Dukung SayaDukung Pakde Noto di Trakteer

[Latest News][6]

abu nawas
abunawas
berbayar
cerkak
cerpen
digenjot
gay
hombreng
horor
hot
humor
informasi
LGBT
mesum
misteri
Novel
panas
puasa
thriller

Labels

CERKAK WARSINAH TAMAT

BAB 10

“Yu … yu war!” panggil lelaki yang berpakaian batik dari ujung jalan.

“O pak Pak Rete, tenopo Pak.” Warsinah berhenti, plastik hitam tampak di genggamannya.

“Ada yang ingin aku katakan sama sampeyan yu, tapi ….”

“Tapi apa to Pak?” tanya Warsinah seraya mengikuti arah pandang pak rt yang sepertinya tak mau pembicaraannya terdengar orang lain.

“Sini, sini yu.”

“Wonten nopo to niki Pak,” kata Warsinah bergeser kesamping.

“Maaf sebelumnya lo yu, bukannya saya mau mencampuri urusan rumah tangga sampean dengan kang Noto,” ucap Pak Rete membuat wajah Warsinah berkerinyit.

“Maksud Pak Rete?”

“Tau ndak yu … kalau kang Noto itu gendakan dengan Sri?”

“Pak Rete tau dari mana?”

“Saya lihat sendiri yu, kalau semalam kang Noto ke rumah Sri,” kata Pak Rete yakin.

“Lha yo kenapa Pak Rete ndak tangkap sekalian kalau itu memang benar, ya ndak apa-apa kalau mereka itu ternyata selingkuh di belakangku.”

“Tapi yu ….”

“Lha sampean kan RT, kalau ada apa-apa di kampung ini ya harusnya sampean yang bertindak to Pak, leres mboten?”

Pak Rete hanya diam seraya menggaruk belakang kepalanya.

“Pun nggeh,” kata Warsinah meninggalkan Pak Rete.

“Tapi yu ….”

Pak Rete mencoba mengejar Warsinah.

“Sampean ampun kesinggung nggeh yu, saya hanya menyampaikan apa yang saya lihat, sebenarnya kalau ndak mandang sampean, sudah saya arak keliling kampung, cuma saya masih menghormati sampean yu, nggeh mpun yu, saya hanya menyampaikan apa yang saya lihat saja, permisi yu.”

Warsinah hanya bisa menatap Pak Rete yang kembali menuju motornya di ujung jalan.

 

~*~

Kuswanoto menggulung sarung dengan wajah masih terlihat mengantuk. Segera dia menyambar keretek yang ada Darti atas lemari kayu dan menuju meja dapur untuk mengawali hari dengan segelas kopi.

“Sruuppp, ahhh, sweger,” gumam Kuswanoto, matanya menangkap sang istri yang duduk melamun di bangku kayu.

“Heh Mak! Isuk-isuk nglamun,” ucap dengan gelas masih di depan mulut.

Warsinah hanya melirik sejenak, lalu membuang tatapan ke arah pintu belakang.

“Onok opo, mrengut ae ko langite udan,” ujar Kuswanoto lalu duduk di samping Warsinah.

“Raup kono lo pak, opo kumu kono,” ucap Warsinah terdengar setengah kesal.

“Gak, marai luntur baguse!” jawab Kuswanoto dengan mengangkat nujung sarung, lalu duduk njegang.

“Njenengan ki sayang aku ora to Pak?”

“Hehh..?” Kuswanoto menoleh heran.

“Tadi pulang dari warung Pondi, aku di panggil Pak Rete ….”

“La iku! Awakku nembe kelingan, mosok to Mak, mambengi awakku ngonangi Pak Rete onok neng omahe Sri,” potong Kuswanoto.

“Hah?”

“Kok hah, iyo! Awakku weroh kambek motoku dewe, gak gur jarene.” Sejenak Kuswanoto menatap Warsinah yang memandanginya dengan wajah heran.

“Tadi malam Njenengan melihat Pak Rete ke rumah Sri.”

“Iyo, sumpah! awakku weroh dewe!” diakhir ucap Kuswanoto mengangkat dua jarinya.

“Lha bukannya Njenengan jaga rumah Pak Suwono, bagaimana Njenengan bisa tahu Pak Rete ke rumah Sri hah!”

