Dukung SayaDukung Pakde Noto di Trakteer

[Latest News][6]

abu nawas
abunawas
berbayar
cerkak
cerpen
digenjot
gay
hombreng
horor
hot
humor
informasi
LGBT
mesum
misteri
Novel
panas
puasa
thriller

Labels

LEMPER

 LEMPER



Sukahar yang bekerja sebagai petugas rumah sakit swasta di kota tiba-tiba di PHK dengan alasan pengurangan tenaga kerja. Hal itu membuat Sukahar resah, tapi mau bagaimana lagi kenyataan yang tidak bisa dipungkiri.

“Sabar, Mas. Mungkin ada pekerjaan lain yang menunggu,” ucap istrinya itu tidak tega melihat Sukahar selalu murung dan resah, apalagi sejak keluar dari pekerjaannya Sukahar kesulitan mencari kerja lain. Pergi pagi pulang sore demi mencari pekerjaan, namun belum juga ia dapatkan.

****

Sukahar dan istrinya terbilang menikah di usia dewasa. Pada saat melangsungkan pernikahan, usia mereka belum genap 30 tahun, dan di tahun kedua pernikahan mereka belum juga dikaruniai momongan.

Tanda-tanda kehamilan pun tidak tampak, meski begitu Sukahar tidak bermalas-malasan. Ia selalu giat bekerja meski belum punya keturunan.

****

Pada pagi itu Sukahar membantu istrinya yang sehari-hari berjualan kelapa, sayuran, jajanan termasuk lemper di pasar. Sukahar pasrah dengan nasibnya karena usaha untuk mencari pekerjaan sia-sia, beberapa tempat yang ia datangi semua tidak membutuhkan karyawan.

Untuk mengisi waktu luang ia sering mendatangi rumah Mbah Mangun untuk sekadar mengobrol sambil menikmati rokok gratis.

Mbah Mangun sendiri adalah seorang dukun kejawen yang memiliki ilmu kebatinan mumpuni. Setiap hari pasti ada tamu walau tidak banyak, maklumlah orang-orang tahu keberadaan Mbah Mangun dari mulut ke mulut.

Semenjak itulah Sukahar mulai terpikat dengan ilmu kebatinan. Ia kemudian meminta Mbah Mangun untuk mewariskan beberapa kesaktian padanya.

Secara sembunyi-sembunyi Sukahar mempelajari dan menjalankan lelakon demi ilmu yang digandrungi. Pada akhirnya satu-persatu keilmuan memutih ia kuasai, namun ia berjanji bahwa selama Mbah Mangun masih hidup, ia tidak akan menerima tamu termasuk juga menunjukkan apa yang dikuasainya pada orang lain.

****

Seiring berjalannya waktu.

Uang hasil jerih istrinya sudah terkumpul dan ia memilih memberikan sebagian uang untuk dipakai Sukahar, dengan tujuan sebagai modal untuk mencari pekerjaan.

Sukahar yang merasa sangat terbantu oleh istrinya berniat membelikan uang itu sebuah becak. Profesi sebagai tukang becak layak dijadikan sebagai pekerjaan. Selain untuk meringankan beban istrinya jika ke pasar.

****

Beberapa waktu berlalu.

Sore itu, Sukahar baru kembali setelah mengantarkan penumpang. Ia memilih untuk istirahat, tidur sejenak di dalam becaknya, namun kantuk itu ditahan saat mendengar perbincangan teman satu pekerjaannya tentang penampakan genderuwo yang berada di pekarangan belakang rumahnya.

Junaidi kawannya yang bercerita, kalau sekitar lima hari ini Junaidi libur dari narik becak karena ia sedang bingung memikirkan masalah yang menimpanya.

Sore ini Junaidi pun bercerita, berharap ada saran dari kawan-kawannya.

Menurut Junaidi, sosok genderuwo tersebut membuat kebisingan di atas tengah malam, sehingga membuat dia dan istrinya selalu terjaga.

Biasanya terdengar suara seperti memukul-mukul bambu, bahkan sering juga secara iseng seperti menabrak kerikil di atas genteng pekarangan rumahnya, yakni di gubuk tempat Junaidi menyimpan kayu bakar yang beratapkan seng bekas.

