Dukung SayaDukung Pakde Noto di Trakteer

[Latest News][6]

abu nawas
abunawas
berbayar
cerkak
cerpen
digenjot
gay
hombreng
horor
hot
humor
informasi
LGBT
mesum
misteri
Novel
panas
puasa
thriller

Labels

GAYA BERCINTA SERTA JAMU KUAT MENURUT JAWA

"Pupuh Balabak".

Dalam pupuh ini dijelaskan bagaimana posisi berhubungan seksual menurut ajaran Jawa serta dalam melakukan penetrasi harus pula melihat tipe perempuan sebagai pasangannya. Berikut rincian dari gaya-gaya bercinta yang dimaksud.

1. Kadya Galak Sawer

Gaya ini dilakukan dengan wanita di atas laki-laki dengan posisi laki-laki

timpuh dan wanita duduk di depan pangkuan laki-laki. Dengan posisi seperti

ini, sangat menguntungkan laki-laki karena dapat melakukan penetrasi yang

dalam, dan ingat laki-laki harus mantap dan ibarat patokan ular yang ganas

dalam berolah asmara.

“Yen tyang bongoh lebete pastapurusa,

maring hes,

ingkang kadya galak sawer neng lebetnya,

elenge,

aywa nganti kemba kang alon kewala,

tanduke.”

 

Kalau tipe bongoh ketika penetrasi,

Ke vagina,

Menyerupai patokan ular di dalamnya,

Ingatlah,

Jangan sampai tidak mantap dalam penetrasi,

Ulangilah.

2. Lir Ngaras Gandane Sekar

Gaya ini dilakukan dengan cara mencium daerah bawah pusar wanita dan

Di atas vagina ibarat mencium harumnya bunga, lalu saat penetrasi dilakukan

wanita diposisikan terlentang dan laki-laki di atasnya dengan terimpit kedua

paha wanita.

“Yen tyang dhenok lebete pastapurusa,

mring hese,

katindakna lir ngaras gandaning sekar,

isthane,

among estri patrape lir sumendhennya,

usuke.”

 

Kalau bertipe dhenok penetrasi,

Ke vagina,

Lakukanlah ibarat mencium harumnya bunga,

Seumpama,

Memelihara gerakan istri ibarat kesigapan,

Menyangganya.

3. Lir Baita Layar Anjog Rumambaka

Gaya ini dimulai dengan mencium tubuh wanita dari sebelah kiri ke kanan

dan dilakukan secara pelan-pelan. Ibarat perahu yang akan masuk ke dalam

samudra. Jadi intinya semua gerakan dilakukan dengan sabar dan pelan.

“Yen tyang demenakakken lebeting purusa,

kawite,

ingkang ngandhap ingkang iring tengen sarta,

patrape,

lir baita layar anjog rumambaka,

tengahe.”

Bila orang yang bertipe demenakakken ketika penetrasi,

Memulainya,

Yang bagian bawah juga sebelah kanan,

Ibarat kapal layar yang turun ke samudra,

Di tengahnya,

4. Lir Bremana Ngisep Sekar

Gaya ini dimulai dengan mencium daerah pusar wanita sebelah kiri, dan

posisi wanita terlentang, dan penetrasi dilakukan ibarat kumbang

menghisap madu.

“Yen tyang manis saking ngandhap pasunatan,

wiwite,

radi ngiwa lir bremana ngisep sekar,

tingkahe,

bilih sampun campuh neng sajroning baga,

sartane.”

Kalau yang bertipe manis dari bawah pusar,

Memulainya,

Sebelah kiri ibarat kumbang mengisap madu,

Gerakannya,

Kalau sudah bercampur (bersetubuh),

keduanya.

5. Lir Lamaksana Pinggire Jujurang

Gaya ini sudah sangat termasyhur, kerap dijuluki minakjinggo (miring penak

jengking monggo). Akan tetapi yang digunakan adalah posisi miring saja, jadi

posisi ini wanita dan laki-laki sama-sama miring dengan dibantu kaki

perempuan diangkat untuk memudahkan penetrasi dan ibarat laki-laki berada

dipinggir jurang.

“Yen tyang merakati ngandhap pasunatan,

wiwite,

wusing manjing lir ngisik-isik lengennya,

patrape,

tumindaking purusa lir lumaksana,

pinggire.

ing jujurang kang alon supaya aywa,

maleset,

bilih sampun binaton lir yiyit mina,

kasarenga saha ngrangu napasira,

santere.”

