LEMPER
LEMPER
Sukahar yang bekerja sebagai petugas rumah sakit swasta di
kota tiba-tiba di PHK dengan alasan pengurangan tenaga kerja. Hal itu membuat Sukahar
resah, tapi mau bagaimana lagi kenyataan yang tidak bisa dipungkiri.
“Sabar, Mas. Mungkin ada pekerjaan lain yang menunggu,” ucap
istrinya itu tidak tega melihat Sukahar selalu murung dan resah, apalagi sejak
keluar dari pekerjaannya Sukahar kesulitan mencari kerja lain. Pergi pagi
pulang sore demi mencari pekerjaan, namun belum juga ia dapatkan.
****
Sukahar dan istrinya terbilang menikah di usia dewasa. Pada
saat melangsungkan pernikahan, usia mereka belum genap 30 tahun, dan di tahun
kedua pernikahan mereka belum juga dikaruniai momongan.
Tanda-tanda kehamilan pun tidak tampak, meski begitu Sukahar
tidak bermalas-malasan. Ia selalu giat bekerja meski belum punya keturunan.
****
Pada pagi itu Sukahar membantu istrinya yang sehari-hari
berjualan kelapa, sayuran, jajanan termasuk lemper di pasar. Sukahar pasrah
dengan nasibnya karena usaha untuk mencari pekerjaan sia-sia, beberapa tempat
yang ia datangi semua tidak membutuhkan karyawan.
Untuk mengisi waktu luang ia sering mendatangi rumah Mbah
Mangun untuk sekadar mengobrol sambil menikmati rokok gratis.
Mbah Mangun sendiri adalah seorang dukun kejawen yang
memiliki ilmu kebatinan mumpuni. Setiap hari pasti ada tamu walau tidak banyak,
maklumlah orang-orang tahu keberadaan Mbah Mangun dari mulut ke mulut.
Semenjak itulah Sukahar mulai terpikat dengan ilmu kebatinan.
Ia kemudian meminta Mbah Mangun untuk mewariskan beberapa kesaktian padanya.
Secara sembunyi-sembunyi Sukahar mempelajari dan menjalankan
lelakon demi ilmu yang digandrungi. Pada akhirnya satu-persatu keilmuan memutih
ia kuasai, namun ia berjanji bahwa selama Mbah Mangun masih hidup, ia tidak
akan menerima tamu termasuk juga menunjukkan apa yang dikuasainya pada orang
lain.
****
Seiring berjalannya
waktu.
Uang hasil jerih istrinya sudah terkumpul dan ia memilih memberikan
sebagian uang untuk dipakai Sukahar, dengan tujuan sebagai modal untuk mencari
pekerjaan.
Sukahar yang merasa sangat terbantu oleh istrinya berniat membelikan
uang itu sebuah becak. Profesi sebagai tukang becak layak dijadikan sebagai
pekerjaan. Selain untuk meringankan beban istrinya jika ke pasar.
****
Beberapa waktu berlalu.
Sore itu, Sukahar baru kembali setelah mengantarkan penumpang.
Ia memilih untuk istirahat, tidur sejenak di dalam becaknya, namun kantuk itu
ditahan saat mendengar perbincangan teman satu pekerjaannya tentang penampakan
genderuwo yang berada di pekarangan belakang rumahnya.
Junaidi kawannya yang bercerita, kalau sekitar lima hari ini Junaidi
libur dari narik becak karena ia sedang bingung memikirkan masalah yang
menimpanya.
Sore ini Junaidi pun bercerita, berharap ada saran dari
kawan-kawannya.
Menurut Junaidi, sosok genderuwo tersebut membuat kebisingan
di atas tengah malam, sehingga membuat dia dan istrinya selalu terjaga.
Biasanya terdengar suara seperti memukul-mukul bambu, bahkan
sering juga secara iseng seperti menabrak kerikil di atas genteng pekarangan
rumahnya, yakni di gubuk tempat Junaidi menyimpan kayu bakar yang beratapkan
seng bekas.