Pernah suatu hari anak perempuan Junaidi yang berusia enam tahun ikut terjaga. Di keesokan paginya si anak langsung demam tinggi, kemudian baru sembuh itu pun setelah di Jampi-jampi oleh Mbah Mangun.

Junaidi sudah meminta bantuan Mbah Mangun, namun saat tiba malam yang disepakati, Mbah Mangun mendadak sakit, hingga sampai hari ini belum juga dilakukan pengusiran.

Karena kondisi Mbah Mangun belum membaik, Junaidi berharap gangguan yang sudah hampir dua mingguan itu segera berakhir agar dia dan keluarganya tidak lagi terusik, tapi akhirnya Junaidi memilih pindah ke rumah saudara sepupu istrinya, hal itu dilakukan karena si anak merasa trauma semenjak sakit.

Mendengar itu Sukahar cukup terkejut ketika tahu kalau Mbah Mangun sedang sakit. Ia merasa bersalah karena tidak tahu akan hal itu.

Memang beberapa hari terakhir ini ia sangat sibuk selain membantu pekerjaan istrinya juga menjeput beberapa pelanggan sehingga tidak ada waktu untuk sekedar menengok rumah Mbah Mangun guru spiritualnya.

Sukahar pun berniat menyediakan waktu malam nanti untuk menjenguk, sedangkan untuk permasalahan yang dihadapi Junaidi, ia membiarkan teman-temannya saling beradu argumen dan akhirnya Sukahar tersenyum mendengar debat Kusir kawan-kawannya.

****

Malamnya.

Setelah membantu sang istri membereskan barang dagangan, Sukahar langsung pamit keluar. Dia pun langsung menuju ke rumah Mbah Mangun.

****

Tampak  kondisi rumah ramai dikunjungi para tetangga, tampak pula menantu Mbah Mangun sibuk mengurusi sesuatu.

Perasaan tidak enak seketika muncul. Sukahar pun langsung bertanya pada salah seorang tetangga Mbak Mangun.

“Mbah Mangun sudah meninggalkan,” jawab lelaki tersebut disusul kemudian lelaki itu memberi penjelasan pada Sukahar bahwasanya semenjak seminggu lalu Mbah Mangun sudah tidak sehat. Tubuhnya lemas, dan tidak mau makan. Meskipun sudah berobat, namun Mbah Mangun masih saja lemas, hingga selepas isya tadi beliau menghembuskan nafas terakhir.

Sesuai kesepakatan, dua putrinya meminta pemakaman akan dilaksanakan esok hari.

Sukahar merasa bersalah pada dirinya sendiri. Mbah Mangun merupakan sosok yang telah membuatnya kuat setelah di PHK dulu.

Selain itu, dari Mbah Mangun pula ia belajar ilmu spiritual sehingga mampu menguasai beberapa keilmuan yang dianggap positif bagi dirinya, tapi di saat Mbah Mangun sakit justru dia tidak tahu sampai meninggal dunia dia belum pernah menengok sekalipun.

****

7 hari meninggalnya Mbah Mangun.

Suasana desa cukup mencekam. Beberapa warga mengaku dihantui sosok genderuwo bukan hanya di satu tempat saja, namun di setiap bagian sudut perkampungan.

Warga berpendapat bahwa makhluk tersebut adalah milik Mbah Mangun. Begitu si pemilik meninggal dunia, maka sosok-sosok itu berkeliaran mencari tempat baru.

Sosok itu suka menampakkan diri menakuti warga sehingga desa semakin mencekam dan sampai hari ini belum ada tindakan apa pun atas teror tersebut padahal warga sudah melapor pada perangkat desa dan berharap segera dilakukan ritual pengusiran.

Mendengar penuturan warga yang menyalahkan Mbah Mangun, membuat Sukahar merasa tidak nyaman. Secara diam-diam ia bertekad menyelesaikan permasalahan tersebut sendirian.

****

Setelah sore.

Sukahar pergi ke makam Mbah Mangun dengan maksud minta izin.