Kalau yang bertipe merakati di bawah pusar,

Memulainya,

Setelah memulainya dengan mengelus-elus lengan,

Gerakannya,

Jalanya penetrasi ibarat berada,

Dipinggir,

Jurang yang pelan agar tidak,

Meleset,

Bila sudah keluar air kenikmatan,

Bersamaan dengan nafas,

Yang menggebu,

 

6. Lir Mangaras Lisah Tama

Gaya ini dimulai dengan laki-laki memegang vagina wanita dengan jari, dan

ibarat menggelitik untuk membuka nafsu untuk bercinta. Setelah itu baru

dilakukan penetrasi dan jangan lupa sesekali mencium belikatnya untuk

menambah aura seksnya.

“Tyang jatmika saking nginggil pasunatan,

purwane,

patraping lir mangaras lisah tama,

wangine,

dumuk-dumuk rumuhun supados medal,

manahe.”

Bila orang bertipe jatmika dari atas pusat,

Untuk memulainya,

Gerakannya ibarat mencium minyak utama,

Harumnya,

Tanda-tanda utama keluar,

Rasa dalam hati,

Penghayatan asmaragama dalam persetubuhan tergantung kepada masing-masing pasangan, kemampuan dalam menghayati dan mengeksplorasi sebuah hubungan seksual dapat menentukan titik temu dan puncak berupa sampyuh. Yaitu puncak orgasme bersama ketika kedua belah pihak merasakan nikmat marupa. 

Pose-pose yang disebutkan tersebut dapat dilakukan dengan berdasarkan tipe wanita Jawa, pada saat memulai sampai dengan mengakhiri bercinta. Maksud pemilihan pose bercinta dengan berdasarkan tipe wanita karena setiap tipe dan individu mempunyai perbedaan yang kompleks. 

Berarti seorang pria harus pintar memainkan perannya dalam bercinta, yaitu mengetahui tipe wanita yang akan bercinta dengan dirinya, dalam hal ini wanita tersebut telah menjadi istrinya. Pada hakikatnya seorang pria hendaklah pintar dalam memilih wanita sebagai calon istrinya.

Sejalan dengan pendapat tersebut dalam pupuh Lonthang menyebutkan tentang ciri-ciri wanita menurut bentuk fisik dan bagaimana sifat sehari-hari juga sikap terhadap pasangan, berikut pernyataan yang dimaksudkan.

*****

Setelah mengetahui bagaimana cara bercinta dengan wanita tersebut, menggunakan pose apa yang tepat, tidak lengkap bila tidak membahas jamu yang menunjang stamina seorang laki-laki atau suami untuk memanjakan seorang wanita atau istri di atas ranjang. Dalam bercinta seorang laki-laki akan dikagumi oleh seorang istri bila berhasil dalam bercinta.

Keberhasilan tersebut akan tercapai dengan berbagai usaha, salah satunya dengan meminum jamu. Selain itu juga posisi, gaya dan bumbu-bumbu pemanis bercinta juga harus diterapkan, seperti rayuan-rayuan manis dan kerlingan mata yang hangat, dapat membuat pasangan menjadi bergairah dan membara nafsunya.

Juga perlu diingat kunci keberhasilan bercinta adalah rasa kasih sayang dan tulus ikhlas keduanya dalam bermain asmara.

Jamu adalah sebutan untuk obat tradisional dari Indonesia. Belakangan populer dengan sebutan herba atau herbal. Jamu kerap kali dibuat dari bahan-bahan alami, berupa bagian dari tumbuhan seperti rimpang (akar-akaran), daun-daunan dan kulit batang, serta buah. Ada juga menggunakan bahan dari tubuh hewan, seperti empedu kambing, tangkur buaya dan lain-lain. Racikan jamu tradisional biasanya terasa pahit sehingga perlu ditambah madu sebagai pemanis agar rasanya lebih dapat ditoleransi peminumnya.

Jamu Jawa khususnya mempunyai banyak ragam jenis dan khasiatnya seperti, Jamu beras kencur berkhasiat dapat menghilangkan pegal-pegal pada tubuh dan sebagai tonikum atau penyegar saat habis bekerja. 

Dengan membiasakan minum jamu beras kencur, tubuh akan terhindar dari pegal-pegal dan linu yang biasa timbul bila bekerja terlalu payah. Selain itu, beras kencur bisa meringankan batuk dan merupakan seduhan yang tepat untuk jamu batuk.