Pernah suatu hari anak perempuan Junaidi yang berusia enam
tahun ikut terjaga. Di keesokan paginya si anak langsung demam tinggi, kemudian
baru sembuh itu pun setelah di Jampi-jampi oleh Mbah Mangun.
Junaidi sudah meminta bantuan Mbah Mangun, namun saat tiba
malam yang disepakati, Mbah Mangun mendadak sakit, hingga sampai hari ini belum
juga dilakukan pengusiran.
Karena kondisi Mbah Mangun belum membaik, Junaidi berharap
gangguan yang sudah hampir dua mingguan itu segera berakhir agar dia dan
keluarganya tidak lagi terusik, tapi akhirnya Junaidi memilih pindah ke rumah
saudara sepupu istrinya, hal itu dilakukan karena si anak merasa trauma
semenjak sakit.
Mendengar itu Sukahar cukup terkejut ketika tahu kalau Mbah
Mangun sedang sakit. Ia merasa bersalah karena tidak tahu akan hal itu.
Memang beberapa hari terakhir ini ia sangat sibuk selain
membantu pekerjaan istrinya juga menjeput beberapa pelanggan sehingga tidak ada
waktu untuk sekedar menengok rumah Mbah Mangun guru spiritualnya.
Sukahar pun berniat menyediakan waktu malam nanti untuk
menjenguk, sedangkan untuk permasalahan yang dihadapi Junaidi, ia membiarkan
teman-temannya saling beradu argumen dan akhirnya Sukahar tersenyum mendengar
debat Kusir kawan-kawannya.
****
Malamnya.
Setelah membantu sang istri membereskan barang dagangan, Sukahar
langsung pamit keluar. Dia pun langsung menuju ke rumah Mbah Mangun.
****
Tampak kondisi rumah
ramai dikunjungi para tetangga, tampak pula menantu Mbah Mangun sibuk mengurusi
sesuatu.
Perasaan tidak enak seketika muncul. Sukahar pun langsung
bertanya pada salah seorang tetangga Mbak Mangun.
“Mbah Mangun sudah meninggalkan,” jawab lelaki tersebut
disusul kemudian lelaki itu memberi penjelasan pada Sukahar bahwasanya semenjak
seminggu lalu Mbah Mangun sudah tidak sehat. Tubuhnya lemas, dan tidak mau
makan. Meskipun sudah berobat, namun Mbah Mangun masih saja lemas, hingga
selepas isya tadi beliau menghembuskan nafas terakhir.
Sesuai kesepakatan, dua putrinya meminta pemakaman akan
dilaksanakan esok hari.
Sukahar merasa bersalah pada dirinya sendiri. Mbah Mangun
merupakan sosok yang telah membuatnya kuat setelah di PHK dulu.
Selain itu, dari Mbah Mangun pula ia belajar ilmu spiritual
sehingga mampu menguasai beberapa keilmuan yang dianggap positif bagi dirinya,
tapi di saat Mbah Mangun sakit justru dia tidak tahu sampai meninggal dunia dia
belum pernah menengok sekalipun.
****
7 hari meninggalnya
Mbah Mangun.
Suasana desa cukup mencekam. Beberapa warga mengaku dihantui
sosok genderuwo bukan hanya di satu tempat saja, namun di setiap bagian sudut
perkampungan.
Warga berpendapat bahwa makhluk tersebut adalah milik Mbah
Mangun. Begitu si pemilik meninggal dunia, maka sosok-sosok itu berkeliaran
mencari tempat baru.
Sosok itu suka menampakkan diri menakuti warga sehingga desa
semakin mencekam dan sampai hari ini belum ada tindakan apa pun atas teror
tersebut padahal warga sudah melapor pada perangkat desa dan berharap segera
dilakukan ritual pengusiran.
Mendengar penuturan warga yang menyalahkan Mbah Mangun,
membuat Sukahar merasa tidak nyaman. Secara diam-diam ia bertekad menyelesaikan
permasalahan tersebut sendirian.
****
Setelah sore.
Sukahar pergi ke makam Mbah Mangun dengan maksud minta izin.
Malamnya dia berangkat melakukan penelusuran.