Malamnya dia berangkat melakukan penelusuran.

Semua diawali dari tempat yang digembar-gemborkan warga, yakni di beberapa titik sudut desa.

Dengan siaga penuh Sukahar melakukan perburuan, namun tidak ada tanda apa pun yang menunjukkan adanya sosok makhluk alam lain.

Setelah semua sudut desa sudah dilalui, pada kenyataannya Sukahar tidak menemui apa yang diceritakan warga. Dia terus melangkah perlahan menuju perkampungan, dia pun teringat akan kisah kawannya Junaidi yang mana keluarganya mengungsi ke rumah sepupu dikarenakan gangguan genderuwo. Hal itu mengarahkan langkah Sukahar menuju rumah Junaidi.

****

Sesampai di rumah Junaidi.

Sukahar langsung beranjak menuju pekarangan belakang rumah. Suasana yang berkabut dan gelap gulita benar-benar menjadi lain.

Tepat di belakang sumur tua Sukahar disambut dengan aroma ketela bakar yang menyengat. Sudah dapat dipastikan bahwa ada sosok genderuwo di sekitar sana.

Ketika Sukahar menghentikan langkah, dia mendengar suara dengus nafas yang sangat keras.

Di saat itulah dia melihat penampakan sosok genderuwo. Sosok itu bukan hanya satu saja, tapi ada dua. Sesaat kemudian bertambah dan bertambah lagi sehingga ada empat sosok.

Seumur hidup baru kali ini dia melihat sosok genderuwo, tentunya dengan cara yang cukup dekat, memang selama ini Sukahar mempelajari di rumah saja dan di rumah Mbah Mangun, tapi belum sekalipun mempraktikkan.

Dengan berani Sukahar memanggil dan menantang genderuwo tersebut. Semua menoleh ke arah Sukahar yang tengah berdiri.

Tampak mata berwarna merah, bulu lebat yang terkesan kasar, serta taring yang panjang diperlihatkan di bawah temaram cahaya bulan.

Merasa terganggu, salah satu genderuwo itu pun menyerang Sukahar.

Dengan segala kemampuan yang pernah dipelajari Sukahar melakukan perlawanan sengit yang rupanya keilmuan tersebut membuat semua genderuwo bertekuk lutut. Ternyata makhluk itu tahu bahwa ilmu Sukahar sama persis dengan yang dikuasai Mbah Mangun, yakni ilmu yang telah membuat mereka menjadi budak Mbah Mangun, namun lain hal dengan Sukahar ia tidak mau menjadikan mereka semua sebagai parewang, hanya dengan tegas ia menyuruh agar sosok itu tidak lagi mengganggu manusia, namun menjauh dari pemukiman.

Tidak lama setelah ia berucap muncul kepulan asap tebal dan seketika lenyap.

Tanpa sepengetahuan Sukahar, Junaidi yang berada di rumah mengintip sedari awal. Sudah tiga malam ini Junaidi memutuskan tidur rumah sendirian karena dia tidak mau merepotkan sepupu istrinya yang hanya memiliki kamar pas saja.

Junaidi yang melihat hal itu terlihat kagum sekaligus tercengang. Sukahar yang ia kenal sebagai seorang teman biasa yang suka bercanda ternyata juga seorang yang memiliki ilmu kanuragan yang mumpuni, namun Junaidi tidak keluar rumah dan memilih merahasiakan hal itu.

****

Suasana perkampungan sudah kembali normal.

Semua berlalu dan Junaidi yang mengajak pulang kembali keluarganya, disusul meyakinkan warga lain bahwa sosok itu sudah tak mengganggu lagi, ditambah akan diadakan selamat desa. Semenjak itulah warga kembali beraktivitas malam seperti biasa.

Lain halnya dengan Sukahar.

Setelah malam itu ia mulai merasakan ada kejanggalan yang sering dialami. Ia merasa ada sosok tak kasat selalu mengawasi gerak-geriknya.

Setiap kali diterawang dengan mata batinnya, yang terlihat hanya gelap saja. Sukahar tidak pernah menemukan ada sesuatu yang membuatnya tidak nyaman.

