya. Setelah itu raihlah kebahagiaanmu, Nur.”
“Dengan harta melimpah maka dengan mudah sekali kamu
mendapatkan lelaki dan Jaka akan menyesal karena telah memutuskanmu, Nur.”
Ucapan Yanti membuat Nur terpengaruh dan rencana itu pun
segera dilakukan.
****
Setelah pernikahan,
baik usaha Jaka maupun Lestari mulai sepi pekerjaan.
Tidak ada lagi yang mempergunakan mereka sebagai model,
sedangkan semakin hari Lestari merasa ada yang aneh terhadap Jaka.
Di mata Lestari, Jaka tidak seperti biasanya.
Setiap kali pulang ke rumah terlihat seperti orang linglung
yang sedang kebingungan dengan dirinya sendiri.
Sikap Jaka semakin dingin, jauh berbeda dengan Jaka yang ia
kenal dulu, dan yang membuatnya terheran adalah rasa cinta yang kuat hilang
begitu saja.
Di sisi lain sebagai suami, Jaka sama sekali tidak mau
menjamah Lestari, meskipun Lestari sudah melakukan berbagai cara, tetap saja Jaka
merasa tidak berselera, seolah jijik kalau Lestari mendekat.
Yang lebih mengherankan lagi adalah uang tabungan mereka mulai
menipis.
Setiap kali Lestari bertanya justru bentakan kasar yang ia
dapat. Hal itu membuat Lestari merasa ada yang tidak beres dengan Jaka. BERSAMBUNG KE BAGIAN 3
No comments:
Post a Comment