Semua diawali dari tempat yang digembar-gemborkan warga, yakni
di beberapa titik sudut desa.
Dengan siaga penuh Sukahar melakukan perburuan, namun tidak
ada tanda apa pun yang menunjukkan adanya sosok makhluk alam lain.
Setelah semua sudut desa sudah dilalui, pada kenyataannya Sukahar
tidak menemui apa yang diceritakan warga. Dia terus melangkah perlahan menuju perkampungan,
dia pun teringat akan kisah kawannya Junaidi yang mana keluarganya mengungsi ke
rumah sepupu dikarenakan gangguan genderuwo. Hal itu mengarahkan langkah Sukahar
menuju rumah Junaidi.
****
Sesampai di rumah Junaidi.
Sukahar langsung beranjak menuju pekarangan belakang rumah. Suasana
yang berkabut dan gelap gulita benar-benar menjadi lain.
Tepat di belakang sumur tua Sukahar disambut dengan aroma
ketela bakar yang menyengat. Sudah dapat dipastikan bahwa ada sosok genderuwo
di sekitar sana.
Ketika Sukahar menghentikan langkah, dia mendengar suara
dengus nafas yang sangat keras.
Di saat itulah dia melihat penampakan sosok genderuwo. Sosok
itu bukan hanya satu saja, tapi ada dua. Sesaat kemudian bertambah dan
bertambah lagi sehingga ada empat sosok.
Seumur hidup baru kali ini dia melihat sosok genderuwo,
tentunya dengan cara yang cukup dekat, memang selama ini Sukahar mempelajari di
rumah saja dan di rumah Mbah Mangun, tapi belum sekalipun mempraktikkan.
Dengan berani Sukahar memanggil dan menantang genderuwo
tersebut. Semua menoleh ke arah Sukahar yang tengah berdiri.
Tampak mata berwarna merah, bulu lebat yang terkesan kasar,
serta taring yang panjang diperlihatkan di bawah temaram cahaya bulan.
Merasa terganggu, salah satu genderuwo itu pun menyerang Sukahar.
Dengan segala kemampuan yang pernah dipelajari Sukahar
melakukan perlawanan sengit yang rupanya keilmuan tersebut membuat semua genderuwo
bertekuk lutut. Ternyata makhluk itu tahu bahwa ilmu Sukahar sama persis dengan
yang dikuasai Mbah Mangun, yakni ilmu yang telah membuat mereka menjadi budak
Mbah Mangun, namun lain hal dengan Sukahar ia tidak mau menjadikan mereka semua
sebagai parewang, hanya dengan tegas ia menyuruh agar sosok itu tidak lagi
mengganggu manusia, namun menjauh dari pemukiman.
Tidak lama setelah ia berucap muncul kepulan asap tebal dan
seketika lenyap.
Tanpa sepengetahuan Sukahar, Junaidi yang berada di rumah
mengintip sedari awal. Sudah tiga malam ini Junaidi memutuskan tidur rumah
sendirian karena dia tidak mau merepotkan sepupu istrinya yang hanya memiliki
kamar pas saja.
Junaidi yang melihat hal itu terlihat kagum sekaligus
tercengang. Sukahar yang ia kenal sebagai seorang teman biasa yang suka
bercanda ternyata juga seorang yang memiliki ilmu kanuragan yang mumpuni, namun
Junaidi tidak keluar rumah dan memilih merahasiakan hal itu.
****
Suasana perkampungan
sudah kembali normal.
Semua berlalu dan Junaidi yang mengajak pulang kembali
keluarganya, disusul meyakinkan warga lain bahwa sosok itu sudah tak mengganggu
lagi, ditambah akan diadakan selamat desa. Semenjak itulah warga kembali
beraktivitas malam seperti biasa.
Lain halnya dengan Sukahar.
Setelah malam itu ia mulai merasakan ada kejanggalan yang
sering dialami. Ia merasa ada sosok tak kasat selalu mengawasi gerak-geriknya.
Setiap kali diterawang dengan mata batinnya, yang terlihat
hanya gelap saja. Sukahar tidak pernah menemukan ada sesuatu yang membuatnya
tidak nyaman.