Seperti biasa, sebelum berangkat narik becak Sukahar membantu istrinya menyiapkan barang dagangan yang akan dibawa ke pasar, kemudian mengantarnya berangkat menggunakan becaknya.

“Mas, doakan saja dagangan hari ini laris manis, ya? Ini, ‘kan sudah musim orang kenduri dan tasyakuran,” ucap istrinya sembari berpamitan dengan suaminya setelah sampai di depan pasar.

Sukahar hanya mengamini dan lekas berangkat menarik becak.

Saat itu masih menunjukkan pukul empat subuh. Dirasa masih terlalu pagi untuk narik becak, Sukahar pun memilih pulang terlebih dahulu.

Di tengah perjalanan menuju rumah, ia dikejutkan dengan suara geraman yang terdengar jelas. Suara itu muncul di antara semak dan pohon besar di tepi jalan.

Sukahar yang penasaran mencoba melihat kondisi sekitar, namun tidak ada siapa pun di sana. Ia yakin bahwa masih ada sosok makhluk yang hendak melawannya dan dia juga yakin bahwa makhluk tersebut adalah sosok yang sama yakni genderuwo malam itu, mereka benar-benar pergi atau hanya mengelabui dengan menghilang saja.

Anehnya hanya dia saja yang seperti teror, sedangkan istri maupun warga lain tidak.

****

Malam datang.

Sukahar pulang dengan tenang. Tidak seperti hari-hari sebelumnya di mana selalu ada saja yang mengganggu di tengah jalan, bukanlah manusia atau binatang, melainkan sosok tak kasat mata.

Setelah tiba di rumah dia mendapati sang istri tengah sibuk mencuci beras ketan yang jumlahnya cukup banyak.

“Alhamdulillah, Mas. Kita dapat pesanan lemper untuk acara pengajian,” ucap istrinya setelah melihat suaminya pulang.

Kabar baik itu membuat Sukahar senang. Memang selama ini Yani dikenal sebagai seorang pembuat lemper yang enak, selain itu lemper buatannya juga dijual dengan harga lebih terjangkau dibandingkan dengan buatan orang lain, namun karena hanya jika ada pesanan saja ia bekerja maka istrinya itu memilih berjualan di pasar dan biasanya bulan-bulan seperti inilah banyak orang memesan.

Semua dimulai malam itu, di mana mereka berdua membuat pesanan lemper untuk pengajian desa sebelah, dan benar saja setelah untuk acara pengajian, hari demi hari semakin banyak yang pesan untuk acara tahlilan, syukuran, mantu, atau untuk acara keluarga, di mana mereka pesan di atas 100 buah yang tentu membuat mereka berdua semakin semangat dalam menggarap pesanan tersebut.

 

Malam Ini suasana cukup panas membuat Sukahar membuka baju saking gerahnya. Di sisi lain dia merasa ada sesuatu yang janggal. Beras ketan yang sudah dicuci bersih tiba-tiba saja kembali kotor seperti sebelum dicuci. Sukahar yang merasa aneh pun mencucinya lagi hingga tiga kali berturut-turut, namun hal yang sama tetap terjadi setiap setelah dicuci lalu ditinggal untuk tiriskan dan selalu saja seperti sebelum dicuci.

Sukahar pun memutuskan menunggu beras ketan itu. Sembari menyalakan rokok, Sukahar mendengar seperti suara langit-langit bergerak di luar rumah, terdengar pula suara dengus nafas yang memburu.

Meski tahu ada sosok gaib mengganggunya, namun Sukahar tidak mau jika istrinya tahu kalau dia memiliki ilmu dari Mbah Mangun.

Sejenak kemudian dia bergegas menuju tempat pengukusan beras ketan. Di sana sudah ada istrinya yang tengah menyiapkan bumbu untuk suwiran daging ayam sebagai isian lemper.

Istrinya juga telah memasukkan dandang untuk mengukus beras ketan.

Waktu telah menunjukkan pukul sepuluh malam. Mereka berdua menunggu beras ketan masak sembari beristirahat menikmati hawa dingin sambil memandang langit yang kebetulan saat itu bulan purnama.

