Dukung SayaDukung Pakde Noto di Trakteer

[Latest News][6]

abu nawas
abunawas
berbayar
Budaya
cerbung
cerkak
cerpen
digenjot
gay
hombreng
horor
hot
humor
informasi
LGBT
mesum
misteri
Novel
panas
puasa
Terlarang
thriller

Labels

PENUNGGU POHON BERINGIN



PENUNGGU POHON BERINGIN

Di sebuah desa dekat sungai ada sebuah pohon, pohon itu sudah lama tumbuh di sekitar sungai tersebut. pohon itu tidak terlalu besar dan tidak tidak terlalu kecil. Pohon itu sangat dihormati oleh semua warga desa tersebut, namanya pohon beringin, pohon beringin itu dikelilingi oleh pagar kecil dan bagian batang pohon beringin diselimuti dengan kain.

Pada suatu hari desa tersebut sedang mengadakan acara ruwah deso atau bisa disebut dengan sedekah bumi. Acara ini diperingati setiap setahun sekali untuk melambangkan rasa syukur warga karena telah memberikan rezeki melalui segala bentuk bumi. Dalam acara ini selalu diadakan pementasan kesenian seperti ludruk, wayang kulit, kuda lumping.

Para karang taruna desa tersebut mengadakan sebuah hiburan untuk meramaikan desa tersebut, yaitu dengan mendatangkan suatu pertunjukan asli Jawi, kesenian jaran kepang atau biasanya disebut kuda lumping. Pada waktu itu memang sangat ramai-ramainya di berbagai desa lain dan pada akhirnya desa tersebut mendatangkannya.

Acara tersebut dilaksanakan pada malam hari pukul 20.00 Wib. Acara tersebut dilaksankan di depan posyandu dekat sungai yang ada pohon beringinnya. Pohon beringin itu adalah punden desa itu, atau penunggu desa itu. Setiap warga yang mengadakan acara tertentu harus meminta izin kepada pohon beringin tersebut. “Mbah saya mewakili salah satu warga di desa ini untuk meminta izin mengadakan acara kuda lumping sampai malam”. ucap salah satu pemuda desa tersebut denga menaruh sesajen dan dupa di sekeliling pohon beringin itu.

Selesai sholat isya, terdengarlah dari rumahku suara gamelan yang begitu menggelegar meramaikan desa tersebut. Aku dan semua warga desa itu beramai-ramai melihat kesenian tersebut.

Suara petasan terdengar, tanda acara tersebut segera dimulai acara tersebut ditunggu-tunggu dan pada akhirnya datanglah seorang pemain kuda lumping dengan menari-nari, dan salah satu seorang pawang membunyikan pecutnya dengan keras, lalu pemain kuda lumping itu pun kesurupan.

Semua orang sibuk melihat kesenian tersebut, aku melihat Jono pemain kuda lumping yang sedang kesurupan dan memakan pecahan kaca tersebut. Tidak hanya itu saja banyak sekali atraksi yang sangat seru dimalam itu. Untung saja acaranya pada hari Sabtu jadi aku bisa melihatnya sampai selesai karena besoknya libur sekolah.

Tidak terasa jam sudah menunjukkan pukul 00.00 wib tengah malam. Acara tersebut belum selesai, aku juga masih tetap disitu dan melihat acara tersebut sampai selesai, tapi jangan salah sangka aku melihat acara itu tidak sendirian aku ditemani ibuku dan kakakku.

Jono yang dari tadi kesurupan itu. Dia meminta untuk dianterin ke pohon beringin dekat sungai tersebut. Sesampainya di sana Jono pun dibantu oleh seorang pawang tadi untuk mengeluarkan arwah yang tadi menyusupi dan masuk ke tubuh Jono. Tidak lama kemudian Jono pun akhirnya sadar, namun badanya masih kelihatan sangat lemas dan pusing.

Narjo seorang teman Jono tiba-tiba terjatuh saat melihat Jono yang tadi kesurupan dan tidak sengaja menginjak sesajen yang ada di dekat pohon beringin itu. Dan pada akhirnya Narjo terjatuh dan marah-marah. Semua orang heran kepadanya. “Loh nyapo Narjo ngamok iku?”. tanya seorang penonton tersebut.
“Ra eroh aku, bar tibo teros ngamok-ngamok bocah e”. Jawab salah satu penonton.