Seperti biasa, sebelum berangkat narik becak Sukahar membantu
istrinya menyiapkan barang dagangan yang akan dibawa ke pasar, kemudian
mengantarnya berangkat menggunakan becaknya.
“Mas, doakan saja dagangan hari ini laris manis, ya? Ini, ‘kan
sudah musim orang kenduri dan tasyakuran,” ucap istrinya sembari berpamitan
dengan suaminya setelah sampai di depan pasar.
Sukahar hanya mengamini dan lekas berangkat menarik becak.
Saat itu masih menunjukkan pukul empat subuh. Dirasa masih terlalu
pagi untuk narik becak, Sukahar pun memilih pulang terlebih dahulu.
Di tengah perjalanan menuju rumah, ia dikejutkan dengan suara
geraman yang terdengar jelas. Suara itu muncul di antara semak dan pohon besar
di tepi jalan.
Sukahar yang penasaran mencoba melihat kondisi sekitar, namun
tidak ada siapa pun di sana. Ia yakin bahwa masih ada sosok makhluk yang hendak
melawannya dan dia juga yakin bahwa makhluk tersebut adalah sosok yang sama
yakni genderuwo malam itu, mereka benar-benar pergi atau hanya mengelabui
dengan menghilang saja.
Anehnya hanya dia saja yang seperti teror, sedangkan istri
maupun warga lain tidak.
****
Malam datang.
Sukahar pulang dengan tenang. Tidak seperti hari-hari
sebelumnya di mana selalu ada saja yang mengganggu di tengah jalan, bukanlah
manusia atau binatang, melainkan sosok tak kasat mata.
Setelah tiba di rumah dia mendapati sang istri tengah sibuk
mencuci beras ketan yang jumlahnya cukup banyak.
“Alhamdulillah, Mas. Kita dapat pesanan lemper untuk acara
pengajian,” ucap istrinya setelah melihat suaminya pulang.
Kabar baik itu membuat Sukahar senang. Memang selama ini Yani
dikenal sebagai seorang pembuat lemper yang enak, selain itu lemper buatannya juga
dijual dengan harga lebih terjangkau dibandingkan dengan buatan orang lain, namun
karena hanya jika ada pesanan saja ia bekerja maka istrinya itu memilih
berjualan di pasar dan biasanya bulan-bulan seperti inilah banyak orang memesan.
Semua dimulai malam itu, di mana mereka berdua membuat
pesanan lemper untuk pengajian desa sebelah, dan benar saja setelah untuk acara
pengajian, hari demi hari semakin banyak yang pesan untuk acara tahlilan,
syukuran, mantu, atau untuk acara keluarga, di mana mereka pesan di atas 100
buah yang tentu membuat mereka berdua semakin semangat dalam menggarap pesanan
tersebut.
Malam Ini suasana cukup panas membuat Sukahar membuka baju
saking gerahnya. Di sisi lain dia merasa ada sesuatu yang janggal. Beras ketan
yang sudah dicuci bersih tiba-tiba saja kembali kotor seperti sebelum dicuci. Sukahar
yang merasa aneh pun mencucinya lagi hingga tiga kali berturut-turut, namun hal
yang sama tetap terjadi setiap setelah dicuci lalu ditinggal untuk tiriskan dan
selalu saja seperti sebelum dicuci.
Sukahar pun memutuskan menunggu beras ketan itu. Sembari
menyalakan rokok, Sukahar mendengar seperti suara langit-langit bergerak di luar
rumah, terdengar pula suara dengus nafas yang memburu.
Meski tahu ada sosok gaib mengganggunya, namun Sukahar tidak
mau jika istrinya tahu kalau dia memiliki ilmu dari Mbah Mangun.
Sejenak kemudian dia bergegas menuju tempat pengukusan beras
ketan. Di sana sudah ada istrinya yang tengah menyiapkan bumbu untuk suwiran
daging ayam sebagai isian lemper.
Istrinya juga telah memasukkan dandang untuk mengukus beras
ketan.