“Anu … eh,” ucap Kuswanoto gugup, “pas awakku nguyoh, weroh Pak Rete lewat, lha yo aneh to mosok bengi-bengi Pak Rete lewat terus bablas ngetan, lha terus tak tutno,” kata Kuswanoto terdengar meyakinkan atas ceritanya.

“Terus?” tunggu Warsinah penasaran.

“Eladalah … lha kok langsung mlebu neng kamare Sri, terus lampu kamare di pateni, mari ngono yo awakku gak weroh to, lha peteng,” lanjut Kuswanoto.

“Lha kok sama seperti cerita Pak Rete, hah!”

“Podo piye to?” tanya Kuswanoto setengah kaget.

“Pak Rete juga bilang kalau tadi malam melihat Njenengan ada di rumah Sri, apa Njenengan ada di kamar Sri berdua dengan Pak Rete, ayo ngaku!” mata Warsinah hampir terlihat berkaca-kaca.

“Ya gak mungkin to Makne! Awaku ki joogo omah duk jogorondo, ojo gampang percoyo gondo abab seng wangi, y ogak kiro awakku moro nggone Sri,” kata Kuswanoto mencoba mengelak dari tuduhan Warsinah.

“Ngapusi!”

“Ladalah … gak tangi neh manukku nek ngapusi awakmu Makne! Sumpah ogak neng endi-endi mambengi!” Kuswanoto malah terlihat marah.

“Jadi mana yang benar Pak! Mana yang benar!” Warsinah mencoba berontak sewaktu Kuswanoto mencoba memeluknya.

“Lo! Awakmu gak percoyo kambek bojomu seng gagah dewe, seng bagus dewe, gak gelem ngapusi bojone, gak percoyo ta!”

“Mboh Pak.” Warsinah mengusap ujung mata yang mulai basah.

“Yo gak mungkin to Makne awakku gendakan kambek Sri, wes gak usah nangis, kae langite tenan mendung to.”

Warsinah terisak dalam pelukan suaminya, entah mengapa hatinya kini merasa nyeri membayangkan ucapan Pak Rete. Sementara separuh hatinya masih yakin kalau Kuswanoto tak pernah selingkuh di belakangnya.

“Percoyo to mbak awakku, gak mungkin awakku selingkuh.”

Warsinah mengangguk dalam sandar dad bidang Kuswanoto. “Wes gak usah nangis, kono nek kate ngrampungno penggaean.”

~*~

“Kang! Kang Noto! Ana apa ora kiye uwonge tuli wis awan esih tutupan bae umahe,” gumam Saimun.

“Ada apa kang Mun?” Warsinah menghampiri Saimun dari samping pintu belakang.

“Kiye yu, mau ana bocah jare takon omahe kakange, ya nyong terna mrene, jar ku sih ana perlu,” kata Saimun yang menggandeng anak kecil.

“Anak siapa ini Mun?” tanya Warsinah memperhatikan anak kecil yang memegang sesuatu dalam bungkus plastik hitam.

“Mbuh, nyong be ra weruh,” jawab Saimun.

“Siapa namamu le?” tanya Warsinah kepada bocah yang maju seraya menyerahkan bungkusan plastik.

“Ini mbokde, saya menemukan sarung pakde di kamar Ibu,” kata bocah itu mengerjap.

Segera Warsinah membuka bungkusan plastik itu.

“Pakkkkk!” teriak Warsinah.

“Ana apa sih! Deneng malah melung!” Saimun hanya memandang Warsinah yang bergegas masuk dengan wajah bingung.

“Jane apa seng kowe lungna,” ucap Saimun kepada bocah yang tadi sempat bertanya ciri-ciri seperti Kuswanoto.

“Sarung,” jawabnya dengan mata mengerjap, mendongak menatap Saimun.

Saimun lalu mengajak anak itu pergi, “Deneng gur sarung koh, melung-melung,” ucapnya masih belum mengerti.

SEKIAN

©KUSWANOTO

PAKDE NOTO

Baca juga cerita seru lainnya di Wattpad dan Follow akun Pakde Noto @Kuswanoto3.

No comments:

Post a Comment

Start typing and press Enter to search