Jamu cabai poyang dikatakan oleh sebagian besar penjual jamu sebagai jamu 'pegal linu'. Artinya, untuk menghilangkan cikalen, pegal, dan linu-linu di tubuh, terutama pegal-pegal di pinggang. 

Namun, ada pula yang mengatakan untuk menghilangkan dan menghindarkan kesemutan, menghilangkan keluhan badan panas dingin atau demam. Seorang penjual mengatakan jamu ini baik diminum oleh ibu yang sedang hamil tua dan ibu yang sehabis melahirkan meminum jamu cabai poyang secara teratur tiap hari bayi akan bersih dan bau tidak amis. 

Jamu cabai poyang banyak mengandung zat besi dan berkhasiat untuk menambah butiran darah merah bagi yang kurang darah atau anemia.

Berikutnya jamu kudu laos, menurut sebagian besar penjual jamu, khasiat jamu kudu laos adalah untuk menurunkan tekanan darah. Tetapi, ada pula yang mengatakan untuk melancarkan peredaran darah, menghangatkan badan, membuat perut terasa nyaman, menambah nafsu makan, melancarkan haid, dan menyegarkan badan. 

Jamu kunir asem dikatakan oleh sebagian besar penjual jamu sebagai jamu 'adem-ademan atau seger-segeran' yang dapat diartikan sebagai jamu untuk menyegarkan tubuh atau dapat membuat tubuh menjadi dingin. 

Ada pula yang mengatakan bermanfaat untuk menghindarkan dari panas dalam atau seriawan, serta membuat perut menjadi dingin. Seorang penjual jamu mengatakan bahwa jamu jenis ini tidak baik dikonsumsi oleh ibu yang sedang hamil muda sehubungan dengan sifatnya yang memperlancar haid.

Jamu sinom tidak banyak berbeda dengan jamu kunir asam. Perbedaan hanya terletak pada tambahan bahan sinom. Bahkan, beberapa penjual tidak menambahkan sinom, tetapi dengan cara mengencerkan jamu kunir asem dengan mengurangi jumlah bahan baku yang selanjutnya ditambahkan gula secukupnya.

Jamu paitan dimanfaatkan untuk berbagai masalah kesehatan. Penjual jamu memberikan jawaban yang bervariasi tentang manfaat jamu ini, namun utamanya adalah untuk gatal-gatal dan kencing manis. Penjual yang lain mengatakan manfaatnya untuk 'cuci darah', kurang nafsu makan, menghilangkan bau badan, menurunkan kolesterol, perut kembung atau sebah, jerawat, pegal, dan pusing.

Jamu kunci suruh dimanfaatkan oleh wanita, terutama ibu-ibu untuk mengobati keluhan keputihan. Sedangkan manfaat lain yaitu untuk merapatkan bagian intim wanita (vagina), menghilangkan bau badan, mengecilkan rahim dan perut, serta dikatakan dapat menguatkan gigi. 

Jamu uyup-uyup atau gepyokan adalah jamu yang digunakan untuk meningkatkan produksi air susu ibu pada ibu yang sedang menyusui. Hanya beberapa penjual jamu yang mengatakan bahwa ada khasiat lain, yaitu untuk menghilangkan bau badan yang kurang sedap, baik pada ibu maupun anak dan 'mendinginkan' perut.

Jamu kuat, jamu ini kerap kali disebut jalu usada, tidak banyak penjual jamu gendong yang menjajakan jamu jenis ini. Jamu ini kerap diperjual belikan pada toko-toko jamu tertentu, karena tidak sembarang orang bisa meracik jamu ini.

Jamu kuat kerap kali digunakan kaum adam untuk memperbaiki stamina supaya tidak kalah dalam pertempuran dengan pasangannya. Jamu yang kerap diperjualbelikan adalah jamu urat madu, jamu purwaceng, dan masih banyak lagi jenis lainnya.

Dari berbagai macam jamu di atas dapat dilihat bahwa meminum jamu merupakan salah satu cara untuk menjaga stamina baik lai-laki maupun perempuan, bermacam-macam jenis jamu ada jamu sawan, jamu tujuh angin, dsb.

Bentuk, Macam dan nilainya jamu tradisional Jawa telah tua umurnya. Entah sejak kapan orang Jawa mulai meramu dan menggunakan jamu tradisional, sulit dilacak. Namun demikian, bisa diduga sejak orang Jawa mengenal dunia lingkungan, mereka mulai mencoba jamu tradisional. 

Coba-coba itu dilakukan terus-menerus, untuk menolong keluarga yang sakit. Awalnya sekedar coba-coba belaka, tanpa didahului hal-hal yang masuk akal atau tidak, orang Jawa segera menerapkan jamu tradisional.