Ternyata yang marah-marah itu bukan Narjo melainkan sosok penghuni pohon beringin tersebut, penghuni pohon itu sudah tua dia masuk ke tubuh Narjo dan salah satu penonton pun bertanya kepada penghuni pohon beringin tersebut. “Assalamualaikum Mbah, panjenengan kok melbet rogone Narjo, wonten nopo?”.
“Waalaikumsalam, aku melbu ning Rogo e bhoca Iki arep ngomong karo kowe Kabeh”. ujar penghuni pohon beringin tersebut. “Panjenengan ngomong Mbah”. Tanya seorang pawang tersebut. “Kowe iku ra eroh ta? saiki wes tengah wengi kate isuk, kok ya jek dorong buyar ae acarane. Aku ora ngelarang kowe main Sampek isuk, kowe kondo ning aku maen e ra sampek isuk, lah nyatane Saiki durung buyar acarane, wes buyarno acarane, opo Kowe gelem ruh e bhoca Iki tak gowo”. Pawang tersebut pun meminta maaf kepada penghuni pohon beringin itu “sepurane Mbah kalau kami semua mengganggu,mantun niki acarani pun selesai kok”. Kumudian acara tersebut pun selesai tinggal Narjo yang sulit disembuhkan.

Seketika Narjo pun terbangun dan berkata. “Loh ning endi aku?, prasaku aku mau ndelok jaranan Lo”. dia kebingungan karena saat dia bangun dia tidak berada di tempat yang tadi. “Waaah… opo iku kok benter banget”. ucap Narjo. Kemudian dia berjalan menuju cahaya itu. “Loh Narjo nyapo Kowe ning kene?”. tanya seorang kakek tua. “Loh.. loh.. mbah, Kulo enggh mboten semerap Mbah Kulo wau ningali jaranan wonten desa mbah, lha kok nyampek kene”. jawab Narjo dengan kaget karena kakek tua itu adalah kakek Narjo yang sudah lama meninggal. “Pasti Kowe mari nginjak sesajen sing ono ing cedak e woh wiringin kan?”. “Inggh mbah Kulo mboten sengaja menginjak sesajen niku”. jawab Narjo.

Dan pada akhirnya kakek itu pun menunjukkan jalan keluar. “Ayo elok o aku! Lanek Kowe pengen metu teko kene, Kowe kudu ngelakoni opo sing tak omong”. “inggh mbah nopo?”. jawab Narjo. Untuk sampai ke tempat semula Narjo harus memenuhi syarat yang diberikan kakeknya tersebut, yaitu dengan menutup mata dan berjalan berputar tiga kali searah jarum jam dan kalau sudah selesai dia boleh membuka matanya.

Akhirnya Narjo pun menuruti apa kata kakeknya tersebut, dankarena dia sudah berjalan berputar tiga kali dia pun dengan pelan membuka matanya. Tiba-tiba dia sudah ada di kamarnya. “Loh.. aku wes Ning kamar, prasaku aku wingi ndelok jaranan, mosok ngipi aku wingi”. ucap Narjo terkejut karena dia sudah ada di kamarnya.

“Tok.. tok.. tok.. Jo Narjo”. ucap Jono. “melbuoo rek”. ucap Narjo. Aku dan Jono pun datang ke rumah Narjo untuk menanyakan kepadanya. “Jo Kowe wingi Lo kenek opo kok pingsan sue banget, Sampek jaranan e buyar Ra Tangi?” Tanyaku kepada Narjo. “Aku gak sadar Faa aku wingi bar nginjek sesajen sing ono ing cedek e wit Wringin, bar unu aku wes Ning kamer kene”. Jawab Narjo dengan ekspresi bingung. “Kowe wingi Lo diangkat wong-wong diterno moleh”. Jawab Jono. “Lealah tross yok opo?”. Tanya Narjo. “yaa rapopo lah, wes ayo dolan ng lapangan”. Jono pun mengajak Narjo pergi bermain.

Ketika perjalanan menuju lapangan, kami semua melewati jembatan yang ada pohon beringinnya. Narjo berjalan belakang sendiri, dia melihat seorang kakek tua di dekat pohon beringin tersebut kakek tua itu bersama kakeknya Narjo, dengan spontan Narjo berlari secepat mungkin “kaburrrr…”. ucap Narjo sambil berlari sekuat tenaganya. “Woii santai ae rek”. jawab Jono.


Cerpen Penunggu Pohon Beringin merupakan cerita pendek karangan Fifa Zunianti

PAKDE NOTO

Baca juga cerita seru lainnya di Wattpad dan Follow akun Pakde Noto @Kuswanoto3.

No comments:

Post a Comment

Start typing and press Enter to search