Waktu telah menunjukkan pukul sepuluh malam. Mereka berdua
menunggu beras ketan masak sembari beristirahat menikmati hawa dingin sambil
memandang langit yang kebetulan saat itu bulan purnama.
“Besok pagi lemper itu harus sudah jadi karena akan dibungkus
bersama jajan di acara pengajian, Mas.”
Ketika dirasa beras ketan sudah masak maka istrinya pun melihat ke dalam dandang untuk memastikan,
namun betapa terkejut istrinya begitu mendapati beras ketan tersebut masih
basah, kondisinya seperti sebelum dimasukkan ke dalam dandang. Padahal mereka
sudah menunggu selama satu setengah jam dan seharusnya ketan itu sudah matang.
Sukahar pun mengajak menunggu beberapa saat lagi. “Mungkin
saja apinya kurang besar.”
Setelah beberapa saat menunggu, Sukahar melihat istrinya
ketiduran dan Sukahar mengecek dandang tersebut, dan betapa terkejutnya dia
sebab dandang itu terlihat gelap seakan-akan tidak ada isinya!
Merasa aneh, Sukahar pun teringat dengan suara misterius yang
ia dengar tadi, dan benar saja, tidak lama kemudian tampak sosok berperawakan
besar dan tinggi terlihat berjalan dari arah pintu samping.
Sukahar tahu kalau itu bukanlah sosok manusia tetapi
genderuwo. Sukahar lantas menyuruh makhluk itu
jangan menjahilinya. Sesaat kemudian sosok itu lenyap bersama asap tebal.
Melihat keadaan aman kemudian Sukahar mengecek dandang itu
lagi, berharap ketannya sudah matang, namun ia dikejutkan dengan apa yang ada
di dalam dandang tersebut. Tampak kepala genderuwo tadi sudah berada di dalam
dandang dengan wajah yang sangat menyeramkan.
Tidak mau berlama-lama Sukahar segera mengambil garam dapur
sembari membacakan sebuah mantra kemudian ditaburkan di sekeliling dapur
selebihnya dilemparkan garam tersebut sekeliling dapur.
Tidak lama kemudian terdengar suara jeritan kesakitan yang
keras dalam dandang.
“Akh!”:
Sosok itu tidak bisa menghindar lagi karena di sekitar sudah
ditebar garam.
Genderuwo itu pun minta ampun. Ia berjanji tidak akan lain
lagi mengganggu dan akan pergi sejauh-jauhnya.
Sebenarnya Sukahar tidak percaya dan ingin membuang makhluk
itu, tapi takut kalau istrinya bangun dan tahu, maka dia pun menyuruh sosok itu
pergi sambil mengancam.
Setelah membaca mantra pembuka pagar gaib muncul kepulan asap
hitam pekat keluar dari dalam dandang.
Tidak lama kemudian beras ketan matang. Segera ia mengangkat untuk segera dijadikan
lemper, lalu istrinya dibangunkan untuk menjalankan tugas selanjutnya.
****
Di pengajian.
Junaidi membuka satu lemper dan berkata bahwa lemper itu
sudah dimintai doa dari Sang Kiai pengisi acara pengajian.
Junaidi minta dari Sang Kiai agar Sukahar dan istrinya segera
punya momongan. Dia sendiri masih menyimpan rahasia kawannya itu. Dia tidak mau
Sukahar sakit hati karena Junaidi membongkar tentang keilmuan yang dikuasainya dibalik
hilangnya teror genderuwo.
****
Satu bulan kemudian.
Kebahagiaan dirasakan Sukahar waktu itu. Istrinya kecapaian
lalu mendatangkan dukun pijat dan si dukun
pijat mengatakan kalau istrinya hamil.
****
Hingga saat ini anak pertama Sukahar adalah ayahku. Dari
lemper pengajian menjadi cerita utama kakek Sukahar setiap kali cucunya meminta
satu cerita.
Sampai sekarang hanya sedikit orang saja yang tahu keilmuan
Kakek Sukahar. Sedangkan Kakek Junaidi masih kerap datang berkunjung untuk
mengenang masa-masa itu.
SELESAI
No comments:
Post a Comment