Jamu Jawa diterapkan berdasarkan pengalaman empiris. Pengalaman berdasarkan ngelmu titen menjadi cara utama jamu tradisional. Peracikan jamu tradisional hanya didasari perkiraan semata. 

Para peracik menguasai resep turun[1]temurun, yang selalu diikuti trahnya. Saat menerapkan jamu hanya berprinsip waras-wiris, tamba teka memala lunga (semoga cepat sembuh, obat datang penyakit hilang).

Jamu tradisional Jawa mempunyai berbagai jenis, di antaranya jamu untuk memelihara kesehatan sehari-hari seperti jamu kunir asem, beras kencur dan paitan. Juga ada jamu penambah tenaga bagi kaum laki-laki maupun perempuan.

Dalam hal ini ulasan yang utama adalah jamu untuk menunjang kekuatan laki-laki. Dalam Serat Centhini telah dituliskan berbagai macam racikan-racikan jamu untuk penambah stamina laki-laki. 

Di antaranya disebutkan racikan sebagai berikut: merica sunti dan cabai wungkuk tujuh buah, garam lanang, arang kayu jati, gula aren seperempat. Semua bahan itu dipipis hingga lembut dan dijemur di tengah halaman pada saat siang hari. Sesudah itu dibentuk seperti kapsul.

Meminum pil tersebut disertai dengan doa kepada Tuhan, sehingga stamina menjadi kuat dan tahan lama serta sperma yang keluar kental seperti getah pisang benggala. Berikut adalah penggalan yang menggambarkan butir-butir tersebut.

“Ingukur den-sami panjangneki, lan dakare denten racikannya, marica suthi lan cabe, pipitu ingkang wungkuk, uyah lanang lan areng jati, gula ren pinerapat,pinet saparapat mung, pinipis tengahe latar, nuju wanci tengahe pipisanneki rinajah-rajah kelar. 

"Yen wus diling winateg puniki, sang dewa senjata akas-akas, kurang baga lwih akase, kurang baga akukuh, ora nana patine nuli, jejamu dipun untal insya Allah puniku, dene sarat maring kama, supaya mrih mani tan metu tumuli, tlutuh pisang benggala.”

Diukur sama panjang, dan penis yang ada ramuannya, merica sunti dan cabai, wungkuk tujuh buah.

Garam lanang dan arang kayu jati, gula aren seperempat, di telapak hanya tangan seperempat. Semua bahan itu dipipis hingga lembut dan dijemur di tengah halaman pada saat siang hari. Sesudah itu dibentuk seperti kapsul. Zakar yang kurang ereksi, zakar yang kurang kencang, akan hilang penyakitnya karena,

Jamu yang diminum, Insya Allah dengan syarat untuk bercinta, agar lebih berkualitas sperma yang keluar seperti getah pisang benggala.

Selain jamu yang berbentuk kapsul atau pil yang diminum, ada pula jamu yang cara memakainya dioles. 

Berikut racikan jamu di antaranya: kunir lanang, uyah lanang, minyak wijen, cangkang telur ayam kate dan digiling. Setelah racikan tadi selesai segera dioleskan dari pangkal buah pelir hingga ujung penis, setiap sore saat matahari terbenam, juga untuk menambah kasiat jamu tersebut ditambahkan dengan menelan peli bajing dengan satu buah cabai wungkuk. Berikut penggalan yang mengandung butir-butir tersebut.



“Kunir lanang lawan murmak daging, uyah lanang lisah wijen ika, tinoyan lilange mangka nuli inguyup, adatipun sampun asring-asring, dene amrih supaya, agadhaha tuwuh, babakan dalirma wantah, lan endhoging sawung kate lisah wijen, pinipisa cangkangnya."

"Lan tetesing sarem sawatawis, ingurutaken saking kawetira, wit saking silit kodhoke, majeng mring dakaripun, saben sonten suruping rawi, lan malih kang inguntal, peli bajing gendhu, racik senejoning kendhikan, siji cabe wungkuk bongkot pucukneki, tan mawi sinareman.”

Kunyit lanang menolong supaya bisa berdiri daging yang lemah, garam lanang dan minyak wijen dicampur, hingga cair yang jadi cepat-cepat diminum biasanya sesudah itu sering-sering. 