“Besok pagi lemper itu harus sudah jadi karena akan dibungkus bersama jajan di acara pengajian, Mas.”

Ketika dirasa beras ketan sudah masak maka istrinya  pun melihat ke dalam dandang untuk memastikan, namun betapa terkejut istrinya begitu mendapati beras ketan tersebut masih basah, kondisinya seperti sebelum dimasukkan ke dalam dandang. Padahal mereka sudah menunggu selama satu setengah jam dan seharusnya ketan itu sudah matang.

Sukahar pun mengajak menunggu beberapa saat lagi. “Mungkin saja apinya kurang besar.”

Setelah beberapa saat menunggu, Sukahar melihat istrinya ketiduran dan Sukahar mengecek dandang tersebut, dan betapa terkejutnya dia sebab dandang itu terlihat gelap seakan-akan tidak ada isinya!

Merasa aneh, Sukahar pun teringat dengan suara misterius yang ia dengar tadi, dan benar saja, tidak lama kemudian tampak sosok berperawakan besar dan tinggi terlihat berjalan dari arah pintu samping.

Sukahar tahu kalau itu bukanlah sosok manusia tetapi genderuwo. Sukahar lantas menyuruh makhluk itu  jangan menjahilinya. Sesaat kemudian sosok itu lenyap bersama asap tebal.

Melihat keadaan aman kemudian Sukahar mengecek dandang itu lagi, berharap ketannya sudah matang, namun ia dikejutkan dengan apa yang ada di dalam dandang tersebut. Tampak kepala genderuwo tadi sudah berada di dalam dandang dengan wajah yang sangat menyeramkan.

Tidak mau berlama-lama Sukahar segera mengambil garam dapur sembari membacakan sebuah mantra kemudian ditaburkan di sekeliling dapur selebihnya dilemparkan garam tersebut sekeliling dapur.

Tidak lama kemudian terdengar suara jeritan kesakitan yang keras dalam dandang.

“Akh!”:

Sosok itu tidak bisa menghindar lagi karena di sekitar sudah ditebar garam.

Genderuwo itu pun minta ampun. Ia berjanji tidak akan lain lagi mengganggu dan akan pergi sejauh-jauhnya.

Sebenarnya Sukahar tidak percaya dan ingin membuang makhluk itu, tapi takut kalau istrinya bangun dan tahu, maka dia pun menyuruh sosok itu pergi sambil mengancam.

Setelah membaca mantra pembuka pagar gaib muncul kepulan asap hitam pekat keluar dari dalam dandang.

Tidak lama kemudian beras ketan matang.  Segera ia mengangkat untuk segera dijadikan lemper, lalu istrinya dibangunkan untuk menjalankan tugas selanjutnya.

****

Di pengajian.

Junaidi membuka satu lemper dan berkata bahwa lemper itu sudah dimintai doa dari Sang Kiai pengisi acara pengajian.

Junaidi minta dari Sang Kiai agar Sukahar dan istrinya segera punya momongan. Dia sendiri masih menyimpan rahasia kawannya itu. Dia tidak mau Sukahar sakit hati karena Junaidi membongkar tentang keilmuan yang dikuasainya dibalik hilangnya teror genderuwo.

****

Satu bulan kemudian.

Kebahagiaan dirasakan Sukahar waktu itu. Istrinya kecapaian lalu  mendatangkan dukun pijat dan si dukun pijat mengatakan kalau istrinya hamil.

****

Hingga saat ini anak pertama Sukahar adalah ayahku. Dari lemper pengajian menjadi cerita utama kakek Sukahar setiap kali cucunya meminta satu cerita.

Sampai sekarang hanya sedikit orang saja yang tahu keilmuan Kakek Sukahar. Sedangkan Kakek Junaidi masih kerap datang berkunjung untuk mengenang masa-masa itu.

SELESAI

 

PAKDE NOTO

Baca juga cerita seru lainnya di Wattpad dan Follow akun Pakde Noto @Kuswanoto3.

No comments:

Post a Comment

Start typing and press Enter to search