Agar mendapatkan hasil, tentang pesan tadi yang sesungguhnya, dan telur ayam kate dan minyak wijen, bungkus dengan daun dan dikukus dan tetesi dengan garam sesudahnya dioleskan dari pangkal buah pelir mulai dari pantat kodok ke depan hingga ujung penis setiap sore hari ketika matahari tenggelam dan lagi jamu yang telan penis tupai yang besar diracik di dalam kendi. Satu cabai yang bungkuk dari batang sampai pucuknya tidak memakai garam.

Setelah kedua ramuan jamu tersebut dibuat, untuk menggunakannya pun tidak secara asal saja, ada hari yang tepat dan mempunyai petuah yang baik, yaitu malam Selasa Kliwon, kedua jamu tersebut digunakan secara rutin. 

Juga bila sudah meminum jamu tersebut tinggal ikhtiar saja kepada Tuhan, karena tanpa kehendak-Nya tidak akan terwujud apa yang diharapkan. Berikut kutipan yang menggambarkan butir-butir tersebut.

“Lamun sampun lembat pan pinipis, winorken sajroning tigan ayam kate tembeyan sarate, nguyup sing cangkemipun, pendhak Gara Kasih jejampi, sampun akendhat-kendhat yen dereng tumuwuh, insya Allah inggih uga gadhah tuwuh mantun grewal-grewel iki temtu jenak atanak wa semanten boten ngrumiyini."

"Ing dalem pesthi karsaning Allah nanging ihtiyar wajibe katarima botenipun langkung begjanipun pribadi apan walahu alam tan kawaseng tengsun nitik kang wus kalampahan kang peluh dadya akas.”

Kalau sudah lembut tetapi dikukus dicampur dalam telur ayam kate yang menjadi syaratnya.

Diminum dimulut setiap Selasa Kliwon meminum ramuannya minumlah secara teratur bila belum mendatangkan hasil, insya Allah juga bila sembuh tentang mudah jatuh (keluhannya) pasti dinamakan tidak dikukus dengan tidak mendahulu kekuasaan dan kehendak Allah wajibnya berikhtiar dulu diterima atau tidak tergantung keberuntungan diri sendiri.


Setelah menjalankan berbagai macam usaha tersebut, alangkah baiknya dilengkapi pula dengan berdoa kepada Tuhan untuk mendapatkan ridho-Nya untuk mencapai tujuan tersebut. Jadi semua usaha akan lebih cepat tercapai dengan cara berikhtiar dan berdoa kepada Tuhan, sebab Tuhan adalah Maha Berkehendak.

Berbagai pembahasan di atas secara garis besar dapat diambil kesimpulan bahwa masyarakat Jawa dalam mencari pasangan harus pintar memilih, menimbang dan mengetahui tentang calon pasangannya.

Telah disebutkan berbagai opsi tentang calon pasangan mulai dari seorang wanita yang setia, berbakti, bertakwa, penurut, nrima, ikhlas, manis, sopan, rela berkorban, jujur, dsb. 

Berbagai acuan tersebut telah memberikan berbagai gambaran bagaimana seharusnya memilih pasangan yang baik harus melalui berbagai pertimbangan yang matang. 

Mulai mengetahui bibit, bebet, dan bobot hingga sifat-sifat yang menjadi tolak ukur pertimbangan dalam memilih pasangan hidup. 

Memang dalam masyarakat Jawa harus jeli dan teliti dalam memilih pasangan hidup karena kelak akan mendampingi hingga akhir hayat.

Namun, bertolak belakang dengan penjelasan di atas, dalam masyarakat Jawa ada pula larangan-larangan dalam pemilihan pasangan, di antaranya wanita yang belum haid, wanita yang mempunyai penyakit yang dirahasiakan, dan wanita yang berkelakuan buruk. 

Apabila sudah terlanjur memilih dari salah satu kriteria yang dilarang, hendaklah suami dapat menjaga dengan baik dan berusaha membuat istri berperilaku baik.

Selain itu juga disebutkan peranan sebagai suami yang baik. Yaitu mulai dari memilih hari yang baik dan tepat dalam melakukan hubungan seks demi mendapatkan keturunan yang baik, bagaimana cara untuk memulai bercinta, memilih posisi yang tepat dengan perbandingan jenis dan sifat seorang istri, tentunya untuk menunjang hal tersebut dibutuhkan berbagai jamu yang mendukung stamina seorang laki-laki.

 


PAKDE NOTO

Baca juga cerita seru lainnya di Wattpad dan Follow akun Pakde Noto @Kuswanoto3.

No comments:

Post a Comment

Start typing and press Enter to search